Kediri Lepas 10 Burung Hantu, untuk Apa?

Konten Media Partner
17 Oktober 2017 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kediri Lepas 10 Burung Hantu, untuk Apa?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kediri (beritajatim.com) - Para petani di Kabupaten Kediri mengeluhkan hama tikus yang menyerang tanaman padi mereka. Sejak dua tahun terakhir puluhan hektare lahan pertanian rusak akibat hewan menjijikan tersebut.
ADVERTISEMENT
Serangan hama tikus merata di seluruh kecamatan. Dari 27 kecamatan yang ada di Kabupaten Kediri tiga diantaranya yaitu, Plemahan, Purwoasri dan Kayen Kidul dinyatakan endemis. Kawasan ini penyumbang padi terbesar, tetapi paling banyak diserang hama.
Suwarno, selaku salah satu Ketua Kelompok Tani di Desa Jambu mengatakan, seluruh lahan pertanian di wilayahnya tak luput dari serangan tikus. Hewan berbulu dan berekor ini tidak hanya menggasak komoditas padi, tetapi tanaman lain juga ikut dimangsa. Mulai dari palawija, jagung, buah-buahan hingga rumput gajah yang biasa dikembangkan di sawah.
"Saya melihat ada perbedaan jenis tikus yang kini menyerang tanaman. Apabila dulu tikusnya kecil-kecil, sekarang ukurannya besar. Orang sini bilang Tikus Rewok. Apa saja dimakam, khususnya tanaman di dekat buah-buahan," ucap Suwarno di sawah, Selasa (17/10/2017).
ADVERTISEMENT
Tikus mulai memangsa tanaman sejak sore hingga pagi hari. Aktivitasnya cenderung pada malam hari saat sawah tidak dijaga oleh petang. Tikus keluar dari sarangnya untuk memakan apa saja yang ada di sawah.
Menurut Suwarno, petani sebenarnya sudah berupaya mengendalikan serangan tikus secara kimiawi. Mereka memasang obat pestisida yang dicampurkan pada makanan sebagai umpan.
Umpan diletakkan pada sekitar lubang tempat persembunyian tikus. "Biasanya kami memakai obat jenis thimex. Kita campurkan pada umpan lalu kita tinggalkan di sawah," imbuhnya.
Langkah penanganan secara kimiawi ini sebenarnya cukup membantu petani. Paska pemasangan, banyak tikus terbunuh secara massal akibat keracunan. Tetapi, populasi tikus seakan tidak berubah. Hewan ini semakin merajalela.
ADVERTISEMENT
Diakui Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kediri Widodo Santoso, bahwa serangan hama tikus di wilayahnya sudah merajalela. Pihaknya menerima laporan dari berbagai tempat mengenai serangan hama penyakit ini.
"Kami mendapatkan laporan darimana-mana. Tikus sudah sangat merajalela," ucap Widodo Santoso usai menyerahkan bantuan burung hantu atau tito alba kepada petani di Desa Jambu, Kecamatan Kayen Kidul.
Dinas menyerahkan 10 ekor burung hantu untuk para petani. Burung pemakan daging ini adalah pemangsa bagi hewan tikus. Burung dikembang biakkan di sawah melalui pendirian pagupon, atau sarangnya. Burung juga dilepas agar berkembang biak secara alami.
"Hari ini kami serahkan bantuan burung hantu atau tito alba 10 ekor. Sebelumnya kami telah menyerahkan 36 ekor. Sehingga totalnya sudah 46 ekor. Kita lepas di kawasan endemik hama tikus seperti di Kayen Kidul ini," beber Widodo.
ADVERTISEMENT
Pelepasan burung hantu ke sawah, menurutnya, adalah upaya pengendalian hama tikus secara ramah lingkungan. Sehingga harapannya, tidak ada lagi pemberantasan hama tikus melalui zat kimia yang dapat mencemari padi.
Widodo menambahkan, pengendalian hama tikus melalui tito alba sangat efektif. Pihaknya telah mengkaji sejak tiga tahun terakhir. Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan menyebutkan, pada tahun 2016 lahan pertanian yang terserang tikus seluas 131 hektar. Setelah dinas menyebar burung hantu, pada tahun 2017 ini luas lahan terserang tinggal 30 hektar saja.
"Lebih dari 100 hektar lahan yang sudah kita bebaskan dari serangan tikus. Itu artinya, kami dapat menekan angka losis atau jumlah profit yang hilang terserang tikus," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Diakuinya, selain di lahan pertanian, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan juga menyebar burung hantu ke kawasan perkebunan kakau. Tampaknya, tikus tidak hanya memangsa tanaman pertanian, tetapi juga tanaman buah di kebu. Perubahan pola makan ini, disebut Widodo, karena ketidak seimbangan ekosistem.
Berdasarkan penelitian, tikus dapat berkembang biak dengan cepat. Satu ekor tikus betina mampu melahirkan 7 hingga 9 ekor anak tikus. Perkembang biakan yang cepat ini, kata Widodo, harus ditanggulangi secara cepat. Burung hantu menjadi hewan pemangsa yang pas dalam rantai makanan.
"Kalau dulu masih banyak ular, tikus dapat dikendalikan dengan ular. Tetapi sekarang sudah tidak ada ular karena diburu. Kami tidak mungkin mengembangkan ular untuk mengendalikan tikus. Sehingga yang paling baik adalah dengan burung hantu atau tito alba," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Widodo berharap, petani dapat menjaga populasi burung hantu yang sudah disebar. Disamping itu, Pemerintah Kabupaten Kediri telah menerbitkan Peraturan Daerah No 5 Tahun 2014 tentang perlindungan satwa. Bagi pelakunya dapat dijerat pidana dan denda.
Untuk diketahui, hamparan padi di Kabupaten Kediri kurang lebih 57-58 hektar dengan produktivitas yang bervariasi. Penyebabnya, kondisi kesuburan lahan di Kabupaten Kediri berbeda. Lahan di timur Sungai Brantas cenderung lebih subur.
Dari penghitungan Dinas Pertanian dan Ketahanan Panganan, untuk lahan pertanian di timur sungai bisa menghasilan 8 ton gabah per hektar. Sedangkan di barat sungai hanya mampu memperoleh 5 ton untuk setiap hektar.
Apabila hamparan padi kurang lebih 58 hektar, dengan produktivitas rata-rata 6 ton per hektar, maka dalam setiap musim panen menembus 350 hektar gabah.
ADVERTISEMENT
Produktivitas padi ini sebenarnya jauh lebih banyak dari konsumsi. Sehingga Kabupaten Kediri masih dikategorikan surplus. Bahkan, Kabupaten Kediri menjadi penopang suplay padi Jawa Timur, karena bisa mengirimkan padi ke luar daerah yang mengalami kekurangan.
"Kita sebenarnya sudah surplus. Tetapi kami juga dituntut untuk meningkatkan produktivitas pertanian komoditas padi. Apabila lahan yang terserang hama dapat kita kendalikan, tentu produktivitas padi dapat ditingkatkan melalui sistem intensifikasi pertanian. Kita tekan jumlah losis gabah karena terserangan hama," pungkas Widodo. [nng/but]