Menumbuhkan Rasa Kompeten pada Anak: Mengatasi Industriousness vs Inferiority

Bias Mulia S
Mahasiswa Psikologi di Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
22 Juni 2024 10:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bias Mulia S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Erik Erikson, salah seorang tokoh psikologi, mengembangkan teori perkembangan psikososial yang membagi kehidupan manusia menjadi delapan tahap perkembangan, dengan setiap tahap menghadirkan krisis yang harus diatasi individu untuk mencapai tahap selanjutnya dengan perkembangan yang sehat.
ADVERTISEMENT
Pada masa perkembangan anak usia 6 hingga 11 tahun, Erikson mengidentifikasi fase penting yang dikenal sebagai Industriousness versus Inferiority atau masa kerajinan melawan perasaan rendah diri. Fase ini bertepatan dengan periode latensi dalam teori psikoseksual Freud, merupakan tahapan yang memiliki peran krusial dalam membentuk rasa kompetensi anak dalam berbagai aspek kehidupan.
Industriousness vs Inferiority: Apa yang Terjadi?
Pada tahap ini, anak-anak mulai bersekolah dan mendapatkan pengaruh sosial baru di luar rumah. Mereka belajar keterampilan baru, mengembangkan kebiasaan kerja dan belajar yang baik, dan mencari penghargaan serta kepuasan dari tugas yang diselesaikan dengan baik​​. Erikson menekankan bahwa keberhasilan dalam mengembangkan industriousness sangat dipengaruhi oleh dukungan dari orang tua dan guru. Anak-anak yang menerima pujian dan penguatan positif akan cenderung merasa kompeten dan terus berusaha, sedangkan anak-anak yang mengalami celaan, ejekan, atau penolakan mungkin akan merasa inferior atau rendah diri dan merasa tidak cukup​​.
ADVERTISEMENT
Peran Orang Tua dalam Mendukung Industriousness
Sebagai orang tua, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu anak-anak mengembangkan rasa kompetensi dan mengatasi bibit perasaan rendah diri:
1. Memberikan Dukungan Positif
Memuji usaha dan pencapaian anak akan membantu anak merasa dihargai dan termotivasi untuk terus mencoba.
2. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif
Menyediakan ruang dan waktu bagi anak untuk belajar dan mengeksplorasi minatnya. Juga pastikan anak memiliki akses ke alat-alat yang dibutuhkan untuk belajar dan berkreasi.
3. Mendorong Kemandirian
Membiarkan anak mencoba melakukan tugas sendiri sebelum menawarkan mereka bantuan. Ini akan membantu anak belajar mengatasi tantangan dan merasa bangga dengan pencapaiannya sendiri.
4. Menjadi Contoh yang Baik
Menunjukkan sikap kerja keras dan ketekunan dalam aktivitas orang tua. Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua, jadi penting bagi orang tua untuk menunjukkan bahwa mereka menghargai usaha dan kerja keras.
ADVERTISEMENT
5. Mengajarkan Keterampilan Sosial
Membantu anak mengembangkan keterampilan berinteraksi dengan orang lain, seperti berbagi, bekerja sama, dan menyelesaikan konflik. Karena, keterampilan ini nantinya akan penting untuk keberhasilan di sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Memberikan Tantangan yang Sesuai Usia:
Memberikan anak tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan usia dan kemampuannya, karena tantangan yang tepat akan membantu anak merasa mampu dan meningkatkan rasa percaya dirinya.
Mengatasi Inferiority
Jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda perasaan rendah diri, seperti menolak mencoba hal baru atau merasa tidak mampu, tindakan yang bisa orang tua lakukan:
1. Berbicara dengan Anak
Mengajak anak berbicara tentang perasaannya dan mendengarkan mereka tanpa menghakimi. Orang tua harus menunjukkan bahwa mereka memahami dan siap membantu mereka.
ADVERTISEMENT
2. Memperkuat Kelebihan Anak
Fokus pada hal-hal yang anak lakukan dengan baik dan bantu mereka melihat kelebihannya.
3. Melibatkan Guru
Kerja sama dengan guru anak untuk memastikan bahwa anak mendapatkan dukungan yang konsisten di sekolah dan di rumah.
Dengan memberikan dukungan yang tepat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengatasi tantangan di fase Industriousness versus Inferiority dan mengembangkan rasa kompeten yang kuat. Ini akan menjadi dasar yang kokoh untuk kesuksesan mereka di masa depan.
Fase Industriousness versus Inferiority adalah masa penting dalam perkembangan anak di mana dukungan dari orang tua dan guru sangat dibutuhkan. Dengan memahami dan menerapkan strategi yang tepat, orang tua dapat membantu anak-anak mereka mengembangkan rasa kompetensi yang kuat dan mengatasi perasaan rendah diri, serta memberikan mereka pondasi yang baik untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka :
Schultz, D. P., & Schultz, S. E. (2016). Theories of Personality. Cengage Learning.