85 Persen Terumbu Karang di Kepulauan Yapen Rusak

Konten Media Partner
29 Januari 2019 12:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
85 Persen Terumbu Karang di Kepulauan Yapen Rusak
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tumpukan terumbu karang yang banyak dijumpai di pinggiran jalam Kota Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen. (BumiPapua.com/Agies Pranoto)
ADVERTISEMENT
Serui, BUMIPAPUA.COM - Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan (DKP) Yapen mendata 85 persen terumbu karang di Perairan Laut Serui rusak. Ini dikarenakan pengambilan terumbu karang yang terus dilakukan oleh masyarakat setempat, untuk bahan baku pembuatan kapur sirih.
Kepala Seksi Iptek dan Teknologi yang membidangi nelayan kecil DKP Kabupaten Kepulauan Yapen, Yosep Numberi, menyebutkan data yang dimiliki sejak 2013, sudah 85 persen rusak dan tahun ini terus dilakukan pemantauan.
Pihaknya juga telah mencegah masyarakat setempat untuk pengambilan terumbu karang yang semakin aktif. Termasuk sosialisasi terus dilakukan kepada warga. "Kami juga memberikan bantuan mesin motor laut, sebagai upaya pergantian mata pencaharian masyarakat, agar tidak kembali melakukan penjarahan terumbu karang," ujarnya, Selasa (29/1).
ADVERTISEMENT
Kata Yosep, walau telah dibantu dengan motor tempel atau katinting (perahu kayu), namun warga setempat tetap mengambil terumbu karang. Salah satu alasannya penghasilan dari kapur sirih lebih besar. 
Yoseph menambahkan efek dari perusakan terumbu karang selain dapat merusak ekosistem laut, bisa juga berimbas pada terjadinya tsunami. "Karang itu kan membantu menahan terjadinya gelombang besar, ini yang belum dipahami oleh masyarakat," jelas Yosep.
Salah satu warga Serui Laut, Samuel Wayoi, menyebutkan pengambilan terumbu karang sudah menjadi aktifitas turun temurun sejak dulu. "Saya tahu, pengambilan terumbu karang terus menerus bisa merusak lingkungan. Tapi kita juga cari makan dari sini (terumbu karang). Pemerintah harus kasih jalan keluar," ujarnya.
Misalnya saja salah satu terobosan yang diinginkan warga adalah pemerintah memberikan modal usaha, agar masyarakat tidak terus pergi mencari terumbu karang. Termasuk dana desa bisa memberikan manfaat bagi kami," jelasnya. (Agies Pranoto)
ADVERTISEMENT