Membawa Esports ke Meja Presiden

Bukan Remahan Rengginang
Kisah Orang Muda di Istana. Link untuk mengunduh e-book 'Bukan Remahan Rengginang': http://ksp.go.id/unduh-buku/
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2019 11:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bukan Remahan Rengginang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kedeputian II. Foto: Bukan Remahan Rengginang
zoom-in-whitePerbesar
Kedeputian II. Foto: Bukan Remahan Rengginang
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seminggu kemudian, berita menggembirakan datang. “Presiden setuju. Beliau dukung ide itu,” kata Pak Moeldoko. Yesss..! Senang. Tapi deg-degan. Tegang, karena ini artinya tidak ada lagi kata mundur untuk melaksanakannya. Padahal, ssttt… sebenarnya eSports ini merupakan barang baru buat saya.
Abraham Wirotomo. Foto: Dok: Bukan Remahan Rengginang
Saya memang masih muda, tapi saya bukan gamers. Saya tidak tahu apa-apa soal eSports. Saya cuma Tenaga Ahli Madya lulusan fakultas ekonomi yang bergabung di KSP sejak 2017. Biasanya, saya mengurusi isu-isu sosial, budaya dan anti korupsi. Soal eSports? Nol besar.
Hingga suatu saat, saya diminta memonitor pelaksanaan Asian Games 2018. Saat itulah perkenalan pertama dengan eSports. Di tengah perhelatan olahraga bergengsi se-Asia itu, ternyata ada pertandingan eSports. Enam game didemonstrasikan di sana. Menarik.
ADVERTISEMENT
Dari situlah, saya ingin bisa menyelenggarakan turnamen eSports di Indonesia. Seperti Amerika melakukannya dulu di 2016 lalu. Barrack Obama menjadi sosok penting di balik turnamen eSports di White House. Nah, saya juga ingin, Presiden Jokowi menjadi ikon yang sama.
Mimpi ini saya godok bersama kawan-kawan, sambil ngopi-ngopi. Walaupun pengetahuan saya minim, saya berupaya mempelajarinya. Saya mencoba menghubungi beberapa orang yang sudah lama menggeluti olahraga ini. Lumayan, dari mereka saya mendapat banyak pengetahuan baru selain informasi dari referensi online.
Jumlah gamers di Indonesia ternyata lebih dari 40 juta orang. Nyaris empat kali lipat jumlah penduduk Jakarta. Hal ini saya sampaikan kepada Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi; Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf; dan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.
ADVERTISEMENT
Kepada mereka juga saya yakinkan bahwa eSports ini bisa menyalurkan bakat dan minat anak-anak muda yang selama ini suka main game. Dan mereka mendukung. Setelah melalui diskusi yang panjang, diputuskan turnamen ini akan dilaksanakan di delapan simpul daerah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Kalimantan Barat.
Penyelenggaraan di delapan daerah itu sekaligus juga untuk menjaring para gamers yang ada di daerah sekitar. Konsekuensinya, saya harus sowan ke pimpinan provinsi tersebut.
Kepada mereka, saya jelaskan tentang apa itu eSports. Bagaimana dampak ekonomi yang sekarang sudah mencapai Rp 13 triliun, serta nilai sportivitas, kerjasama, dan kejuruan yang ada pada game itu. Tak dinyana, para gubernur antusias berpartisipasi menyelenggarakan turnamen ini.
ADVERTISEMENT
Antusiasme juga didapatkan dari para gamers. Begitu turnamen ini dimulai, 18.000 gamers ikut serta. Ditonton belasan juta orang secara online. Dan jadi trending topik di beberapa media sosial. Saya senang bukan kepalang. Tapi tantangan tetap ada. Tiga hari sebelum Grand Final, saya harus mengikuti rapat tentang fatwa haram salah satu game.
Meskipun bukan game yang dipertandingkan di Piala Presiden Esports namun saya harus meyakinkan pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk tidak menyamakan satu game dengan semua game online.
Tiba hari H. Grand Final eSports, 30 Maret 2019 digelar di Istora Senayan, Jakarta. Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) hadir di arena itu sekitar pukul 09.00. Maklum Presiden Joko Widodo dijadwalkan bakal hadir pada final turnamen pada pukul 14.00. Kehadiran Paspampres ini pertanda angin segar bahwa Presiden bakal hadir di tengah-tengah gamers.
ADVERTISEMENT
Sebuah kabar mampir ke telinga saya. Sekitar pukul 12.00 WIB, bagian protokol istana menyampaikan Presiden tidak jadi menghadiri acara ini. Saya kaget. Kabar itu kemudian saya sampaikan kepada peserta yang sedari pagi berharap bisa bertemu Presiden. Raut kecewa para gamers tak bisa disembunyikan. Sosok yang paling ditunggu justru tidak jadi datang.
Tapi diam-diam, sebenarnya saya sudah menyiapkan Plan B. Tidak banyak yang tahu, dua hari sebelumnya kami memohon pada Presiden untuk membuat video. Untung, sekali lagi Presiden setuju. Walaupun tidak yakin video ini bisa mengobati rasa kecewa, saya tetap ingin mencoba. Suasana mendadak hening ketika suara Presiden menyapa. Meski hanya disapa melalui video, sorak sorai terus menggema memanggil nama Presiden saat sambutan selesai disampaikan melalui empat layar raksasa di Istora.
ADVERTISEMENT
Berhasil!
Plong. Itulah perasaan saya. Rangkaian panjang turnamen ini akhirnya terselenggara dengan lancar. Akhirnya saya berhasil menggelar turnamen eSports yang pertama di Indonesia. Dimulai dengan kode mainkan, saya bertekad tidak main-main mewujudkan ide yang digodok di sela cangkir-cangkir kopi.