Pemanjat Tebing Junior Indonesia Raih Perunggu di Kejuaraan Dunia IFSC

beritajatimcom
Portal berita update Jawa Timur, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Jember, Madura, Kediri, Bojonegoro, Madiun, Malang, Gresik, Sidoarjo. Ngawi, Tuban, Lamongan, Trenggalek, Tulunggagung, Pacitan, Situbondo, Kota Batu dan lain-lain
Konten dari Pengguna
1 September 2019 11:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari beritajatimcom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemanjat Tebing Junior Indonesia Raih Perunggu di Kejuaraan Dunia IFSC
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berita Jatim, ARCO - Kabar baik untuk Tanah Air datang dari 'Negeri Pizza', Italia. Pemanjat tebing junior asal Indonesia menyabet medali perunggu pada ajang IFSC Climbing World Youth World Championships di Arco, Italia, 22-31 Agustus 2019. Adi Mulyono Rahmad namanya, yang turun di kategori Speed Junior Putra (usia 19-18 tahun).
ADVERTISEMENT
Perjalanan Adi di babak perdelapan final dan perempat final kompetisi itu terbilang cukup mulus. Di babak perdelapan final, ia melibas wakil asal Ekuador, A. Vivas, di mana Adi mencatatkan waktu 6,233 detik, sementara Vivas 8,601 detik. Di perempat final, dia mengungguli N. Bratschi dari Amerika Serikat, dengan catatan waktu 5,793 detik berbanding 8,128 detik.
Sayangnya, langkah pemuda 18 tahun itu terhenti di babak semifinal saat berhadapan dengan A. Nagaev dari Rusia. Adi terjatuh saat berpacu dengan Nagaev. Meski begitu, remaja asal Yogyakarata ini berhak atas medali perunggu usai menaklukka wakil Ukraina, Y. Tkach. Ia mencatatkan waktu 5,979 detik berbanding 8,717 detik dari Tkach.
Nagaev yang mengalahkan Adi akhirnya menjadi juara IFSC Climbing World Youth World Championships 2019, usai mengalahkan rekan senegaranya, S. Rukin.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan nasib atlet junior putra Indonesia lainnya? Seto dan Kiromal Katibin juga gagal melangkah ke final. Seto gugur di babak perempat final, sementara langkah Katibin terhenti di babak perdelapan final.
Manajer Tim Nasional Junior Indonesia, Koentono Halim, mengungkapkan tim Indonesia dapat dikatakan sebagai yang tercepat, tetapi bukan pemenang. Menurutnya, faktor keberuntungan tidak berpihak pada tim Indonesia.
“Hasil ini dipengaruhi banyak faktor. Kami semua kalah karena kesalahan sendiri bukan kemampuan karena secara waktu kita tetap terbaik, dan untuk tahun ini yang menang malah bukan yang tercepat hampir di semua kelas,” ujar dia.
Sementara itu, Bambang Hermansyah selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pemusatan Pelatihan Olahraga Nasional untuk Asisten Deputi Olahraga Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga melihat capaian ini sebagai prestasi yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
“Dan khususnya Adi yang berhasil mendapatkan juara tiga, secara raihan waktu yang diraih climber Indonesia pada catatan waktu terbaik untuk putra junior dari seluruh peserta, dimulai saat babak kualifikasi dengan catatan di bawah enam detik oleh Adi dan Katibin,” kata Bambang yang turut mendampingi tim di Italia.
Menurutnya, pada babak delapan besar (perempat final) dan final four (semifinal) bukan hanya raihan waktu saja yang terpenting, tetapi mental juara yang dibutuhkan.
“Oleh karenanya, mungkin ini menjadi bahan pertimbangan bagi FPTI ke depan untuk memprogramkan talenta-talenta ini agar dapat memperbanyak frekuensi pertandingan bertaraf internasional,” ucap Bambang. [ted]