Bupati Banyuwangi Dorong Inovasi Tekan Kematian Ibu Melahirkan

Konten Media Partner
17 Juli 2019 15:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bupati Banyuwangi Dorong Inovasi Tekan Kematian Ibu Melahirkan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemkab Banyuwangi memberikan perhatian serius terhadap upaya penurunan angka kematian ibu (AKI). Untuk itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengumpulkan seluruh Kepala Puskesmas dan Koordinator Puskesmas Pembantu (Pustu) se-Banyuwangi, camat, dan sejumlah kepala desa untuk bersama-sama melakukan upaya tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kemarin Senin (15/7), kami telah menggelar rapat koordinasi kesehatan di Pendopo. Saya ingin semua menaruh perhatian besar terhadap masalah ibu melahirkan yang beresiko tinggi,” jelas Anas di Banyuwangi, Rabu (17/7/2019).
Dalamkesempatan itu, Anas mendorong semua stakeholder untuk terlibat dalam menekan angka kematian ibu saat melahirkan. “Semua stakeholder harus bahu membahu. Menciptakan berbagai inovasi pelayanan kesehatan. Mulai camat, kepala desa harus bersama-sama puskesmas melakukan upaya penurunan ini dengan inovasinya,” ungkapnya.
Inovasi kesehatan yang ditekankan oleh Anas adalah Mal Orang Sehat dan layanan jemput bola di setiap puskesmas. Dengan adanya dua inovasi tersebut, diharapkan adanya upaya preventif dari masyarakat untuk mencegah kematian ibu kala melahirkan.
“Semua potensi yang bisa mengakibatkan resiko kala melahirkan bisa diketahui sejak dini, asal dipantau secara rutin. Jangan bosan turun ke masyarakat untuk menggerakan program jemput bola. Khususnya untuk rutin memantau ibu-ibu hamil,” terang Anas.
ADVERTISEMENT
Untuk memaksimalkan inovasi tersebut, Anas meminta kepada pihak kecamatan dan desa untuk ikut serta berkontribusi. “Pak Camat, kalau turun ke masyarakat jangan hanya bersama Forpimka, tapi ajak juga Kepala Puskesmas. Agar mereka juga bisa menyampaikan program-program kesehatan. Begitu juga dengan para kepala desa,” ajak Anas.
“Dorong pula, ibu yang hamil untuk konsultasi kesehatan rutin di puskesmas, baik yang beresiko maupun tidak. Karena kadang, di tengah perjalan mengandung itu, resiko kehamilan muncul. Jadi puskesmas dan desa harus aktif mengajak warganya memeriksakan rutin. Libatkan posyandu,” kata Anas.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi dr. Widji Lestariono mengatakan bahwa peristiwa kematian ibu saat melahirkan banyak disebabkan oleh pendarahan dan preeklampsia. Penyebab terakhir sendiri, merupakan komplikasi pada kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi.
ADVERTISEMENT
“Dua penyebab ini, sebenarnya bisa ditangani jika diketahui sejak dini,” paparnya. Data dari Dinas Kesehatan mencatat bahwa tahun 2018 ada 24 kematian ibu hamil, dengan angka kelahiran bayi 23 ribu jiwa.
Selama ini, Banyuwangi telah membuat berbagai inovasi kesehatan untuk menekan AKI. Salah satunya adalah Laskar SAKINA (Stop Angka Kematian Ibu dan Anak) yang diinisiasi oleh Puskesmas Sempu sejak 2013.
Program tersebut terbukti berhasil menekan AKI. Pada tahun 2012, Kecamatan Sempu menjadi daerah dengan kasus kematian ibu melahirkan tertinggi di Banyuwangi dengan jumlah kasus mencapai 16 kematian. Berkat SAKINA, sejak tahun 2015 tidak ada lagi kasus kematian ibu di wilayah Kecataman Sempu. “Kita menyiapkan Laskar SAKINA untuk berkeliling dan mengabarkan kepada kami, jika terdapat ibu hamil dengan resiko tinggi,” ungkap Kepala Puskesmas Sempu Hadi Kusairi.
ADVERTISEMENT
Dr. Rio pun telah meminta seluruh puskesmas untuk menggalakkan kegiatan serupa. “Puskesmas terus kita minta untuk terus melakukan upaya penekanan angka kematian ibu. Mengingat angka kelahiran bayi di Banyuwangi yang juga tinggi, maka potensi itu akan selalu ada, namun terus kita coba tekan,” ujarnya.
Selain itu, juga ada inovasi yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Genteng, Banyuwangi. Melalui program Sekartaji (Semua Kasus Beresiko Ditangani Sepenuh Jiwa), bekerjasama dengan sejumlah elemen masyarakat untuk memberikan pelayanan jemput bola terhadap ibu yang hendak melahirkan.
“Program ini untuk mengantisipasi pasien yang bermasalah secara teknis, seperti tidak adanya kendaraan untuk mengevakuasi pasien ke rumah sakit. Nah kami siap menjemput pasien yang beresiko dan darurat. Ambulance RSUD Genteng telah dilengkapi alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa elemen masyarakat. Seperti IDI, RAPI, dan lainnya, sehingga kami siap mendatangi pasien,” terang Direktur RSUD Genteng dr. Taufiq Hidayat. (rin/kun)
ADVERTISEMENT