Siswa yang Meninggal Dinilai Tergolong Sering Bermasalah di Sekolah

Konten Media Partner
22 Maret 2019 8:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa yang Meninggal Dinilai Tergolong Sering Bermasalah di Sekolah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sumenep (beritajatim.com) – ADR (17), siswa kelas 11 SMA Negeri Batuan Sumenep meninggal diduga akibat dipukul guru. Pihak sekolah menilai, ADR termasuk siswa bermasalah di sekolah.
ADVERTISEMENT
“Siswa ini sangat sering tertidur di kelas saat pelajaran berlangsung. Di semua pelajaran seperti itu, sehingga beberapa kali mendapat hukuman dari guru,” kata Wakasek Kesiswaan SMA Negeri Batuan, Edi, Kamis (21/03/2019).
Ia memaparkan, dirinya juga mengajar siswa tersebut mulai semester ganjil hingga semester genap. Dan di setiap kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, siswa itu sering tidur.
“Jadi saya sering menyuruh siswa itu ke kamar mandi untuk cuci muka, supaya tidak tidur lagi di kelas,” ujarnya.
Edi memaparkan, dirinya sempat bertanya pada teman-teman siswa, mengapa siswa itu sering tidur di kelas saat pelajaran berlangsung. Menurut teman-temannya, siswa itu mengantuk karena sering melek’an main game menggunakan HP.
“Akibatnya waktu sekolah dia ngantuk dan tidur di kelas. Ketika jam istirahat atau guru tidak ada, dia online lagi main game. Padahal di sekolah tidak boleh bawa HP, kecuali ada perintah guru untuk searching di google yang menunjang KBM,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
ADR (17), siswa kelas 11 SMA Negeri Batuan Sumenep meninggal, diduga akibat dihukum gurunya dengan cara dipukul menggunakan gayung air.
Siswa tersebut dihukum oleh gurunya, karena saat pelajaran agama tertidur di kelas. Selain itu, siswa tersebut tidak mengerjakan tugas yang diberikan. Akibatnya, guru memberikan hukuman sebagai pelajaran, dengan mengayunkan gayung ke dahi siswa.
Versi keluarga korban, tak berselang lama dari kejadian tersebut, siswa yang dihukum itu mengalami sakit pada kepala. Bahkan kejang-kejang dan pingsan.
ADR pun langsung dilarikan ke Puskesmas Lenteng, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Daerah dr. H. Moh Anwar Sumenep. Namun karena keterbatasan peralatan, ADR dirujuk lagi ke RSUD Pamekasan.
Hasil rontgen kepala di RSUD Pamekasan, ada pembekuan darah di otak belakang, akibat benturan benda keras. Karena itu, korban disarankan untuk dibawa ke RSUD dr. Soetomo Surabaya. Namun sayang, sebelum korban sempat dibawa ke Surabaya, korban meninggal pada Senin (18/03/2019).
ADVERTISEMENT
“Akhir-akhir ini siswa itu memang sering tidak masuk sekolah. Saya tanya ke teman-temannya, katanya sakit. Sakit gangguan syaraf di mata, diduga efek terlalu banyak main game. Mungkin siswa ini kecanduan main game,” papar Edi.
Sementara Kepala SMA Negeri Batuan, Solehudin menjelaskan, kasus pemukulan tersebut sebenarnya sudah lama, karena terjadi pada November 2018. Setelah kejadian itu, siswa tetap masuk sekolah seperti biasa.
“Kondisi siswa setelah kejadian itu baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan kesehatannya. Dia tetap masuk sekolah dan mengikuti pelajaran seperti biasa,” terangnya.
Lagipula, menurut Solehudin, guru ketika memukul siswa tersebut tidak keras. Gayung yang digunakan adalah gayung plastik, dan kondisi gayung memang sudah pecah. Bukan pecah karena digunakan untuk memukul. Berdasarkan informasi yang diterimanya, ada benjolan di kepala bagian belakang, dan mata sebelah kiri bengkak.
ADVERTISEMENT
“Diduga itu bukan akibat dipukul gayung. Karena dipukulnya kan di dahi, bukan di kepala belakang. Jadi sakitnya memang diduga karena sebab lain,” ujarnya. [tem/but]