Misteri di Bukit Soeharto

BriiStory
Jangan baca sendirian..
Konten dari Pengguna
27 Mei 2020 7:25 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BriiStory tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret udara kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Kalimantan Timur. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Potret udara kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Kalimantan Timur. Foto: Faiz Zulfikar/kumparan
ADVERTISEMENT
Hai..
Kali ini gw akan cerita tentang pengalaman seram yang gw alami di salah satu hotel di Samarinda, dan ada hubungannya dengan wilayah hutan raya Bukit Soeharto, Kalimantan Timur.
ADVERTISEMENT
Terjadi pada tahun 2013.
Gw ini orang yang paling takut ketinggian, bisa pingsan kalau harus berada di tempat tinggi.
Iya...tentu saja, gw paling takut naik pesawat terbang. Tapi karna tugas kantor, dengan sangat terpaksa harus menggunakan pesawat untuk mencapai tujuan2 luar kota.
Pada tahun 2013, kantor menugaskan gw untuk ke Samarinda, sebuah kota besar di Kalimantan Timur.
Excited, karna itu adalah untuk pertama kali gw ke Samarinda. Tapi ada yang bikin gw deg-degan, iya...terbang.
Jakarta Samarinda harus menggunakan pesawat, gak ada cara lain.
Rabu pagi take off dari Jakarta menuju Balikpapan, waktu itu gak ada pesawat yang langsung ke Samarinda.
Tersiksa lahir batin selama dua jam lebih di dalam penerbangan.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, akhirnya mendarat mulus di bandara Sepinggan Balikpapan. Dari situ, gw lanjut jalan darat menggunakan mobil, sekitar tiga jam lebih perjalanan ke Samarinda.
Gw disuguhkan pemandangan yang bagus selama perjalanan darat itu.
Ah tapi memang pada dasarnya gw hobi jalan-jalan, apalagi ke tempat yang baru pertama kali dikunjungi. Jadi apa pun kondisinya ya asik-asik aja.
Oh iya, perjalanan darat Balikpapan - Samarinda ini melewati wilayah yang namanya Bukit Suharto. Wilayah hutan raya yang dikelola pemerintah, hutan rindang yang bagus banget, gw suka.
Mengingatkan gw akan wilayah ujung kulon...
Gw suka suasananya.
Di tengah perjalanan, sopir mengajak mampir istirahat di warung tahu Sumedang,
Nah..aneh kan? Di Timur kalimantan kok malah makan di tahu Sumedang..
ADVERTISEMENT
Eh tapi tempat ini cukup ramai dan terkenal juga, teman-teman yang tinggal di Balikpapan atau Samarinda pasti tau tempat ini.
Setelah istirahat makan, kami melanjutkan perjalanan.
Gak berapa lama kemudian, kendaraan mulai memasuki wilayah Bukit Soeharto.
Ketika melintas wilayah itu, gw merasakan suasana yang gak biasa, banyak cerita dan peristiwa seram yang pernah terjadi. Gw merasakan itu.
Dan pada akhirnya nanti gw akan tau, kalau wilayah ini ternyata banyak menyimpan kisah seram dan mengerikan dalam sejarah perjalanannya.
~Kenapa tau-nya belakangan Brii?
Karna ada peristiwa seram yang berhubungan dengan Bukit Suharto, dan setelah peristiwa itu gw harus mencari tau ada apa sebenarnya.
Salah satu yang menarik perhatian adalah adanya peristiwa penyiksaan banyak pekerja paksa Indonesia oleh tentara Jepang, pada zaman penjajahan. Kita menyebutnya Romusa.
ADVERTISEMENT
Menurut cerita warga, banyak penampakan yang berkaitan dengan kejadian yang tercatat dalam sejarah itu. Belum lagi ada cerita beredar mengenai kejadian tentang orang dirampok dan kemudian dibunuh, jasadnya dibuang di wilayah hutan Bukit Soeharto.
Nah, kejadian terakhir inilah yang tampaknya berhubungan dengan apa yang gw alami di Samarinda nantinya.
Matahari sudah hampir sejajar dengan ubun-ubun kepala, ketika mobil yang gw tumpangi mulai memasuki kota Samarinda.
Gila panasnya.
Tujuan langsung ke kantor klien, untuk menyelesaikan pekerjaan secepatnya, supaya bisa langsung cari kopi lokal.
~kopi lokal Brii..?
Iya...kopi lokal. Sebagai kopi junkie, setiap daerah yang dikunjungi, gw pasti cari kopi asli daerah setempat.
Makanya, gw mau buru-buru ke hotel, supaya bisa langsung jalan keliling kota.., dan ngopi..
ADVERTISEMENT
Gak berapa lama kemudian, gw akhirnya sampai juga di hotel tempat gw tinggal untuk dua malam ke depan, rencananya..
Hotel berbintang yang dekat dengan salah satu mal besar di kota itu.
Hotel yang bagus, pada balkonnya yang ada di lantai atas kita bisa melihat pemandangan sungai Mahakam yang besar dan indah itu.
Ada yang kurang mengenakkan ketika gw masuk ke kamar, karena kamar yang akan gw isi ternyata twin bed.
Gw paling gak mau menginap di hotel dengan fasilitas twin bed. Karena sebelum-sebelumnya ada pengalaman gak enak ketika gw harus menginap di hotel sendirian dengan dua tempat tidur.
Gw harus komplain ke manajemen hotel untuk mengganti kamar dengan yang single bed. Bersyukur, karena manajemen menyanggupi untuk mengganti kamar dengan yang single bed.
ADVERTISEMENT
Sementara mereka menyiapkan kamar, gw memutuskan untuk jalan cari kopi.
Oh iya, ada kejadian aneh ketika pertama kali masuk ke kamar yang twin bed itu. Ketika sedang di dalam toilet, samar-samar gw mendengar ada suara laki-laki.
"Tolong antar kami pulang..." begitu kira-kira suaranya, awalnya gw pikir itu suara dari kamar sebelah.
Gak ambil pusing, gw langsung pergi keluar kamar.
Malam itu gw habiskan wara wiri keliling kota untuk makan malam dan ngopi-ngopi sendirian. Ada satu spot ngopi di pinggir sungai Mahakam, tempatnya nyaman, lupa gw namanya apa.
Sekitar jam sembilan malam gw kembali ke hotel. Ternyata kamar yang baru sudah siap, lega rasanya.
Tapi..
Sial, ketika sudah di dalam kamar ternyata AC nya panas, alias rusak.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi gw komplain. Manajemen bilang, kamar lain yang setara sudah gak ada lagi. Satu-satunya kamar yang available adalah kamar dengan dua tempat tidur yang di awal tadi.
Aaaahh..gw pingin istirahat. :(
Ya sudah..dari pada semalaman kepanasan, akhirnya gw ambil kamar dengan twin bed itu
Terpaksa..
Beberapa kali gw punya pengalaman gak enak ketika bermalam sendirian di hotel dengan kamar dua tempat tidur. Karena itulah, waktu itu gw berharap semoga gak ada kejadian aneh.
Ternyata harapan gak terkabul..
Setelah beberes, yang gw lakukan pertama kali adalah mandi.
Kira-kira jam 10 malam waktu itu, gw masih menikmati berendam air hangat. Sebegitu nyaman, dan ditambah cukup melelahkannya hari itu, gw sampai hampir tertidur. Tapi gak sampai bener-benar tidur, karena sekali lagi gw mendengar suara seorang laki-laki setengah berbisik.
ADVERTISEMENT
"Tolong antar kami pulang.."
Kaget, karena kali ini suaranya terdengar lebih jelas dari waktu pertama kali gw dengar. Dan gw yakin suara itu bukan berasal dari kamar sebelah.
Trus itu suara siapa? Perasaan jadi gak enak,
Selesai mandi, gw memutuskan langsung tidur, gak buka hp atau laptop lagi,
Sesuai kebiasaan, TV tetap menyala dengan suara kecil, dan gak semua lampu dalam keadaan mati. Lampu kecil di atas tempat tidur gw biarkan tetap menyala.
Gw tidur di atas tempat tidur yang letaknya dekat jendela, sementara tempat tidur yang satu lagi gak dibiarkan kosong. Gw letakkan tas pakaian di atasnya, trauma..
Yang gw ingat, sebelum jam dua belas malam gw sudah terlelap.
ADVERTISEMENT
Di dalam tidur gw mengalami mimpi seram,
Dalam mimpi, gw didatangi dua orang laki-laki yang wujudnya cukup menakutkan. Laki-laki pertama berpostur tinggi besar, berpakaian lelaki normal. Tapi ada yang menyeramkan, laki-laki ini lehernya hampir putus, darah bercucuran membasahi pakaiannya.
Lelaki kedua lebih menyeramkan lagi, dengan postur lebih pendek dari yang pertama. Pakaian yang digunakan juga pakaian lelaki normal.
~Trus apa yang aneh Brii? Apa yang seram?
Yang menyeramkan adalah, laki-laki kedua itu berdiri tanpa kepala..
Iya..kepalanya ga ada..
Di dalam mimpi, gw hanya berdiri diam gak bisa bergerak, gak bisa mengucapkan kalimat apa pun. Gw hanya mendengarkan saja ketika laki-laki yang masih ada kepala berkata..
"Tolong antar kami pulang.."
Sebegitu ketakutannya, gw sampai terbangun dari tidur dengan napas tersengal-sengal. Terbangun, tapi gak bangkit dari tempat tidur. Posisi miring ke kiri, menghadap jendela kamar. Membelakangi tempat tidur kosong.
ADVERTISEMENT
Gak seluruh jendela kamar tertutup tirai, sebagian gw biarkan terbuka. Sehingga sebagian kaca jendela terlihat.
Nah, ketika masih kaget dengan mimpi yang baru saja dialami, tiba-tiba pandangan gw menangkap pemandangan aneh dari kaca jendela kamar.
Kaca itu memantulkan situasi dan keadaan di belakang gw terbaring tidur, situasi di tempat tidur kosong.
Karena penasaran, gw mencoba untuk lebih memperhatikan, lebih fokus..
Ternyata dari pantulan kaca itu terlihat dua orang laki-laki yang baru saja hadir dalam mimpi. Mereka tepat berada di belakang gw,
Lelaki yang pertama posisinya duduk di tempat tidur, menghadap gw.
Laki-laki yang kedua berdiri di sebelahnya, tanpa kepala, menghadap gw juga.
Gw gak berani berbuat apa pun. Badan gemetar ketakutan. Membaca doa sebisanya.
ADVERTISEMENT
Di tengah kekalutan, gw memutuskan untuk memejamkan mata,
Tapi baru beberapa menit setelah memejamkan mata, telinga kanan merasakan ada hembusan udara hangat, seperti napas.
Ada yang bernafas dekat telinga.
Di tengah-tengah ketakutan, tiba-tiba sekali lagi gw mendengar suara berbisik pelan di telinga..
"Tolong antar kami pulang.."
Beberapa detik kemudian gw sontak langsung berdiri, dan memberanikan diri melihat ke arah posisi dua orang itu berada.
Mereka udah gak ada..
Gw langsung lari keluar kamar, dan duduk di balkon hotel..
Setelah mulai agak tenang, gw telepon om Deni.
Om Deni adalah orang yang biasanya gw telepon apabila gw sedang mengalami kejadian-kejadian mistis dan menyeramkan. Nanti kapan-kapan gw cerita detail mengenai beliau.
ADVERTISEMENT
Twitter Ads info and privacy
Dalam percakapan telepon, gw ceritakan semuanya dari awal, dan om Deni bilang..
"Ya sudah Brii, km antar pulang aja.., kasian.."
"Antar pulang ke manaaa oommm..., mereka juga gak bilang minta diantar ke mana. Pokoknya gak mau om..." jawab gw agak kesal.
"Nanti mereka akan kasih tau mau ke mana mereka pulang.., kamu tinggal ikuti aja.." kata om Deni pada akhir percakapan.
Inti dari percakapan gw dengan om Deni adalah, mereka benar-benar minta tolong untuk diantarkan pulang.
Pulang ke mana?
Kenapa minta tolongnya ke gw?
Karena mereka menganggap gw cukup "kuat" untuk mereka jadikan "tumpangan" ke tempat tujuan mereka pulang.
Sebelum-sebelumnya mereka sudah sering meminta pertolongan, tetapi gak ada yang cukup kuat untuk membantu.
ADVERTISEMENT
Itu menurut omongan om Deni,
Wallahualam..
Setelah mulai terdengar alunan suara orang membaca alquran dari masjid2 sekitar, gw akhirnya baru berani masuk kamar lagi.
Terlelap sebentar.
Kamis paginya, gw bersiap untuk melaksanakan tugas kantor hari terakhir.
Rencananya gw akan check out jumat pagi esoknya, langsung ke Balikpapan, dan terbang ke Jakarta jam satu siang.
Itu rencananya, tapi pada kenyataannya ternyata semuanya gak berjalan sesuai rencana.
Ketika sampai di lobby hotel, ternyata pak sopir yang menjemput sudah menunggu.
Kami langsung berangkat.
Dalam perjalanan, pak sopir yang gw lupa namanya, membuka percakapan yang membuat gw kaget..
"Mas Brii, itu tadi temannya ya? Kok gak diajak sekalian.?"
"Teman yang mana Pak?" Tanya gw penasaran,
ADVERTISEMENT
"Tadi saya lihat Mas Brii keluar dari lift berdua, dan berbincang akrab..."
Hmmm...padahal ingat banget, tadi di dalam lift gw sendirian sampai ke bawah, gak ada orang lain.
Hari itu gw gak fokus kerja, badan lemas, seperti ada karung pasir di pundak, berat. Gw pikir mungkin karena memang kurang tidur pada malamnya.
Beberapa rekan klien bilang wajah gw pucat, beberapa kali terlihat melamun dengan tatapan kosong. Gw bilang aja, mungkin karena kecapean..
Untungnya, tugas kantor selesai gak terlalu sore, jam dua siang sudah selesai.
Sukurlah, gw bisa balik ke hotel lebih awal, dan kembali tidur.
Sesampainya di hotel, gw langsung merebahkan badan di tempat tidur, terlelap tanpa sempat mandi dan ganti baju, capek sekali rasanya saat itu.
ADVERTISEMENT
Dalam lelapnya tidur, sekali lagi gw bermimpi. Dua orang itu kembali datang, dan sekali lagi juga mereka bilang,
"Tolong antar kami pulang..."
Gw terbangun dari tidur menjelang maghrib. Bangun tidur badan malah terasa sangat lelah. Melamun sebentar memikirkan "mereka" yang berisik banget meminta untuk diantar pulang.
Beberapa saat lagi malam menjelang, dan malam jumat pula. Perasaan gw bilang, kalau malam nanti pasti akan lebih "heboh" dari malam sebelumnya.
Aaahh...dari pada tersiksa lagi semalaman, akhirnya gw memutuskan untuk akan check out selepas maghrib, dan langsung berangkat ke Balikpapan.
Gw cari hotel di Balikpapan aja, supaya tenang.
Gak mempedulikan omongan om Deni yang menyuruh gw untuk mengantar "mereka" pulang, gw langsung berkemas dan berangkat ke Balikpapan. Bodo amat..
ADVERTISEMENT
Untungnya, gw masih dapat tempat duduk di travel tujuan Balikpapan, walaupun harus mendapatkan mobil terakhir pada hari itu, keberangkatan jam sepuluh malam.
Jam sembilan malam gw sudah sampai di pull travel. Hanya ada beberapa orang di ruang tunggu. Mungkin karena bukan hari libur atau musim liburan, jadi hanya sedikit orang yang bepergian keluar kota.
Mungkin..
Mendekati jam keberangkatan, yaitu jam sepuluh malam, ruang tunggu semakin kosong. Hanya ada gw dan seorang lelaki berumur sekitar 30 tahun, yang duduk di kursi belakang.
Tepat jam sepuluh malam, pak sopir bilang mobil akan berangkat, kami para penumpang dipersilahkan masuk.
Benar aja, mobil benar-benar kosong, penumpang hanya dua orang, hanya ada gw dan lelaki yang tadi gw bilang.
ADVERTISEMENT
Gw duduk tepat di belakang kursi sopir, kursi sebelah gw duduk kosong. Penumpang yang satu lagi duduk di deretan kursi tengah di belakang gw.
Perlahan mobil meninggalkan Samarinda, membelah gelapnya malam di sisi sungai Mahakam.
Badan masih capek dan berat, gw memaksa diri untuk tidur, istirahat satu atau dua jam mungkin akan sedikit membantu.
Tapi ketika akhirnya sudah mulai bisa terlelap, gw malah kaget dan terbangun tiba-tiba.
~Ada apa Brii..?
Ingat kan satu penumpang lain yang duduk di belakang?, tiba-tiba dia terlihat sedikit panik dan bilang,
"Pak sopir...stop pak, stop..., saya turun di sini aja"
Pak sopir langsung menghentikan kendaraan, dan bertanya,
"Kenapa gak jadi ke Balikpapan Pak?"
ADVERTISEMENT
"Gak apa-apa Pak, saya batal pergi.."jawabnya.
Posisi mobil masih sedikit di luar kota Samarinda, kira-kira baru berjalan 30 menit.
Tapi..
Ketika penumpang itu berjalan menuju pintu keluar, beliau berbisik pelan ke arah gw,
"Jangan menoleh ke arah kursi belakang Mas.. pokoknya jangan"
Dia langsung turun setelahnya,
Akhirnya, hanya tinggal gw dan pak sopir yang berada di dalam minibus itu.
Langsung timbul banyak pertanyaan di benak gw,
Kenapa gak boleh lihat ke kursi belakang?
Ada apa di kursi belakang?
Kok beliau sampai memutuskan turun di tengah jalan?
Ada apa?
Gw coba turuti omongan penumpang tadi, gw gak mau melihat ke kursi belakang, tapi memang gak berani juga, takut..
ADVERTISEMENT
Walaupun penumpang hanya tinggal gw sendirian, mobil tetap melanjutkan perjalanan.
Begitu lelahnya badan, gw kembali mulai terlelap..
Tapi gak lama, mungkin hanya sekitar 30 menit kemudian, gw kembali terbangun.
"Sudah sampai mana ini Pak?" Tanya gw ke pak sopir.
"Baru aja memasuki wilayah Bukit Soeharto mas.." jawabnya.
Pantas aja, gw lihat kanan kiri sangat gelap, gak ada rumah atau bangunan apa pun.
Ternyata sudah memasuki hutan raya Bukit Soeharto.
Waktu itu malam jumat, suasananya sangat hening dan gelap sekali. Hanya sesekali mobil kami berpapasan dengan kendaraan lain dari arah berlawanan.
Daerah kawasan Bukit Soeharto ini pada siang hari pun sudah menyeramkan, apalagi tengah malam, dan malam jumat pula..
Ketika pak sopir memacu kendaraan dengan kecepatan cukup tinggi, gw langsung bilang untuk jangan terlalu kencang dan tetap berhati-hati.
ADVERTISEMENT
Beberapa saat kemudian, dit engah heningnya suasana, hanya terdengar suara mesin mobil yang gak terlalu keras,
Tiba-tiba..
Gw mendengar suara yang sangat tipis terdengar,
Gw mendengar suara napas..
Ada suara orang bernafas di kursi belakang..
Langsung panik, karena gw tau kalau kursi belakang kosong, gak ada orang.
Gak berani untuk menoleh ke belakang..
Belum punya nyali..
Gw menarik badan, dan duduk agak maju ke ujung kursi, gak lagi bersandar.
Gak tau karena memang perasaan gw aja atau bagaimana, tapi sepertinya pak sopir juga melihat sesuatu. Karena gw lihat dari kaca spion, matanya terlihat ketakutan, dan seperti sambil terus membaca doa.
Di tengah-tengah mencekamnya suasana, tiba-tiba terdengar suara batuk ringan dari kursi belakang, "uhuk.." kira-kira seperti itu suaranya.
ADVERTISEMENT
Refleks, gw menoleh ke kursi belakang, ke arah sumber suara.
Ternyata di kursi belakang, tepat di belakang kursi tempat gw duduk..
Gw melihat ada dua orang yang mendatangi gw di hotel tadi..
Dengan penampilan yang sama, yang satu dengan kepala nyaris putus dengan darah membasahi pakaiannya. Orang yang satu lagi duduk di sebelahnya, hanya badan..tanpa kepala..
Langsung lemas badan gw, ternyata mereka ikut di dalam kendaraan..
Beberapa detik gw bertatapan dengan dia yang masih berkepala, beliau tersenyum tipis di dalam gelap..
Gw langsung berpaling,
Gw panik, ketakutan, dan langsung menundukkan kepala. Gak sadar gw memegang dengan kencang pundak pak sopir dari belakang, tapi beliau diam saja, seperti sudah mengetahui peristiwa yang tengah terjadi di belakang mobil.
ADVERTISEMENT
Beberapa menit kemudian, gw merasakan kalau mobil berbelok ke arah kanan jalan, dan berhenti.
Gw dongakkan kepala. Ternyata mobil berhenti di depan warung kecil yang sudah tutup.
"Mas, kita turun dulu disini mas..." ajak pak sopir dengan suara sedikit bergetar, dan mematikan mesin. Gw mengikuti ajakannya, langsung membuka pintu dan keluar mobil tanpa berani melihat sedikitpun melihat ke arah kursi belakang.
Kami berdua duduk di depan warung yang sudah tutup itu, hanya lampu kecil pada langit-langit yang menyala, cukuplah.., dari pada gelap sama sekali.
Kami duduk hanya beberapa meter dari mobil. Di depan adalah jalan raya, dan hutan rindang di seberangnya. Sekeliling warung adalah hutan.
Jam 12 tengah malam, gw dan pak sopir terdampar di tengah wilayah bukit Soeharto. Hanya sesekali mobil yang lewat melintas, sepi sekali..
ADVERTISEMENT
"Saya takut mas, saya gak tega juga melihat mas ketakutan di kursi belakang.." kata pak sopir membuka omongan.
"Emang bapak lihat mereka juga?" Tanya gw pelan.
"Saya lihat dari spion, waktu masnya masih tidur pun mereka sudah ada, saya sudah lihat mereka lebih dulu.."
Waduh..
Karena gw gak mau berlama-lama terdampar di tempat itu, akhirnya sekali lagi gw telepon om Deni..
bodo amat..
"Om...tolongin aku om..," gw langsung bilang gitu ketika om Deni mengangkat telepon di ujung sana.
Setelah gw ceritakan semuanya, om Deni malah tertawa, ngeselin..
Kemudian om Deni meminta gw untuk meletakkan HP di dalam mobil, beliau mau coba berkomunikasi dengan "mereka".
Dengan berat hati gw turuti kemauannya.
ADVERTISEMENT
Tanpa melihat ke kursi belakang, gw letakkan HP di atas kursi tengah mobil. Setelah itu gw tutup pintu dan kembali ke tempat semula.
Cukup lama om Deni "berkomunikasi"..
Gw hanya bisa menunggu dengan sabar dan penasaran,
...
Sekitar 15 menit kemudian, tiba-tiba pintu belakang mobil terbuka dengan sendirinya..
Gw dan pak sopir melihatnya, hanya diam seribu bahasa..
Kemudian setelahnya, terlihat ada dua orang keluar dari dalam mobil. Orang yang turun belakangan, tanpa kepala.
Mereka berjalan pelan menuju jalan raya, dan menyeberanginya..
Gw dan pak sopir melihat kejadian itu semua, sampai mereka berdua menghilang di rindangnya hutan raya Bukit Soeharto.
Setelah tenang, gw langsung ambil HP, dan gw kembali bicara dengan om Deni.
ADVERTISEMENT
"Udah Brii, mereka udah pulang.., kamu gak usah takut lagi. Langsung lanjutkan perjalanan ke Balikpapan sekarang ya.., hati-hati.." itu kata om Deni.
Kira-kira apa ya yang om Deni katakan ke mereka?
Gw langsung mengajak pak sopir untuk melanjutkan perjalanan menuju Balikpapan, kali ini gw gak mau duduk di belakang, gw duduk di sebelahnya.
Dalam perjalanan, pak supir cerita, kalau beliau ternyata sudah hampir 20 tahun jadi supir travel Balikpapan Samarinda. Jadi setiap ada kejadian heboh di Bukit Soeharto, dia pasti tau.
Trus dia bilang, sekitar satu tahun sebelumnya, terjadi pembunuhan di wilayah Bukit Soeharto. Ada mobil yang dirampok, seorang penumpang dan sopirnya dibunuh, salah satunya ada yang kepalanya di penggal sampai putus.
ADVERTISEMENT
Sebelum dibunuh, korban menginap di hotel tempat gw menginap di Samarinda itu, tanpa pernah check out lagi, karena sudah terlanjur meninggal.
Kira-kira begitu cerita dari pak sopir..
Entahlah kalau mengenai kebenarannya, gw gak tau..
Sesampainya di Balikpapan, gw langsung menginap dan beristirahat dengan aman dan nyaman di hotel dekat bandara.
Keesokan paginya gw pulang ke Jakarta..
Perjalanan yang menegangkan..
Sekian cerita horor kali ini,
Sampai jumpa pada cerita gw yang lainnya..
Salam,
~Brii~