Ma'ruf Kuat di Narasi, Sandi Kuat di Figur, Jokowi dan Prabowo?

Konten Media Partner
13 November 2018 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ma'ruf Kuat di Narasi, Sandi Kuat di Figur, Jokowi dan Prabowo?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Surabaya (beritajatim.com) - Pertarungan Pilpres 2019 hakikatnya adalah pertarungan figur dan narasi. Figur Jokowi dan Prabowo yang merupakan rival lama sesungguhnya masing-masing telah memiliki basis pendukung pendukung yang jelas dan fanatik dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
"Termasuk di Jatim misalnya sejak 2014, Prabowo kuat di Madura dan Tapal Kuda, sementara Jokowi kuat di wilayah Mataraman dan Arek. Maka dari sisi figur sesungguhnya pilpres kali ini akan menjadi pertarungan antar cawapres dalam memperebutkan undecided voters dan swing voters," kata Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Mochtar W Oetomo kepada beritajatim.com, Selasa (13/11/2018).
Mochtar yang juga Direktur Surabaya Survey Center (SSC) ini menjelaskan, dari sisi figur mungkin lebih kuat Sandiaga Uno dibanding Ma'ruf Amin, karena Sandiaga lebih muda dan lebih merepresentasikan masa depan.
Namun, dari sisi narasi mungkin lebih kuat Ma'ruf. Ini karena simbolisasi dan narasi NU yang melekat pada Ma'ruf jelas lebih berkarakter Jatim yang notabene adalah basis NU.
ADVERTISEMENT
"Maka kontestasi pilpres di Jatim ke depan akan lebih ditentukan bagaimana efektif dan strateginya kedua kubu atau tim dalam membangun dan mengembangkan narasi dan opini dalam memikat hati pemilih. Ini karena bagaimanapun undecided dan swing voters di Jatim masih cukup tinggi," jelasnya.
Mengenai dukungan ormas NU dan Muhammadiyah di pilpres, menurut dia, dalam politik tidak ada istilah full, selalu ada interface. "Jadi, pasti ada irisan NU yang ke Prabowo dan sebaliknya ada irisan Muhammadiyah yang ke Jokowi. Karena sekali lagi pilpres itu adalah pertarungan figur. Sejarah sudah membuktikan saat Kiai Hasyim Muzadi dan Gus Sholah berkontestasi dulu, dukungan Nahdliyyin pun tidak bulat," ungkapnya.
Peneliti senior SSC Surokim Abdussalam menambahkan, pilpres di Jatim sesungguhnya sedang uji kekuatan menarik swing dan undecided voters. Sejauh ini pemilih undecided masih cukup tinggi di kisaran 28 persen. Sebagian besar mereka masih akan menunggu hingga H-1 dan masih dinamis.
ADVERTISEMENT
"Jika dicermati perebutan suara itu paling seru akan ada di perebutan suara kelompok pemilih rasional yang lebih mendasarkan pada track record, kompetensi dan narasi serta program yang ditawarkan. Dalam konteks ini Jokowi akan head to head dengan Sandiaga, karena dua-duanya punya magnet untuk meraih suara liar itu," tegasnya.
Sementara Prabowo dan Kiai Ma'ruf hanya bisa mengandalkan dan memelihara suara dukungan tradisional mereka dan sulit akan bisa meraup dukungan suara liar itu.
"Pertarungan dukungan kiai struktural Jatim hampir kompak dan sepertinya cenderung solid mendukung Jokowi- Ma'ruf, sementara sebagian kiai kultural mencoba memainkan peran penyeimbang ke Prabowo-Sandi," tuturnya
Dukungan tokoh formal struktural hampir memusat pada Jokowi dan mereka berebut pengaruh untuk masuk ke lingkar kuasa Jokowi. Dan, sukarelawan jika dicermati lebih gemerlap pendukung Jokowi-Ma'ruf, sementara Prabowo-Sandi lebih banyak mengandalkan kader organik dan kelompok oposan pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Menurut saya peta kekuatan pilpres di Jatim akan berubah dinamis. Dan. angka swing dan undecided voters tetap menjadi penentu, kendati harus diakui dukungan terhadap petahana lebih kuat trend-nya di perang udara," pungkas Dekan FISIP UTM ini. [tok/suf]