Akhir Penyanderaan 15 Guru dan Tenaga Medis di Mapenduma

Konten Media Partner
21 Oktober 2018 20:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akhir Penyanderaan 15 Guru dan Tenaga Medis di Mapenduma
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ilustrasi penembakan. (Foto: Pixabay)
Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga, melakukan penyanderaan kepada 15 orang guru dan tenaga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Dari keterangan salah satu guru SD YPGRI 1 Mapenduma, atas nama MN, menuturkan ia bersama dengan 15 orang guru lainnya dan tenaga kesehatan diancam dan ditahan untuk tidak melakukan aktivitas.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal, menyebutkan KKB yang melakukan penyanderaan diduga pimpinan Egianus Kogeya yang mengeklaim dirinya sebagai adik dari Kelly Kwalik, pimpinan KKB di wilayah Timika.
Kamal menambahkan informasi yang diterima dari MN, 15 orang guru dan tenanga medis disandera sejak 3-17 Oktober 2018. Namun, selama dalam penyanderaan para guru dan tenaga kesehatan menginap dan mendapatkan jaminan keamanan dari Kepala Puskesmas Distrik Mapenduma, Naftali Wandikbo.
“Pada18 Oktober 2018 pesawat carteran datang menjemput para guru dan tenaga kesehatan untuk menuju Wamena,” jelas Kamal, Minggu (21/10).
ADVERTISEMENT
Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Nduga, Fredik Samuel Bapundu, membenarkan aksi pengancaman dan penolakan terhadap para guru dan tenaga kesehatan.
“KKB mencurigai para guru dan tenaga kesehatan sebagai aparat keamanan yang menyamar dalam rangka mencari informasi pergerakan KKB,” jelas Fredik.
Jalur lainnya untuk tembus ke Mapenduma dengan lewat jalur darat yakni dengan rute Wamena-Yal menggunakan mobil double gardan (sejenis triton dan strada) selama 8 jam, kemudian dilanjutkan Yal-Mapenduma dengan berjalan kaki selama 2 jam. “Tidak ada sinyal komunikasi di Distrik Mapenduma. Ini daerah terpencil,” kata Fredik.
Jalur lainnya untuk tembus ke Mapenduma dengan lewat jalur darat yakni dengan rute Wamena - Yal menggunakan mobil double gardan (sejenis triton dan strada) selama 8 jam, kemudian dilanjutkan Yal-Mapenduma dengan berjalan kaki selama 2 jam. “Tidak ada sinyal komunikasi di Distrik Mapenduma. Ini daerah terpencil,” kata Fredik.
ADVERTISEMENT
Dalam kejadian itu dilaporkan satu orang mengalami kekerasan fisik dan satu orang mengalami asusila. Kedua korban masing-masing dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara dan di RSUD Wamena.
“Harusnya kekerasan terhadap guru dan para medis tak boleh lagi terjadi, apalagi kesehatan dan pendidikan merupakan hak dasar setiap warga negara,” tutur Kamal.
(Katharina)