Jupp Heynckes dan Kelindan Nasib yang Mempertemukannya dengan Bayern

18 Oktober 2017 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Heynckes berjodoh dengan Bayern. (Foto: Miguel Villagran/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Heynckes berjodoh dengan Bayern. (Foto: Miguel Villagran/AFP)
ADVERTISEMENT
Apa, sih, yang diharapkan Bayern dari seorang pria berusia 72 tahun? Umumnya, pria dengan umur yang menyentuh lebih dari tujuh dasawarsa cenderung sering berpikir untuk pensiun dan menikmati sisa hidup dengan santai.
ADVERTISEMENT
Tapi, nyatanya, Bayern langsung menyambutnya dengan pesta. Lima gol tanpa balas mereka lesakkan ke gawang Freiburg di pekan kedelapan Bundesliga. Pesta tersebut diberikan sekaligus diprakarasi oleh Jupp Heynckes, pria 72 tahun yang kami maksud.
Well, usia Heynckes tak lagi muda, tapi dia bukan pelatih sembarangan. Bahkan mantan juru taktik Bayer Leverkusen itu tak jarang ditunjuk untuk menakhodai tim yang sedang dalam kondisi "sekarat".
Nah, Bayern juga dalam kondisi yang "sekarat" sebelum kedatangan Heynckes. Bayern memang belum sampai terpuruk ke papan tengah, tetapi bagi klub sekaliber mereka, cuma meraih hasil imbang kontra Wolfsburg dan Hertha Berlin, adalah tanda bahaya. Puncaknya, tentu saja, adalah kekalahan 0-3 dari Paris Saint Germain di ajang Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Ada sederet borok yang mesti segera diobati oleh Heynckes. Dari luar, Bayern memang tampak baik-baik saja. Namun, inkonsistensi mereka menunjukkan kalau ada yang tak beres di dalam sistem permainan mereka. Jika Anda butuh contoh, salah satu borok itu adalah bagaimana mereka begitu bergantung pada duet Arjen Robben dan Franck Ribery yang usianya kini sudah menyentuh kepala tiga.
Heynckes memang tidak akan seterusnya menangani Bayern. Dia hanya diberi kontrak sebagai caretaker sampai akhir musim ini. Artinya, Bayern menunjuk Heynckes untuk memberikan pembenahan instan, bukan jangka panjang.
Bagi Heynckes sendiri, ini seperti deja vu. Sembilan tahun silam, Heynckes pernah ditunjuk sebagai caretaker setelah para petinggi Bayern merasa tidak puas dengan kinerja Juergen Klinsmann. Sampai kemudian Presiden Bayern, Uli Hoeness, memercayai Heynckes untuk menjadi arsitek resmi Bayern untuk ketiga kalinya pada musim 2011/2012.
ADVERTISEMENT
***
Heynckes memberi instruksi di tengah salju. (Foto: Patrik Stollarz/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Heynckes memberi instruksi di tengah salju. (Foto: Patrik Stollarz/AFP)
Sejatinya Josef "Jupp" Heynckes sendiri tak pernah berpikir untuk menjadi seorang pemain bola di masa kecilnya. Sebagai anak seorang pandai besi, Heynckes memilih bercita-cita menjadi arsitek --yah, tak jauh melenceng juga sebab akhirnya jadi arsitek yang merancang sebuah skuat kesebelasan.
Namun, takdir berkata lain. Saat usianya belum genap 20 tahun, Heynckes menemukan dirinya jadi anggota skuat Borussia Moenchengladbach, klub profesional pertamanya.
Prestasinya sebagai penggawa Die Fohlen juga terhitung mentereng karena sukses mencetak 195 gol dari 283 laga di Bundesliga bersama mereka. Torehan tersebut membuat Heynckes berada dalam daftar tiga teratas bomber Jerman, bersama Gerd Mueller, dan Klaus Fischer. Ya, di masa mudanya, Heynckes adalah pemain depan yang cukup subur.
ADVERTISEMENT
Heynckes juga berhasil mengantar Gladbach merengkuh empat trofi Bundesliga selama kariernya, atau lebih dari setengah titel yang pernah diraih klub yang bermarkas di Stadion im Borussia-Park itu hingga saat ini.
Oleh karena itu, cukup logis jika Heynckes lekat kaitannya dengan Gladbach. Bahkan, dirinya masih tinggal di sebuah peternakan kecil di luar kota Nordrhein-Westphalia, area tempat kota Moenchengladbach berada, bersama istrinya, Iris.
Sampai di sini, setidaknya cukup menggambarkan jika Heynckes punya latar belakang yang kuat sebagai seorang pelatih, yakni dengan bekal pengalaman sebagai pemain.
Sebelum akhirnya menangani Bayern untuk pertama kalinya di musim 1987/1988, dirinya lebih dulu mengabdi pada Gladbach. Tak ada titel yang berhasil dipersembahkan olehnya.
ADVERTISEMENT
Pada final Piala UEFA 1980, Heynckes berduel dengan Eintracht Frankfurt di partai puncak. Sayang, anak asuhnya mesti gigit jari karena kalah agregat gol tandang.
Situasi lebih dramatis terjadi empat musim berselang, tepatnya pada final DFB Pokal. Gladbach harus keok dari Bayern via adu penalti setelah penendang terakhir mereka, Norbert Ringels, gagal menyelesaikan tugasnya.
Setelah berhasil mendulang masing-masing sepasang trofi Bundesliga dan Piala Super Jerman pada edisi pertamanya bersama Bayern, Heynckes memilih untuk merantau ke Spanyol untuk menangani Athletic Bilbao, Tenerife, dan Real Madrid. Bisa ditebak, bersama Los Blancos Heynckes meraih kesuksesan setelah merengkuh titel Liga Champions di musim 1997/1998. Tapi, ya, hanya itu yang bisa dadapat Heynckes dari tanah Spanyol.
ADVERTISEMENT
Bahkan, dirinya sempat terpuruk saat membesut Eintracht Frankfurt di musim 1994/1995. Intrik yang berbuah pemogokan Jay-Jay Okocha, Anthony Yeboah, dan Maurizio Gaudino jadi salah satu penyebabnya.
Tapi, tetap tak ada yang mengalahkan mimpi buruk yang dialaminya saat timnya dicukur Real Madrid empat gol tanpa balas di babak ketiga Piala UEFA. Padahal, pada leg pertama anak-anak asuhnya berhasil menjebol gawang Los Blancos lima kali dan hanya kemasukkan sebiji gol.
Ya, semua itu dialaminya saat masih membesut Gladbach.
Selebrasi pemain-pemain Bayern Muenchen. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain-pemain Bayern Muenchen. (Foto: REUTERS/Michael Dalder)
Akan tetapi, tak ada yang lebih spesial dari musim 2012/2013, di mana Heynckes berhasil menyabet tiga titel untuk Bayern.
Saat itu, trofi Bundesliga sudah dipegang jauh-jauh hari, tepatnya pada pekan ke-28. Bayangkan saja, Philipp Lahm dan kawan-kawan saat itu finis sebagai pemimpin klasemen dengan selisih 25 poin dari Borussia Dortmund di urutan kedua.
ADVERTISEMENT
Nah, PR selanjutnya adalah bagaimana Heynckes menyelesaikan kegagalannya di edisi sebelumnya saat kalah dari Chelsea di babak final Liga Champions. Kebetulan, di musim itu Bayern akan berhadapan dengan rivalnya tradisionalnya, Borussia Dortmund.
Adalah Robben yang berhasil mencetak gol kemenangan bagi Die Roten semenit sebelum berakhirnya waktu normal. Lantas, diboyonglah "Si Kuping Besar", sekaligus menggenapkan trofi Liga Champions Bayern menjadi lima.
Sepekan kemudian, Heynckes berhasil menutup klimaks dengan sempurna usai mengantar Bayern meraih DFB Pokal usai menang tipis 3-2 atas Stuttgart. Piala menyerupai gelas berwarna emas itu kemudian menutup musim terindah Bayern karen menjadi tim pertama Jerman yang sukses mendulang treble.
Sesudah musim yang gemilang itu, Heynckes memilih untuk pensiun. Dengan usia yang sudah tua, ia lebih suka bersantai sembari mengurus kebun di rumahnya. Namun, sekali lagi... Nasib berkata lain untuk Heynckes.
ADVERTISEMENT
====
*Untuk pertama kalinya sejak membawa Bayern menjuarai Liga Champions pada 2013, Heynckes akan memimpin kesebelasan tersebut bertanding di Liga Champions lagi. Pada Kamis (19/10/2017) dini hari WIB pukul 01.45 WIB, Bayern akan menjamu Celtic.