news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hantu Obor-obor di Lampung

BriiStory
Jangan baca sendirian..
Konten dari Pengguna
28 Mei 2020 8:25 WIB
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BriiStory tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dok: Pixabay.
Hari ini gw akan cerita salah satu pengalaman seram bareng Kakek tercinta. Kenapa gw bilang salah satu? Ya karna ada beberapa pengalaman horor yang pernah kami alami berdua. Nanti gw ceritain satu persatu.
ADVERTISEMENT
Kali ini cerita tentang "obor2 di desa Kakek"
Almarhum kakek dan nenek semasa hidup dulu tinggal di suatu daerah pedalaman Lampung Timur. Pedalaman yang benar-benar pedalaman, desanya terletak tengah hutan, kalau mau ke tempat itu harus melalui perkebunan sawit, kapas, karet, rawa2, hutan jati, waahh..macam-macam.
menurut Bapak gw, jaraknya kira-kira 40km dari jalan utama yaitu jalan lintas Sumatera.
Kenapa bisa terdampar di sana? Karna dulunya mereka ikut program transmigrasi.
Waktu Kakek dan Nenek masih hidup, setiap lebaran gw sekeluarga pasti mudik.
Seru perjalanannya, dimulai dgn kapal laut selat sunda, lintas sumatera Bakauheuni-Teluk Betung, trus ke kota Bergen, sampai situ aja jalan aspalnya. Setelah itu jalan tanah sampe ke rumah Kakek. Tapi gw menikmati perjalanannya.
ADVERTISEMENT
Karena sudah tua, Kakek meninggal empat tahun yang lalu dalam tidurnya, Nenek meninggal satu tahun sebelumnya. Sejak mereka meninggal, gw ga pernah mengunjungi tempat itu lagi. Amat sangat kangen dengan Kakek Nenek...:( al fatihah.. Oke lanjut..
Peristiwa yang akan gw ceritakan ini terjadi sekitar 20 tahun yang lalu, waktu gw masih SD. Tapi tenang aja, detail kejadiannya gw masih ingat..
Perjalanan ke rumah Kakek selalu menggunakan mobil, biasanya bapak gw yang duduk di belakang kemudi, gw duduk di sebelahnya. Gw suka banget memperhatikan barisan pepohonan kelapa sawit ketika mobil berjalan di tengahnya.
Ratusan kelapa sawit berbaris rapi, membentuk terowongan di antara barisannya. Indah banget keliatannya.
Pemandangan itu banyak terlihat antara Bandar Lampung-Bergen. Di kota kecil bernama Bergen ini jalan aspal berakhir, selebihnya kami harus bergoyang selama berberapa jam di dalam mobil, karna melintas di jalan tanah yang sangat bergelombang.
ADVERTISEMENT
Apa lagi kalau sedang musim hujan, benar2 seperti off road dengan tingkat kesulitan yang lumayan berat. Pernah pada suatu waktu ketika mudik ke sana, mobil kami tergelincir masuk ke sawah. Nyemplung ke sawah se-mobil-mobilnya. Mobil sama sekali ga bisa jalan, lah namanya juga kecemplung.
Trus gimana? Om Adi (om gw paling kecil), berjalan kaki ke arah kampung Kakek untuk minta bantuan. Beberapa jam kemudian om Adi datang bersama belasan orang, berbondong2 ke tempat kami menunggu.
Tau gak apa yang mereka lakukan kemudian? Sekitar 15 orang beramai2 mengangkat mobil dari sawah ke atas jalan tanah yang ada di sampingnya. Luar biasa kuatnya mereka. Luar biasa baiknya mereka.
Tapi sebelumnya mereka sudah pada tahu, kalau kami adalah "Anak cucu pak Ra'uf..", oh iya..Ra'uf adalah nama Kakek.
ADVERTISEMENT
Itulah gambaran betapa "dahsyat"nya perjalanan ke rumah Kakek.
Waktu itu kami ke rumah Kakek bukan dalam rangka mudik lebaran, tapi entah dalam rangka apa, gw lupa. Yang pasti waktunya adalah dua atau tiga minggu sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
~~
Singkat cerita, kami pun sampai di rumah Kakek. Seperti biasa, Kakek Nenek menyambut kami, anak cucunya, di depan rumah dengan senyum bahagia.
Setelah itu masakan Nenek sudah menunggu di dapur, menunggu untuk dilahap, perjalanan berat membuat perut lapar.
20 tahun yang lalu, desa kecil tempat Kakek tinggal ini belum ada listrik. Penerangan menggunakan lampu petromak dan lampu templok.
Untuk generasi milenial silahkan googling kalo ga tau apa itu petromak dan lampu templok..
ADVERTISEMENT
Mata pencarian penduduk desa itu adalah bertani dan berladang, termasuk Kakek. Tapi beliau ga hanya berladang, Kakek memiliki mesin giling padi bertenaga diesel di samping rumah, yang dapat disewa petani lain untuk menggiling padi.
Jarak dari rumah ke rumah lainnya cukup jauh, rata-rata sekitar 100meter. Dihubungkan dengan jalan tanah yang lumayan rata.
Masing-masing rumah memiliki halaman yang luas, ada yang beralaskan rumput, dengan pohon buah2an di atasnya. Rumah2nya berbahan dasar kayu.
Kebayang kan suasana desanya? Gw sangat menikmati suasananya. Ga ada polusi, karna penduduknya bepergian menggunakan sepeda atau berjalan kaki, jarang ada motor melintas, apalagi mobil.
Mengangkut hasil pertanian pun menggunakan gerobak yang ditarik oleh sapi, dengan kalung lonceng kliningan di lehernya. Gw mau cerita sedikit tentang sapi penarik gerobak ini, ada yang unik dengan sapi-sapi ini.
ADVERTISEMENT
Jadi, hasil pertanian di kampung itu biasanya di bawa ke koperasi atau pengepul untuk dikumpulkan disana, setelah itu baru dibawa ke kota untuk dijual. Nah..dari gudang petani, hasil pertanian itu dibawa menggunakan gerobak beroda kayu yang di tarik oleh sapi, satu gerobak ditarik oleh satu atau dua sapi.
Karena jarak tempuh yang jauh, biasanya sapi-sapi ini jalan pada malam hari, dan tiba di tempat tujuan saat menjelang pagi. Yang unik adalah, sapi-sapi ini sudah hafal rute jalan yang harus ditempuh tanpa diarahkan oleh kusir gerobak. Mereka berjalan sendiri mengikuti rute perjalanan, sang kusir bisa tidur di atas gerobak semalaman. ketika sang kusir bangun, gerobak sudah di tempat tujuan.
Keren kan..? Kadang di tengah malam, di depan rumah Kakek lewat gerobak2 sapi ini. Awalnya gw bingung, kok sapi2 ini berjalan sendiri tanpa terlihat kusirnya. Hanya tumpukan hasil pertanian yang terlihat di dalam gerobak.
ADVERTISEMENT
Ternyata kusirnya bobok ganteng di antara hasil tani dalam gerobak. Malam jumat itu adalah malam kedua gw di rumah Kakek. Saat itu gw dan om-om gw tengah ngobrol di beranda rumah. Suasana malam hari di desa itu sudah sangat sepi, sekeliling rumah hanya hutan dan rawa-rawa.
Sesekali suara binatang malam terdengar di antara hembusan angin. Depan rumah Kakek adalah jalan desa yang cukup besar, jalan utama kampung itu lah kira-kira. Di seberang jalan adalah hutan yang rindang, agak seram kalau dilihat malam hari.
Obrolan kami berhenti sebentar, ketika Kakek muncul dari dalam rumah. "Brii, anter Kakek ke rumah Kakek Hamid yuk.." ucap Kakek.
Kakek Hamid adalah adik kandung Kakek, gw biasa panggil dia Kakek kedua, beliau orangnya lebih aktif, sering ngajak gw mancing ke tempat yang jauh, mengajak gw ke tempat-tempat seru, Kakek kedua juga sudah almarhum sekarang. Gw mengangguk menjawab ajakan Kakek, karna gw juga belum sempat mampir ke rumah Kakek kedua.
ADVERTISEMENT
Jam 9 malam kami pun beranjak pergi.
Membawa obor, kami berdua menyusuri gelapnya malam di jalan desa terpencil itu. Berjalan kaki memakan waktu hampir satu jam untuk sampai tujuan. Kanan kiri jalan yang dilewati adalah hutan dan perkebunan, hanya sesekali kami melewati rumah penduduk.
Kalau masih terlihat ada orang di depan rumah, Kakek akan bertegur sapa. Kakek kenal dengan semua penghuni rumah2 di desa itu. Sepanjang jalan kami berbincang seru, Kakek memang hobi bercerita. Makanya gw ga terlalu takut jalan malam2 di tengah hutan gitu, karna di sebelah gw ada Kakek yang ga keliatan takut sedikitpun, biasa aja tampangnya.
Ya memang udah biasa jalan kaki malam2.. Langkah gw melambat ketika tiba2 Kakek mengajak gw untuk mengucap salam.
ADVERTISEMENT
Ternyata di sebelah kiri jalan yang kami lewati adalah pemakaman umum yang cukup besar. Terlihat suram dan gelap, juga ditumbuhi pohon-pohon besar. Dengan gapura lusuh di pintu gerbangnya.
Merinding gw melewatinya. Padahal kalo jalan sendirian, atau dengan orang selain Kakek, mungkin gw akan lari supaya cepat sampai tujuan.
Sepanjang perjalanan yang terdengar hanya suara obrolan kami dan gesekan sendal di jalan tanah, di iringi suara2 binatang hutan. Malam itu ga ada bulan, jadi benar2 gelap
Sekitar jam 10 malam akhirnya kami sampai juga di tujuan. Senyum sumringah kakek kedua, di tambah tawanya menyambut kami dengan gembira.
"Naahh cucu kesayangan Kakek akhirnya datang juga malam2..." kata beliau
Gw mematikan obor dan langsung masuk ke dalam rumah kayu itu. Kami ngobrol bertiga di dalam, kadang ditambah dengan Nenek kedua yang sesekali ikut berbincang.
ADVERTISEMENT
Seru melihat obrolan dua kakak beradik ini.
Beberapa saat kemudian gw memisahkan diri ke belakang, karena gw perhatikan ada pembicaraan penting di antara mereka berdua. Gw duduk di dapur berbincang dengan nenek kedua,
~~
Sekitar jam 12 malam Kakek mengajak pulang. Gw senang, karna gw sudah agak ngantuk,
Setelah berpamitan, kami menyalakan obor dan langsung berjalan pulang.
Saat pulang, kami melewati jalan sama seperti berangkat tadi, hanya kali ini udara mulai terasa lebih dingin. Entah kenapa, suasananya juga lebih hening. Untungnya Kakek masih semangat mengajak gw ngobrol. Saat berangkat tadi, suara binatang2 hutan masih rame. Perjalanan pulang malah lebih sepi.
Merasakan hal yang ga enak, gw menggandeng tangan Kakek untuk menenangkan. Kakek melihat gelagat gw, dan tersenyum "Ga usah takut Brii, ada Kakek, tenang aja.."
ADVERTISEMENT
Gw jadi sedikit tenang. Di tengah2 perjalanan, dari kejauhan terdengar lolongan anjing hutan, melolong panjang.
Semakin erat tangan gw menggenggam tangan Kakek, semakin merapatkan diri ke badan Kakek, gw takut..
Lolongan anjing ga hanya sekali, tapi beberapa kali memecah kesunyian malam itu.
Bukan rahasia lagi, gw yang waktu itu masih kecil pun tau, kalau ada lolongan panjang anjing biasanya ada aktivitas mahluk2 tak kasat mata di sekitarnya.
Kemudian tiba-tiba lolongan anjing berhenti..
Berhenti total, suasana menjadi hening dan sepi,
Dead silence..
Hanya suara langkah kaki kami aja yang terdengar,
Suasana menjadi sunyi, lolongan anjing pun menghilang,
Langkah kaki Kakek melambat, gw ga tau kenapa..
Tiba-tiba...
Terdengar suara kliningan dari arah belakang..
ADVERTISEMENT
Ternyata suara itu berasal dari lonceng kecil yang ada di leher sapi penarik gerobak, yang gw cerita di awal tadi. Dari kejauhan gerobak sapi itu berjalan pelan ke arah kami.
Gw dan Kakek menatap heran ke arah gerobak itu. Lama kelamaan, gerobak sapi semakin mendekat,
Dan akhirnya lewat juga di samping kami berdiri, kakek menghentikan gerobak sapi itu dengan memegang leher sapinya. Gw melihat ke arah gerobak, yang harusnya berisi kusir dan hasil pertanian,
Ternyata isinya kosong.. "Kek..kita naik gerobak ini aja yuk, biar cepat sampai ke rumah" ajak gw ke Kakek.
"Jangan, gerobak ini sudah ada yang mau menaiki nanti di depan.." kata Kakek seraya menepuk punggung sapi agar lantas meneruskan perjalanan..
ADVERTISEMENT
Gw ga ngerti apa maksud omongan Kakek. Gw bingung, siapa yang mau naik gerobak sapi malam-malam gini selain kami? Sepanjang mata memandang ke depan gw ga lihat siapa-siapa. Hanya ada kami berdua di tengah sunyinya malam itu.
Tapi gw akan dapat jawabannya beberapa menit ke depan..
Gerobak sapi lanjut berjalan dengan pelan menembus gelapnya jalan yang membelah hutan.
Kami berjalan mengikuti sekitar 30 meter di belakangnya. Perasaan gw makin ga enak. Kakek ga mengeluarkan sepatah katapun, tangannya menggenggam erat tangan gw yang udah kelihatan takut. Gak lama kemudian, tiba-tiba gerobak sapi itu berhenti, kami pun ikut menghentikan langkah. Kakek menarik tangan gw, seraya memberi isyarat agar mengikutinya untuk pindah ke tepi jalan.
ADVERTISEMENT
Gw bingung, kenapa Kakek tiba-tiba pindah posisi jadi ke pinggir jalan? "Kita berhenti dulu di sini, ada yang mau lewat, km jangan takut, tenang aja.." ucap Kakek sambil tetap tersenyum.
Tapi tetap aja gw bingung, emang ada apa? Siapa yang mau lewat? Kenapa Kakek juga kelihatan agak tegang sikapnya?
Gw baru sadar, ternyata gerobak sapi itu berhenti tepat di depan pemakaman umum yang tadi kami lewati juga saat berangkat.
Dalam perjalanan pulang, pemakaman itu letaknya jadi di sebelah kanan jalan. Gw ingat dengan gerbang gapura lusuh sebagai pintu masuknya. Suasana semakin hening, sesekali lolongan anjing hutan terdengar lagi dari kejauhan. Kami masih berdiri di pinggir jalan, ketika..
Ketika tiba-tiba..
Merinding lagi kalo mengingat kejadian ini..
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba..ada sesuatu yang menarik perhatian kami, sesuatu yang muncul di dalam area pemakaman itu.
Dari kejauhan, kami melihat ada cahaya yang muncul dari salah satu gundukan kuburan.
Cahaya itu ternyata api yang menyala pada ujung obor.
Obor itu terlihat keluar dari dalam kubur. Dan ternyata, belakangan kami lihat obor itu ga muncul dengan sendirinya, obor itu ada yang memegang. Dari kejauhan terlihat bayangan hitam berbentuk manusia yang muncul dari dalam kubur sambil memegang obor.
Bayangan hitam pekat yang terlihat memakai jubah panjang,
Gw gemetar ketakutan, pelan2 menggeser badan, pindah ke posisi di belakang Kakek, sambil mengintip dari pinggangnya. Bayangan hitam yang membawa obor itu kemudian berjalan pelan menuju ke arah luar pemakaman. Berjalan menuju gerbang.
ADVERTISEMENT
Ga lama dari itu, dari gundukan kuburan yang lain muncul juga obor, sama seperti yang pertama, ada bayangan hitam juga yang keluar membawa obor dari dalam kubur. Berikutnya muncul lagi dari kuburan yang lainnya..
Dan muncul lagi..
Gw hitung ada lima bayangan hitam yang keluar dari dalam kubur dengan memegang obor, dan semuanya berjalan menuju gerbang pemakaman.
Kebayang gak rasanya melihat peristiwa seperti itu?
Gw semakin panik ketakutan melihatnya, pingin nangis rasanya. Tangan gw menggenggam tangan Kakek kuat sekali.
"Jangan takut Brii, tenang aja, itu mahluk Allah juga, ga akan berbuat jahat.., Allahuakbar..." ujar Kakek menenangkan.
Tapi tetap aja gw ketakutan..
Jarak kami ke area pemakaman sekitar 30 meter, cukup untuk melihat peristiwa itu dengan jelas.
ADVERTISEMENT
Sambil mengintip, gw yakin ada lima bayangan hitam yang berjalan membawa obor keluar area pemakaman. Ternyata mereka menuju gerobak sapi tadi yang berhenti di depan pemakaman. Satu persatu mereka menaiki gerobak sapi itu, yang pada akhirnya semua naik.
Kemudian gerobak itu mulai berjalan pelan..
Belum selesai..
Ketika masih terkesima melihat peristiwa itu, ada sesuatu lagi yang menarik perhatian kami.. Ternyata ada barisan obor berjalan dari arah kanan kami, dari arah kampung di mana rumah kakek kedua berada.
Barisan itu berjumlah sekitar 10 obor, masing2 dipegang oleh satu bayangan hitam yang berbentuk manusia berjubah. Berjalan pelan ke arah kampung Kakek, jalur kami pulang. Gw semakin ketakutan,
Gw ga berani melihat ketika barisan bayangan hitam itu semakin mendekat, dan terus mendekat..
ADVERTISEMENT
Yang akhirnya melintas juga tepat di hadapan. Gw membenamkan kepala kedalam baju Kakek..gw sangat takut. "Asalamualaikum..." gw dengar Kakek mengucap salam ketika barisan mahluk itu tepat berada di hadapan.
"Waalaikumsalam..."
Gw dengar ada yang menjawab salam Kakek, suara laki2. Gw ga berani melihat, masih menutup mata dan membenamkan kepala di pinggang Kakek. Kemudian, yang gw dengar adalah keheningan,
Beberapa saat kemudian kakek mengajak gw melanjutkan perjalanan.
Sebelum jalan Kakek bilang "Km ga usah takut, kita akan berjalan di belakang mereka, mereka ga jahat, mereka cuma ingin pulang.."
Pulang? Pulang ke mana? Kami berjalan di belakang barisan bayangan hitam yang membawa obor itu, berjarak sekitar 50 meter di belakang mereka. Paling depan barisan adalah gerobak sapi yang membawa beberapa bayangan hitam membawa obor di atasnya.
ADVERTISEMENT
Sepanjang jalan tangan gw tetap menggenggam tangan Kakek kuat2. Di perjalanan itu, gw perhatikan, setiap melewati satu rumah penduduk, ada satu bayangan yang berbelok dan masuk ke dalam rumah yang dilewati.
Ketika ada rumah lagi, satu bayangan berbelok dan masuk ke rumah itu.
Begitu seterusnya.. Gak terasa, akhirnya kami tiba di rumah, gw langsung lari dan mengetuk pintu. Sementara rombongan bayangan pembawa obor meneruskan perjalanannya.
Nenek membuka pintu rumah, gw buru2 lari masuk ke dalam.
Kakek mengajak gw untuk langsung ambil wudhu dan salat malam bersamanya. Malam itu gw tidur di kamar Kakek..
Esok harinya Kakek menjelaskan ke gw tentang peristiwa yang baru saja kami alami. Jadi, di kampung itu ada cerita turun temurun. Yang katanya, bulan Ruwah (bulan sebelum bulan Puasa) adalah waktunya arwah2 orang yang sudah meninggal untuk pulang ke rumah masing2. Dan pada malam itu, gw dan Kakek melihat peristiwanya, yang benar2 terjadi.
ADVERTISEMENT
Wallahualam.. "Kakek lupa kalo bulan ini ternyata sudah masuk bulan ruwah...hehehe. kalo tau, Kakek ga akan ngajak km jalan malam2..hehehe"
Kakek bilang begitu sambil ktawa2,
ngeselin kan.. Begitulah salah satu petualangan gw bersama almarhum Kakek, mohon doa teman2 semua, semoga Kakek dilapangkan jalannya dan tenang dalam istirahatnya, aamiin.
Sekian cerita gw kali ini, Sampai jumpa di lain kesempatan..
Buat yang penasaran dan gak sabar sama cerita yang lebih banyak lagi bisa liat di twitter @briistory atau IG @brii_story, tapi cepat atau lambat di sini pun akan sama jumlahnya yhaa.
Salam..
~Brii~