Seks Edukasi, Perlu atau Tabu?

BINTANG WIJAYA AS DARMA
Mahasiswa Universitas Pamulang dan Teller Bank BSI
Konten dari Pengguna
8 November 2021 17:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BINTANG WIJAYA AS DARMA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi gambar dari: https://unsplash.com/photos/pcu5rnAl19g
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi gambar dari: https://unsplash.com/photos/pcu5rnAl19g
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seks edukasi sebetulnya sudah banyak diberikan sejak usia dini di berbagai negara. Di Indonesia sendiri membicarakan hal seks di lingkungan masyarakat masih sangat jarang, karena tidak sedikit dari masyarakat beranggapan bahwa berbicara berbau seks sangat tabu.
ADVERTISEMENT
Saya sendiri merasakan sedikit aneh saat belajar tentang alat reproduksi di bangku sekolah menengah pertama. Tidak sedikit dari dari teman-teman kelas saya yang memberikan respons geli ketika belajar materi tersebut, pertanda sangat minim seks edukasi terhadap masyarakat.
Sebetulnya seks edukasi sangat perlu sejak dini, sekalipun tidak untuk memberikan informasi terkait seks mendalam. Di negara Swiss sendiri, seks edukasi telah diberikan sejak anak duduk di bangku TK sekalipun prostitusi dilegalkan di negara tersebut.
Sebetulnya di Indonesia orang tua masih belum menemukan cara untuk memberikan edukasi terhadap anak-anaknya dengan benar. Di Indonesia pendidikan lebih banyak memberikan edukasi terkait bahaya seks bebas. Namun sesuai fakta, hal tersebut tidak menjadikan tingkat hubungan seksual di luar pernikahan menurun. Pernikahan akibat hamil diluar nikah masih sering terjadi walaupun itu sudah menjadi budaya malu di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Seks edukasi masih sering disalahpahami oleh masyarakat karena masih banyak yang beranggapan bahwa seks edukasi mengajarkan untuk berhubungan seks. Contohnya saja ketika menyebut alat kelamin, seseorang bisa merasa sangat malu. Bahkan edukasi terhadap penggunaan alat kontrasepsi masih sangat minim, padahal penggunaan alat kontrasepsi dengan benar mampu mengurangi penularan penyakit HIV/AIDS tetapi itu semua masih dianggap sangat tabu.
Contoh lain saja pada film Dua Garis Biru. Sebelum tayang perdananya, film Dua Garis Biru sudah mendapat kecaman dari masyarakat hingga dibuatkan petisi boikot film Dua Garis Biru. Padahal jika kita telaah lebih jauh film tersebut, kita akan menemukan edukasi tentang bahayanya hubungan seksual di luar pernikahan terlebih belum cukup umur sehingga dapat memengaruhi pendidikan dan masa depan.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, seks edukasi sejatinya sangat diperlukan terutama untuk usia anak sejak dini. Mungkin bisa dimulai dari memperkenalkan batasan laki-laki dan perempuan, dan mulai memisahkan kamar tidur anak laki-laki dan perempuan seperti dalam ajaran agama Islam. Pemberian edukasi sejak dini akan berdampak positif bila sudah remaja, karena sejatinya anak remaja memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap hal yang jauh. Dengan pemberian edukasi seksual sejak dini, anak remaja akan merasa terbiasa untuk tidak melakukan hal yang dilarang terkait hubungan seksual.