Tim Pemenangan Paslon Pilpres 2019 Hanya Sibuk Bangun Narasi Konflik

Konten Media Partner
19 Oktober 2018 13:51 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim Pemenangan Paslon Pilpres 2019 Hanya Sibuk Bangun Narasi Konflik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Surabaya (beritajatim.com) - Hingga sekitar satu bulan usai dibentuk, kinerja masing-masing tim pemenangan pada Pilpres 2019 masih dinilai belum bergerak dengan massif. Para pengamat menilai hal itu dapat dengan mudah terlihat dari masih adem ayemnya gegap gempita Pemilu saat ini.
ADVERTISEMENT
Kali ini, Mochtar W. Oetomo selaku pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Madura berpendapat bahwa masing-masing tim pemenangan masih cenderung bermain di ranah normatif. Mereka belum memunculkan gagasan yang membangun.
Sejauh ini baik secara fisik maupun narasi memang belum terlalu tampak. Lebih banyak terlihat adalah aksi mobilisasi kelompok atau komunitas tertentu yang cenderung formalistik dan elitis," ujar Mochtar, Jumat (19/10/2018).
Kondisi begitu, menurut Mochtar, menjadikan publik belum mendapatkan informasi terkait pasangan calon hingga visi dan misi masing-masing. "Sosialisasi secara fisik melalui berbagai media massa dan media luar ruang belum terlalu terlihat," katanya.
"Pilpres cenderung didominasi oleh kegaduhan medsos yang acapkali tidak substansial dan fundamental menyentuh apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan publik. Dalam titik tertentu kegaduhan di medsos justru makin memperlebar nuansa konflik yang berkembang di tengah masyarakat," tambah pria yang menuntaskan studi Master di Malaysia itu.
ADVERTISEMENT
Secara langsung, Mochtar melihat bahwa fenomena yang terjadi justru akan berakibat menimbulkan kejenuhan di tengah masyarakat. Apabila dibiarkan berlarut, maka apatisme politik sudah tentu akan tumbuh dengan subur.
"Sejauh yang kita lihat, yang lebih dikembangkan oleh tim kedua Paslon adalah narasi konflik. Saling mencari keburikan dan kesalahan lawan. Semua narasi konflik tersebut hakikatnya belum menyentuh kebutuhan publik," pungkas Mochtar. [ifw/kun]