Lomba Tangkap Tikus di Bojonegoro, Tikus Dihargai Rp 2.000 per Ekor

Konten Media Partner
8 Juni 2021 15:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para petani di Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, saat berburu tikus di area pesawahan kecamatan setempat. Selasa (08/06/2021) (foto: istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Para petani di Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, saat berburu tikus di area pesawahan kecamatan setempat. Selasa (08/06/2021) (foto: istimewa)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Sebagai upaya mengantisipasi dan mencegah serangan hama tikus jelang musim tanam, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bojonegoro, menggelar lomba beburu tikus bagi para petani.
ADVERTISEMENT
Namun sayang, lomba ini hanya digelar di area pertanian di daerah aliran sungai Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro.
Dalam lomba tersebut disediakan hadiah total sebesar Rp 50 juta, dengan ketentuan setiap ekor tikus yang behasil ditangkap petani dihargai Rp 2.000, atau ditargetkan sebanyak 25 ribu ekor tikus yang dapat dibeli dari para petani
Para petani di Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, saat berburu tikus di area pesawahan kecamatan setempat. Selasa (08/06/2021) (foto: istimewa)
Kepala Bidang (Kabid) Sarana, Prasarana, dan Perlindungan Tanaman, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bojonegoro, Zaenal Fanani SPi MP, kepada awak media ini, Selasa (08/06/2021) mengatakan bahwa lomba berburu tikus tersebut baru digelar pertama kali dan digelar serentak di area pertanian di daerah aliran sungai Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Kanor, yang saat ini sedang memasuki musim tanam padi .
ADVERTISEMENT
Menurutnya, lomba digelar selama 5 hari, mulai Senin (07/06/2021) hingga Jumat (11/06/2021), atau sewaktu-waktu dapat ditutup jika target 25 ribu ekor tikus sudah berhasil ditangkap oleh petani.
"Dalam lomba ini tak ada aturan khusus. Peserta boleh menggunakan peralatan seperti pentungan dan pompa air untuk memburu tikus yang umumnya bersembunyi dalam lubang tanah di area pesawahan." kata Zaenal Fanani. Selasa (08/06/2021).
Sementara, dalam lomba tersebut pihaknya mengalokasikan anggaran sebesar Rp 50 juta, sebagai pengganti pembelian tikus dari petani. Dengan anggaran tersebut, jika setiap ekor tikus dihargai Rp 2.000, maka ditargetkan ada 25 ribu ekor tikus yang dapat dibeli dari para petani di Kecamatan Kanor.
Nantinya, para petani yang berhasil menangkap tikus bisa menjual hasil buruannya tersebut kepada kelompok tani (poktan) yang ada di desanya senilai Rp 2.000 per ekor, namun yang disetorkan atau dijual hanya ekornya saja.
ADVERTISEMENT
"Jadi bukan tikus mati secara utuh yang dijual atau disetor kepada kelompok tani, tetapi dipotong ekornya saja," tutur Zaenal Fanani.
Zaenal Fanani menambahkan bahwa dengan adanya program tersebut diharapkan dapat mengendalikan banyaknya hama tikus yang menyerang tanaman padi milik petani di Kecamatan Kanor. Selain itu, lomba berburu tikus tersebut juga sebagai solusi pasca-adanya Peraturan Bupati (Perbup) Bojonegoro tentang larangan menggunakan jebakan tikus beraliran listrik di sawah petani.
Pihaknya berharap dengan adanya lomba tersebut para petani bisa menangkap tikus sebanyak-banyaknya di area persawahan, khususnya di wilayah Kecamatan Kanor.
"Lomba ini sekaligus untuk meminimalisir penggunaan jebakan tikus beraliran listrik di sawah petani." kata Zaenal Fanani.
Terpisah, Camat Kanor Mohamad Mahfud mengatakan bahwa lomba berburu tikus ini sengaja digelar dengan tujuan untuk memberikan dorongan dan semangat bagi petani dalam upaya pengendalian hama tikus yang selama ini sangat meresahkan masyarakat di Kecamatan Kanor.
ADVERTISEMENT
"Lomba ini juga sebagai solusi yang aman dibanding menggunakan jebakan tikus beraliran listrik yang sering digunakan petani yang mengabaikan keselamatan dan dapat mengancam nyawa manusia," kata Mohamad Mahfud.
Mohamad Mahfud menambahkan bahwa lomba berburu tikus yang baru pertama kali tersebut disambut antusias para petani di kecamatan setempat. Menurutnya, para petani berburu secara kelompok dan terdiri dari beberapa kelompok, yang rata-rata berjumlah sepuluh orang atau lebih.
"Para petani tampak semangat berburu tikus di sekitar persawahan, mulai dari jalan desa, pematang sawah, hingga tanggul irigasi sungai yang menjadi sarang hewan pengerat tersebut." kata kata Mohamad Mahfud. (dan/imm)
Reporter: Dan Kuswan
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com
ADVERTISEMENT