Kisah Nenek Tunanetra Berjuang Biayai Anaknya yang Sakit Kanker

beritajatimcom
Portal berita update Jawa Timur, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Jember, Madura, Kediri, Bojonegoro, Madiun, Malang, Gresik, Sidoarjo. Ngawi, Tuban, Lamongan, Trenggalek, Tulunggagung, Pacitan, Situbondo, Kota Batu dan lain-lain
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2019 3:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari beritajatimcom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Muntiyah hanya dirawat tetangganya semenjak anak satu-satunya, Slamet, dirawat karena kanker. Foto: istimewa.
zoom-in-whitePerbesar
Muntiyah hanya dirawat tetangganya semenjak anak satu-satunya, Slamet, dirawat karena kanker. Foto: istimewa.
ADVERTISEMENT
Jombang (beritajatim.com) – Sungguh berat beban hidup yang dipikul Muntiyah (63), warga Desa Puton, Kecamatan Diwek, Jombang. Muntiyah mengalami kebutaan sejak 14 tahun lalu. Beban itu semakin berat sejak seminggu terakhir. Betapa tidak, anak satu-satunya masuk rumah sakit akibat serangan kanker.
ADVERTISEMENT
Sore itu, Muntiyah duduk di atas kasur berlapis kasur lusuh di kamarnya yang sederhana, Jumat (23/8/2019). Tubuh kurusnya terbalut daster warna biru laut bermotif bunga. Untuk sekadar bergeser dari kasur ke ruang sebelah, nenek ini harus menjadikan orang lain sebagai ‘tongkat’ penunjuk jalan.
Anak Muntiyah itu harus menjalani perawatan di RSUD Jombang karena kanker. Itulah mengapa hidup Muntiyah semakin berat.
Namun demikian, nenek asal Desa Puton ini tidak patah semangat. Dengan sisa tenaganya dia menjual jasa sebagai tukang pijat.
"Penghasilan dari memijat itu tidak pasti. Untuk satu orang, antara Rp 10 sampai 20 ribu. Dalam sehari bisa satu orang, kadang tidak ada sama sekali. Uang itulah yang saya kumpulkan untuk pengobatan Slamet (anak Muntiyah)," kata Muntiyah.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, Muntiyah hidup di tengah warga desa yang punya kesadaran sosial tinggi, sehingga bantuan beras dan makanan kerap mampir ke rumahnya.
Hal itu berbanding terbalik dengan bantuan dari pemerintah. Hingga saat ini uluran tangan dari pemerintah tak pernah singgah.
Nenek Muntiyah masih harus bekerja sebagai tukang pijat untuk membayar biaya pengobatan anaknya, Slamet. Foto: istimewa
Muntiyah berkisah, selama ini dia hidup ditemani oleh Slamet. Semua pekerjaan rumah selesai di tangan sang anak. Akan tetapi kondisi tersebut berubah drastis sejak seminggu. Slamet tak lagi berada di rumah. Dia dirawat di rumah sakit karena serangan kanker.
Selama ditinggal Slamet, Muntiyah dirawat oleh tetangganya secara bergantian. Tidak cukup itu saja. Terkadang para tetangga juga mengirim makanan untuk dirinya.
"Yang sering membantu ya tetangga. Kalau dari pemerintah tidak pernah ada (bantuan)," kata Muntiyah.
ADVERTISEMENT
Padahal, nenek satu anak ini sudah mengantongi sejumlah kartu 'sakti'. Di antaranya, Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun kartu-kartu tersebut hanya berfungsi sebagai 'hiasan'. Saat anaknya sakit, kartu tersebut tak bisa membantu.
"Sudah saya katakan tadi, saya tidak pernah mendapat bantuan pemerintah. Anak saya sakit sampai di Surabaya juga tidak pernah ada bantuan. Saya tidak bohong," kata Muntiyah, sembari memamerkan dua kartu 'sakti' yang dimaksud.
Pernyataan Muntiyah itu diamini oleh Pa’i, Ketua RT 04 RW 02 Desa Puton. Pa'i mengatakan sehari-hari warga setempat merawat Muntiyah secara bergiliran. Beberapa warga juga secara bergantian menjaga anak Muntiyah yang dirawat di RSUD Jombang.
Bagimana soal bantuan dari pemerintah? Menurut Pa'i, dirinya pernah mengupayakan bantuan ke pemerintah desa. Namun upaya tersebut bertepuk sebelah tangan. Hingga kini belum memetik hasil.
ADVERTISEMENT
"Pihak desa sudah mengetahui kondisinya, tapi tidak ada bantuan apa-apa. Kami juga sudah laporkan ke dinas terkait, hasilnya sama,” kata Pa'i. [suf]