Kumpulan Puisi “Kubayangkan Chairil Anwar” Diluncurkan pada Hari Buku Sedunia

Konten dari Pengguna
22 April 2017 11:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berthold Berty Sinaulan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi banyak orang, apalagi pencinta sastra, nama Chairil Anwar, dapat dikatakan sudah tak asing lagi. Digadang-gadang sebagai salah satu penyair besar pelopor angkatan ’45, puisi-puisi Chairil Anwar begitu terasa dalam banyak kehidupan sastra Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dilahirkan di Medan pada 26 Juli 1922, kalau saja Chairil Anwar masih hidup, tahun ini usianya bakal genap 95 tahun. Sayang Chairil meninggal dunia di usia muda, belum lagi genap 27 tahun. Walaupun begitu, karya-karyanya terus hidup sampai sekarang. Maka untuk mengenangnya, diterbitkan kumpulan puisi berjudul “Kubayangkan Chairil Anwar”.
Buku kumpulan puisi tersebut akan diluncurkan pada peringatan Hari Buku Sedunia (World Book Day) di Rumah Dunia, Serang, Banten, Minggu, 23 April 2017. Kumpulan puisi karya Berthold Sinaulan itu juga diterbitkan untuk menyambut 95 tahun hari lahir penyair kenamaan Indonesia, Chairil Anwar.
Rumah Dunia yang dibangun oleh sastrawan Gola Gong dan sejumlah penulis serta peminat sastra di Banten, adalah wadah untuk mengembangkan literasi, baik dalam bentuk karya sastra, jurnalistik, maupun yang terkait dengan karya film dan teater.
ADVERTISEMENT
Menyambut Hari Buku Sedunia, Rumah Dunia berhasil mengumpulkan 64 judul buku berbeda untuk diluncurkan bersamaan. Ini merupakan pemecahan rekor dari acara serupa tahun lalu, yang mengumpulkan 53 buku untuk diluncurkan bersama.
Buku kumpulan puisi “Kubayangkan Chairil Anwar” disusun oleh seorang warga Bintaro Sektor IX, Pondok Aren, Tangerang Selatan dan diterbikan oleh NulisBuku. Terdiri dari 57 puisi yang terinsiprasi dari puisi-puisi karya Chairil Anwar atau terkait dengan sosok Chairil Anwar itu sendiri, kumpulan puisi itu juga dilengkapi dengan dua esai pendek tentang Chairil Anwar, masing-masing berjudul “Tak Akan Ada Habisnya” dan “Moda Transportasi dalam Puisi Chairil Anwar”.
Berikut adalah teks puisi “Kubayangkan Chairil Anwar” yang dikutip dari buku setebal iv + 104 halaman tersebut:
ADVERTISEMENT
Kubayangkan Chairil Anwar
Kubayangkan Chairil Anwar
masih hidup sampai kini
tua memang tapi sehat
lantaran rokok dan segala
tembakau sudah dia buang
juga botol-botol minuman keras itu,
jauh ke tempat sampah
yang tak ingin dikoreknya lagi.
Kubayangkan Chairil Anwar
masih hidup sama kini
kursi roda mungkin penyangganya
dalam rumah besar delapan kamar
sambil makan bubur dan
menyeruput teh hangat dicampur madu
murni tentunya, sudah kaya dia
royalti karyanya berkali lipat.
Kubayangkan Chairil Anwar
masih hidup sampai kini
di depan komputer dengan kacamata
terus menatap membaca karya
Sapardi Djoko Damono,
Ajip Rosidi, WS Rendra,
Sutardji Calzoum Bachri,
juga Yudhistira dan Noorca
yang keduanya Massardi,
sampai Nirwan Dewanto, Joko Pinurbo,
ADVERTISEMENT
Dorothea Rosa Herliany,
pun Wiji Thukul yang entah
ke mana dan di mana sampai kini,
entah apa yang ada di pikiran tuanya,
akankah Chairil kagum, tak mengerti,
atau “no comment”.
Kubayangkan Chairil Anwar
masih hidup sampai kini
akan jugakah dia gunakan Facebook,
Twiiter, Path, Instagram, segala
rupa media sosial, atau justru
tak merasa perlu, cukup duduk
di kursi roda mendengar musik
dan nonton film hiburan ringan
menikmati royalti karya yang
terus berdatangan,
tak pernah habis.
Kubayangkan Chairil Anwar
masih hidup sampai kini,
sambil kuajak berbincang untuk
membuka misteri demi misteri
dalam puisi-puisinya
tentang nama
tentang kisah
tentang segala hal.
Bintaro Sektor IX, 18 Maret 2017.
ADVERTISEMENT