Polisi Selidiki Penyebar Hoaks Fatwa Kiamat Sudah Dekat di Malang

Konten Media Partner
15 Maret 2019 10:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolres Batu Ajun Komisaris Besar Polisi, Budi Hermanto datang ke Pondok Pesantren Mistahul Falahil Mubtadiin, di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang.
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Batu Ajun Komisaris Besar Polisi, Budi Hermanto datang ke Pondok Pesantren Mistahul Falahil Mubtadiin, di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Malang (beritajatim.com) – Kepala Kepolisian Resor Batu Ajun Komisaris Besar Polisi, Budi Hermanto akan mengejar pelaku penyebaran hoaks mengenai fatwa kiamat sudah dekat yang dituduhkan kepada pengasuh Pondok Pesantren (ponpes) Miftahul Falahil Mubtadiin, di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang, Gus Muhammad Romli.
ADVERTISEMENT
Budi mengatakan Polres Batu bakal menyelidiki pelaku penyebaran kabar bohong itu. Sebab, kabar fatwa kiamat sudah dekat telah meresahkan masyarakat dan jamaah ponpes.
“Penyebar info tidak benar ini akan kita selidiki. Polres Batu bakal mengejar. Kita sudah mendengar itu, tapi masih kita dalami,” kata Budi usai mengunjungi ponpes tersebut, Kamis (15/3)
Budi mengklaim pihaknya telah mengantongi identitas pelaku penyebaran hoaks itu. Saat ini Polres Batu sedang menyelidiki pelaku penyebaran hoaks alumni santri atau mantan jamaah ponpes. Selain itu, polisi juga bakal mendalami motif penyebaran kabar bohong itu.
“Sudah teridentifikasi tapi kita masih perlu pendalaman lagi, ini sebagai informasi awal. Apakah yang bersangkutan sebagai jamaah atau sebagai santri ataupun baru mendengar, ini yang kita dalami,” papar Budi.
ADVERTISEMENT
Saat mengunjungi ponpes, selain berdialog dengan Gus Romli, Budi juga berdialog dengan para jamaah dari berbagai daerah. Beberapa jamaah itu berasal dari, Ponorogo, Blitar, Kediri, Banyuwangi, Demak, Lampung dan berbagai daerah lainnya.
“Intinya mereka tidak merasa terpaksa untuk melakukan itu ibadah disini tergerak secara alami untuk mempelajari ajaran islam dengan khusyuk. Kita sudah melakukan wawancara dengan warga,” tandas Budi. [luc/suf]