news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Eks Anak Buah Aman Abdurrahman Belajar Merakit Bom Saat Kuliah

Konten Media Partner
25 Juli 2019 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eks Anak Buah Aman Abdurrahman Belajar Merakit Bom Saat Kuliah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jember (beritajatim.com) – Dulu, Kurnia Widodo hanya tahu Metallica dalam hidupnya. Bukan kisah-kisah heroik pertempuran atas nama Islam di berbagai belahan dunia. Lalu pria kelahiran Medan, 1 September 1974 ini bertemu dengan seseorang saat duduk di bangku SMA. Ia pun diajak berdiskusi tentang sejumlah peristiwa jihad di Afganistan, Palestina, dan Moro di Filipina.
ADVERTISEMENT
Kurnia merupakan mantan narapidana kasus terorisme. Ia menjalani hukuman di Lapas Cipinang selama 6 tahun. Kurnia sempat terafiliasi dengan Aman Abdurrahman--pendiri Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Namun kini Kurnia mengaku telah bertobat.
Kurnia mengaku pertemuan dengan kawan SMA-nya telah membangkitkan semangat keislaman Kurnia. Apalagi, dia memperoleh cerita tentang sejarah gerakan Islam di Indonesia.
“Lalu saya bergabung dengan Negara Islam Indonesia (NII) pada 1991,” katanya, di acara Dialog Pelibatan Civitas Academica Dalam Pencegahan Terorisme di Gedung Rektorat Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu (24/7).
Setahun setelah bergabung dengan NII, Kurnia diterima di Jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung. Sedangkan kawan yang mengajaknya bergabung dengan NII diterima di Farmasi.
Kurnia butuh waktu 7,5 tahun untuk lulus kuliah. Selama di kampus, ia belajar membuat bom pada 1994-1995 dengan membaca buku-buku di perpustakaan. Saat itu, tak ada aksi "bom jihad", sehingga membuatnya aman untuk belajar.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, bom adalah bagian dari perang asimetris dengan jalan memunculkan rasa takut. “Selain belajar, saya uji coba dari low hingga high explosive. Nyaris memakan nyawa saya dua kali. Orang bilang 'don’t try this at home',” kata Kurnia.
Ilmu cara membuat bom semakin bertambah karena Kurnia mendapat referensi tambahan dari luar negeri. Bahkan ia bisa membuat bom dari bahan-bahan rumah tangga. Hasil penelitian dan percobaan pembuatan bom ini diberikan kepada gurunya di NII.
Medio 1994-1995, NII mengalami perpecahan. Muncul faksi lain bernama Jamaah Islamiyah yang dipimpin Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir. Faksi Jamaah Islamiyah ini adalah faksi yang kemudian berafiliasi ke Al Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Al Qaeda pada 2001 mengebom World Trade Center di New York, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Meski ada perpecahan di tubuh NII, Kurnia tetap setia berada dalam kelompoknya itu. Namun akhirnya, kesetiaannya tak bertahan lama. Ia memilih keluar setelah komandan NII di Jawa Barat menikahi sembilan perempuan. “Saya debat dia: apa dalil antum punya sembilan istri?” ujar Kurnia saat itu.
Sang komandan mengelak dan tak mau melayani perdebatan dengan Kurnia. Pergerakan Kurnia tak berhenti meski telah keluar dari NII. Kurnia dan beberapa kawannya dilatih menembak oleh seorang desertir polisi di Aceh. Namun giat mereka diketahui aparat setelah masyarakat mencurigai mereka bagian dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Lantas, Kurnia divonis enam tahun kurungan penjara. “Kami diadili bukan nangis malah teriak takbir. Saya divonis enam tahun, habis itu saya lempar kursi ke hakim,” cerita Kurnia. [wir/suf]
ADVERTISEMENT