news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Polisi: Aktivitas Masyarakat di Jayapura Kembali Normal

Tim BumiPapua
Portal Berita dan Informasi Tanah Papua | Partner Kumparan 1001 Media
Konten dari Pengguna
31 Agustus 2019 19:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim BumiPapua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Situasi di jalan Entrop, Kota Jayapura, mulai normal kembali pasca-kerusuhan. Foto: (foto: Imelda/Bumipapua)
zoom-in-whitePerbesar
Situasi di jalan Entrop, Kota Jayapura, mulai normal kembali pasca-kerusuhan. Foto: (foto: Imelda/Bumipapua)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Kepala Kepolisian Resor Jayapura Kota, AKBP Gustav Urbinas, memastikan tak ada serangan balik dari warga Papua atau paguyuban nusantara, pasca-aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan pada Kamis (29/8).
ADVERTISEMENT
Gustav mengimbau agar semua pihak tidak main hakim sendiri dan menebar isu yang membuat kepanikan di tengah masyarakat. Menurutnya, situasi Kota Jayapura saat ini sudah mulai normal. Bahkan, semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan pasar mulai dibuka dan beroperasi.
"Mulai pagi tadi, kami sudah berupaya menunjukkan bahwa aktivitas sudah berjalan normal, seperti SPBU, pasar, dan pusat perbelanjaan," kata Gustav saat memberikan keterangan di Jayapura, Sabtu (31/8).
Gustav mengatakan, aksi penghalangan yang terjadi sudah dibubarkan polisi sejak Jumat malam (30/8). Ia juga menjamin tidak akan ada tindakan saling serang oleh kedua belah pihak.
"Saya kapolresta Jayapura yang merupakan orang asli Papua, saya juga tidak tembak orang Papua waktu demo. Ini hanya isu yang sengaja dibuat orang tak bertanggung jawab. Saya berterima kasih kepada orang asli Papua yang masih memiliki pikiran lebih sejuk," ujarnya.
Para pengendara melintas di Jalan Entrop, Kota Jayapura. Foto: (foto: Imelda/Bumipapua)
Ia juga mengatakan, jika Ketua paguyuban Nusantara tidak mau memberikan pencerahan kepada masyarakatnya, dan tidak mau mendengarkan masukan dari orang lain, dan diatur pemerintah, maka harus diganti. Sebab, kata dia, percuma juga jika dilakukan tatap muka tapi masih mempertahankan egonya.
ADVERTISEMENT
"Kepala paguyuban yang susah diatur, ganti saja. Pemuda saja masih bisa dengar. Kami sudah bicara dan mau bicara apa lagi? Saya juga tidak mau main tembakan peringatan terus untuk bubarkan massa paguyuban," tutup Gustav.
(Imelda)