Selama Pandemi COVID-19, Guru di Bojonegoro Ini Jual Aneka Varian Rempeyek

Konten Media Partner
24 Januari 2021 14:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siti Mutmainah (38), guru madarasah asal Desa Talok Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro, dengan rempeyek produksinya. (foto: vera/beritabojonegoro)
zoom-in-whitePerbesar
Siti Mutmainah (38), guru madarasah asal Desa Talok Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro, dengan rempeyek produksinya. (foto: vera/beritabojonegoro)
ADVERTISEMENT
Bojonegoro - Bila banyak orang kebingungan mencari lowongan kerja atau dirumahkan saat pademi COVID-19 sekarang ini, namun tidak demikian yang dialami Siti Mutmainah (38), seorang guru madarasah asal Desa Talok Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro ini malah menciptakan lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya pandemi COVID-19, pembelajaran dilakukan secara daring, maka Mutmainah memiliki banyak waktu luang.
Mutmainah berpikir daripada banyak nganggur, akhirnya dia memutuskan memproduksi rempeyek untuk dijual agar menambah penghasilan. Ide berjualan rempeyek ini juga didukung keluarga dan teman-temannya.
"Dulu saya pernah berjualan keripik pisang. Kemudian vakum, karena harga pisang tidak tentu dan barangnya tidak selalu ada. Saya mencari ide, apa yang sering dikonsumsi tiap hari dan bahannya selalu tersedia. Munculah ide produksi rempeyek," cerita Mut, sapaan akrab Mutmainah, Minggu (24/01/2021).
Siti Mutmainah (38), guru madarasah asal Desa Talok Kecamatan Kalitidu Kabupaten Bojonegoro, dengan rempeyek produksinya. (foto: vera/beritabojonegoro)
Tentu saja, Mut melakukan sejumlah inovasi agar produksi rempeyek miliknya berbeda dengan produk lainnya. Kalau produsen lain hanya memproduksi rempeyek kacang, dia memproduksi rempeyek dengan aneka isi, yaitu kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, udang, dan teri.
ADVERTISEMENT
"Untuk kacang hijau dan kedelai, agar tidak keras dimakan, kami merendamnya beberapa waktu. Kacang hijau membutuhkan waktu yang lama sekitar 6 hingga 8 jam sebelum dicampur adonan dan digoreng," ujar Mut.
Mutmainah dibantu dua karyawannya dalam memproduksi rempeyek. Dalam seminggu, bisa bisa 2 hingga 3 kali produksi. Selain dijual langsung kepada konsumen, dia juga memasok rempeyek untuk katering. Pada masa pandemi seperti ini, jumlah rempeyek yang dipesan oleh katering juga berkurang. Karena banyak proyek yang juga mengalami pengurangan tenaga kerja.
"Karena pesanan katering hanya seminggu sekali, kami melebarkan sayap pemasaran di kota," kata Mut.
Mut menyadari untuk menjual produknya di kota, dia harus melakukan perubahan terhadap kemasan rempeyek. Untuk dijual di daerah, hanya menggunakan plastik biasa dengan harga seribuan. Sedangkan di kota, dia menggunakan plastik standing pouch dan juga diberikan label yang menarik. Dia memberikan nama merk TOP. Tidak ada alasan khusus terhadap pemilihan nama merk tersebut.
ADVERTISEMENT
Mut bercerita untuk menjaga kualitas rempeyeknya agar tetap bagus, minyak yang digunakan menggoreng maksimal hanya dua kali saja. Kemudian ditiriskan di atas tisu. Hal tersebut dilakukan agar rempeyek lebih garing dari minyak.
Sementara, sisa minyak dari bekas penggorengan rempeyek, dimanfaatkan sebagai pengganti lilin. Tetapi ada juga yang diminta orang lain.
Dalam sekali produksi, Mut membutuhkan sekitar 2,5 kilogram tepung beras dan 4 liter minyak goreng. Dia bisa menghasilkan 130 bungkus rempeyek yang dijual seribuan rupiah atau menjadi sekitar 50 bungkus kemasan besar dengan harga Rp 6 ribu.
"Omzet yang saya terima dalam sebulan berkisar 1,5 juta rupiah dalam sebulan," tutur Mut.
Untuk pemesanan aneka rempeyek TOP bisa menghubungi nomor +62 852-3351-0282. (ver/imm)
ADVERTISEMENT
Reporter: Vera Astanti
Editor: Imam Nurcahyo
Publisher: Imam Nurcahyo
Story ini telah dipublish di: https://beritabojonegoro.com