news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Geger Kiamat Sudah Dekat, Rumah Dijual Rp 35 Juta

Konten Media Partner
16 Maret 2019 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Geger Kiamat Sudah Dekat, Rumah Dijual Rp 35 Juta
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Mojokerto (beritajatim.com) – Satu keluarga di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto pamit istigosah ke Pondok Pesantren (Ponpes) di Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Namun sebelum pamit, Zainuddin menjual rumahnya.
ADVERTISEMENT
Zainuddin mengajak istri Hanik Masruroh (40) dan keempat anaknya ke Malang pada, Rabu (27/3/2019) lalu. “Pamitnya mau istigosah ke Kasembon, Malang. Masak saya cegah,” ungkap ayah angkat Nanik Masruroh, Nur Hayat (66), Jumat (15/3/2019)
Nur Hayat tidak tahu jelas, apa kepergian anaknya itu lantaran meyakini bahwa kiamat sudah dekat seperti dilakukan warga di Kabupaten Ponorogo ataupun ada faktor lainnya. Namun, jika kepergiannya itu lantaran faktor kiamat, dipastikan kepergiannya akan dicegahnya.
“Yang jelas pamitnya, mau istigosah. Masak mau ngaji dilarang. Kalau tahu karena alasan kiamat, ya pasti saya marahi. Anaknya ada yang mondok disana makanya tidak saya larang tapi kok jual rumah, katanya laku Rp35 juta. Masak rumah laku segitu,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ia sempat membesuk ke Malang namun dilarang pihak kepolisian karena saat itu ramai yang Ponorogo. Sehingga ia tak bisa bertemu dengan anak, menantu dan cucunya karena sebelumnya anaknya berjanji akan pulang pada, Minggu (3/3/2019) lalu.
“Anak-anaknya pintar-pintar, yang nomor dua dan tiga kembar. Dia anak angkat, saya asuh sejak bayi. Kalau menantu saya itu, dari pondok di Malang itu. Ayahnya juga disana, meninggal kemudian diteruskan menantu saya. Katanya dia pimpinan disini,” ujarnya.
Nur Hayat menambahkan, hampir setiap minggu ada jemaah yang datang ke rumah anaknya dan mengaji. Namun untuk harinya, tidak tentu dan diikuti hanya beberapa jemaah saja. Ia juga tidak memperhatikan terkait ajaran yang diajarkan menantunya tersebut.
“Kalau ngaji keras, kadang ada empat, lima, enam orang yang datang. Kalau harinya tidak pasti tapi dia tidak pernah menyapa saya. Kalau rumah itu dijual ke pamannya, ya yang penting tidak pindah ke orang lain. Saya berharap mereka pulang,” pungkasnya. [tin/but]
ADVERTISEMENT