Membandingkan Kroasia yang Dulu dan Sekarang

12 Juli 2018 15:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timnas Kroasia di Piala Dunia 1998. (Foto: JACQUES DEMARTHON / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Timnas Kroasia di Piala Dunia 1998. (Foto: JACQUES DEMARTHON / AFP)
ADVERTISEMENT
Sepakan Mario Mandzukic yang mengoyak gawang Jordan Pickford sukses meluluhlantakkan Inggris di babak semifinal Piala Dunia 2018, Kamis (12/7/2018). Mengubur jargon Football's Coming Home yang digaungkan 'Tiga Singa' jadi sekadar kata-kata hampa.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, dengan kemenangan tersebut, Kroasia akhirnya bisa melampaui catatan terbaik mereka edisi 1998 silam. Kala tim legendaris arahan Miroslav Blazevic menyabet peringkat ketiga. Dan kini, Kroasia tinggal sejengkal lagi untuk menorehkan tinta emas, andai bisa menaklukkan Prancis di partai final pada Minggu (15/7).
kumparanBOLA mencoba membandingkan Vatreni masa kini dengan masa keemasan mereka 20 tahun silam. Silakan.
Kroasia 1998
Hanya enam tahun yang dibutuhkan Kroasia dari awal terbentuk hingga lolos ke Piala Dunia. Sebenarnya gejala kesuksesan telah nampak saat negara pecahan Yugloslavia itu berhasil menembus perempat final Piala Eropa 1996.
Maka tak heran juga andai pendar mereka tak terbendung dua tahun berselang. Meski tetap saja, finis di peringkat ketiga di ajang Piala Dunia adalah torehan luar biasa. Serupa dengan sekarang, Kroasia saat itu juga kudu melakoni babak play-off untuk meraih tiket ke putaran final. Ukraina yang jadi lawan mereka, dikandaskan dengan agregat 3-1.
ADVERTISEMENT
Kroasia sedikit diuntungkan karena tergabung dengan lawan yang relatif mudah di Grup H. Hanya Argentina satu-satunya lawan kuat, sedangkan dua slot sisanya dihuni Jamaika dan Jepang. Dua tim terakhir behasil ditaklukkan, Kroasia pun lolos sebagai runner-up, mendampingi 'Tim Tango' sang pemuncak klasemen.
Romania mereka singkirkan, Jerman dibungkam tiga gol tanpa balas. Hingga akhirnya Zvonimir Boban dan kolega melangkah ke semifinal kemudian keok di tangan Prancis. Meski akhirnya mereka berhasil menundukkan Belanda di perebutan tempat ketiga.
Kesenjangan Kroasia masa lampau dengan saat ini adalah keseimbangan tim. Skuat merata di jantung pertahanan yang digawangi Slaven Bilic lalu Zvonimir Boban, playmaker yang sukses meraih trofi Liga Champions, dilengkapi degan Davor Suker di garda terdepan.
ADVERTISEMENT
Itulah mengapa mereka selalu menuntaskan laga dengan kemenangan di waktu normal, tanpa perlu melakoni babak adu penalti --seperti yang Kroasia lewati dalam dua babak sebelumnya di edisi 2018.
Ramuan tiga bek Miroslav Blazevic tokcer. Kombinasi Bilic, Dario Simic sebagai bek sentral, dan Igor Stimac yang didaulat menjadi sweeper, membuat Drazen Ladic hanya kebobolan lima kali dari tujuh pertandingan.
Suker merayakan juara ketiga di Piala Dunia 1998. (Foto: GERARD CERLES / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Suker merayakan juara ketiga di Piala Dunia 1998. (Foto: GERARD CERLES / AFP)
Kroasia 2018
Tak ada yang spesial dari Kroasia saat ini, setidaknya dari komposisi pemain. Cuma Dejan Lovren dan Danijel Subasic yang bisa diandalkan di barisan pertahanan. Padahal, penampilan keduanya di level klub juga terbilang angin-anginan. Konstelasi full-back juga tak cukup kuat. Ivan Strinic tak cukup efektif dalam membantu serangan dibanding Sime Vrsaljko yang lebih intens dalam melepaskan umpan kunci.
ADVERTISEMENT
Sedangkan lini depan hanya Mandzukic dan Ivan Perisic yang telah teruji ketajamannya di level top Eropa. Sayangnya, Mandzukic juga tak bisa dibandingkan dengan Suker, top-skorer Piala Dunia 1998 silam. Sejauh ini mantan penyerang Atletico Madrid itu baru menyarangkan sepasang gol, bandingkan dengan Suker yang sukses mengemas tiga gol lebih banyak di fase yang sama.
Namun, justru lini tengah Kroasia yang menjadi pusatnya, dan mampu menutupi kekurangan di sektor lain. Adalah kehadiran Luka Modric yang membuat area sentral mereka spesial. Paket komplitnya sebagai distributor bola, pengatur serangan, dan eksekutor bola mati. Perannya makin sempurna dengan duet Ivan Rakitic yang bisa melakoni tugas serupa dengan Modric.
Peran keduanya tak jauh berbeda dengan Boban-Aljosa Asanovic 20 tahun silam. Asanovic bukanlah seorang gelandang murni, akan tetapi ia memiliki visi yang mumpuni. Mantan penggawa Derby County itu didaulat untuk bertukar pasang dengan peran Boban di lini tengah. Mirip-mirip dengan kombinasi Modric-Rakitic yang juga komplementer.
ADVERTISEMENT
Kroasia menjejak final Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Christian Hartmann)
zoom-in-whitePerbesar
Kroasia menjejak final Piala Dunia 2018. (Foto: REUTERS/Christian Hartmann)
Moncernya performa Kroasia tak bisa dilepaskan dari kejelian Zlatko Dalic. Padahal, waktunya tak cukup banyak untuk mempersiapkan skuatnya. Dalic menggantikan Ante Cacic di pengujung babak kualifikasi Piala Dunia.
Keunggulan Dalic adalah kemampuannya beradaptasi dalam skema lawan. Tengok saja bagaimana ia menerapkan pressing tinggi yang membuat Inggris kelimpungan membangun serangan. Setali tiga uang saat Kroasia berhasil melumpuhkan Argentina 3-0 di fase grup.