Sebenarnya Tak Benar Mahasiswa Mudah Dipengaruhi Teroris

Konten Media Partner
23 Juli 2018 20:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebenarnya Tak Benar Mahasiswa Mudah Dipengaruhi Teroris
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Surabaya (beritajatim.com) - Universitas Nahdhatul Ulama Surabaya (Unusa) hari ini mengadakan seminar anti radikalisme yang bertajuk Diskusi Interaktif tentang Kajian Religius Ekstremisme dalam Perspektif Psikologi dan Sosiologi, di Kafe Fastron Lantin 3 Gedung Tower Unusa, Senin (23/7).
ADVERTISEMENT
Ada dua Pembicara yang hadir dalam kegiatan ini yakni, Al Chaidar, Pengamat Terorisme dan Radikalisme dalam Islam dan Dosen Ilmu Politik Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh, dan Sentot Haryanto, Pakar Psikologi Perkembangan Remaja dan Psikologi Religiusitas dan Dosen Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.
Dalam seminar tersebut Al Chaidar memaparkan tentang konsep dasar radikalisme di dalam masyarakat dan bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan oleh pihak perguruan tinggi. Menurutnya penguatan pendidikan agama adalah kunci untuk membentengi mengakarnya radikalisme di Indonesia.
"Sebenarnya tidak benar bahwa mahasiswa mudah terpapar radikalisme dan terorisme. Karena memang di kampus selalu dikembangkan cara berpikir yang logis dan metodologis," ujar Al Chaidar.
Chaidar juga fokus terhadap pendidikan agama yang menurutnya saat ini sangat minim yang dijadikan peluang oleh para penebar paham Radikalisme, fundamentalisme dan terorisme.
ADVERTISEMENT
"Saya kira semakin dikuranginya pelajaran agama, saya rasa mahasiswa akan semakin gersang sehingga mudah dibodohi oleh teroris. Solusi mudahnya materi pendidikan agama itu harus diperkuat. Sehingga isu-isu agama dapat dibedah dengan tuntas," tambah Chaidar.
Ia juga menambahkan bahwa sistem pendidikan keagamaan yang Nahdhatul Ulama (NU) lakukan selama ini terbukti kebal terhadap radikalisme.
"Menariknya radikalisme ini sangat susah masuk ke lingkungan orang NU, mereka sudah memiliki sistem informasi keagamaan sendiri yang tidak bisa dimasuki teroris. Sistem keagamaan di NU itu juga sama dengan sistem keagamaan tradisional. Ya makanya jangan sampai kaum tradisional itu hilang," pungkasnya. [adg/but]