news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pergeseran Nilai Kearifan Lokal Membuat Radikalisme Mudah Menyebar

BNPT
Akun resmi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2019 10:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BNPT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH Foto: Dok. BNPT
zoom-in-whitePerbesar
com-Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH Foto: Dok. BNPT
ADVERTISEMENT
Penyebaran radikalisme dan terorisme di lingkungan perguruan tinggi selama ini dinilai sangat memprihatinkan. Penyebarannya yang secara diam-diam di lingkungan perguruan tinggi tentunya sebuah ‘kecolongan’ terbesar dalam dunia pendidikan. Bergesernya nilai-nilai kearifan lokal di masyarakat menjadi salah satu penyebab paham negatif mudah menyasar kaum muda.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, saat memberikan kuliah umum mengenai Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme di Universitas Andalas (Unand) Padang dan Universitas Negeri Padang (UNP) , Kamis (22/8/2019). Suhardi mengungkapkan keresahannya atas pergeseran nilai-nilai kearifan lokal yang sedang dialami bangsa Indonesia khususnya di tengah masyarakat Sumatera Barat. Sejarah dan akar budaya masyarakat semakin terlupakan. Kini masyarakat cenderung apatis dengan perubahan-perubahan yang ada di sekitar lingkungannya. .
“Siapa yang tidak kenal ulama-ulama besar dari Sumatera Barat seperti Buya Hamka, Banyak sekali diplomat-diplomat ulung dan sastrawan besar yang berasal dari ranah Minang. Saya sangat rindu itu. Jangan tinggalkan sejarah budaya bangsa kita. Jangan lupakan asal muasal dan kearifan lokal. Nilai-nilainya harus kita kembalikan sehingga negara kita bisa maju tetapi dengan tidak melupakan sejarah,” ujar Komjen Pol Suhardi Alius.
com-BNPT, kuliah umum mengenai Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme Foto: Dok. BNPT
Kepala BNPT melanjutkan, bentuk keapatisan terhadap nilai-nilai budaya ini akibat dari perilaku masyarakat yang sudah cenderung bergantung kepada teknologi internet. Dimana konten yang beredar sulit untuk disaring, apalagi yang mengandung perpecahan sehingga dapat melunturkan rasa persatuan dan kebersamaan sebagai satu bangsa.
ADVERTISEMENT
“Ini yang harus diwaspadai, karena ini sudah menjadi celah besar masuknya paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme. Hanya gara-gara hoaks di media sosial, kita berseteru dengan saudara kita. Begitu hebatnya gadget bermain, bukti dunia hanya ada dalam genggaman kita. Ini merupakan masalah yang sangat berbahaya kalau dibiarkan berlama–lama,” ujar mantan Sekretaris utama (Sestama) Lemhanas RI ini.
Oleh karena itu, Suhardi berharap, mahasiswa bisa menjadi agen perubahan dan bisa meniru semangat yang pernah dimiliki para tokoh–tokoh dan pahlawan asal ranah Minang yang pernah berjuang dalam masa pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Semangat yang dimiliki itu tidak hanya dari satu unsur tetapi dari beberapa unsur, seperti agama, pendidikan, dan budaya. Saya yakin kalau generasi muda sudah memiliki semangat kebangsaan seperti itu, paham negatif seperti apapun akan sulit untuk memecah belah bangsa ini,” ujar mantan Kapolda Jawa Barat ini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu saat memberikan pembekalan dan kuliah umum kepada 9.000 mahasiswa baru UNP di gedung auditorium UNP , Kepala BNPT memberikan pembekalan dengan system eleconference di empat kelas. Hal ini dikarenakan kapasitas auditorium UNP tidak bisa menampung seluruh mahasiswa baru tersebut.
Melihat teknologi yang digunakan di UNP, Suhardi terlihat sangat kagum. Namun dibalik kekagumannya tersebut dirinya juga berpesan kepada para mahasiswa baru yang hadir, bahwa teknologi canggih akan bermanfaat bagus kalau digunakan untuk hal yang baik. Namun sebaliknya teknologi canggih itu akan sangat tidak baik kalau digunakan untuk hal yang buruk.
Di kesempatan itu pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini juga berharap agar mahasiswa baru ini juga sadar akan pentingnya pendidikan karakter. Karena ilmu apapun kalau dilandasi dengan karakter yang baik tentunya akan berdampak baik buat semuanya.
ADVERTISEMENT
“Adik-adik generasi muda ini harus bisa menyaring informasi yang beredar di dunia maya sebelum membagikannya kepada orang lain. Sikap seperti ini tentunya dapat mengurangi tersebar luasnya berita bohong dan konten propaganda radikal terorisme,” kata mantan Kapolres Metro Jakarta Barat ini.