news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

BBM Subsidi Bantu Warga di Pelosok Korowai Buluanop Asmat

Konten Media Partner
11 September 2020 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesisir Distrik Dear Komor, Kabupaten Asmat (BumiPapua.com/Abdel Syah)
zoom-in-whitePerbesar
Pesisir Distrik Dear Komor, Kabupaten Asmat (BumiPapua.com/Abdel Syah)
ADVERTISEMENT
Merauke, BUMIPAPUA.COM - Mentari pagi yang baru saja menyinari Sungai Asuwet, Kabupaten Asmat menemani Paul Guranmop dan Yusuf Kelin. Keduanya bergegas menyiapkan kebutuhan pokok penunjang seperti, kopi, gula, hingga beras untuk dikonsumsi di kampung tempatnya bekerja.
ADVERTISEMENT
Satu per satu kebutuhan pokok itu dijajar rapi ke dalam perahu mesin atau longboat yang siap mengantar keduanya ke tempat tugas.
Paul Guranmop merupakan Kepala Distrik Korowai Buluanop, Kabupaten Asmat, Papua. Sementara, Yusuf Kelin adalah seorang guru SD Negeri Mabul, Korowai. 
Paul dan Yusuf merupakan anak asli Korowai yang memiliki kesempatan mengabdi di tanah kelahirannya. Paul telah menjabat sebagai Kepala Distrik Korowai Buluanop sejak daerah itu dimekarkan pada tahun 2006.
Sedangkan Yusuf dulunya adalah seorang guru misi Katolik dari Keuskupan Agats sejak tahun 1996. Baru di tahun 2002, dia diangkat sebagai guru tetap di SD Negeri Mabul, Korowai.
Perjalanan Panjang
Salah satu kampung di pedalaman Asmat. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
Keduanya biasa turun ke Agats, ibukota Kabupaten Asmat hanya untuk keperluan dinas. Bahkan per 3 bulan sekali keduanya, turun ke Agats untuk membeli kebutuhan pokok.
ADVERTISEMENT
Keduanya selalu menempuh perjalanan dari Agats ke Mabul, Distrik Korowai Buluanop dengan jarak tempuh yang harus dilalui 8-9 jam perjalanan menggunakan longboat atau perahu mesin 15 PK.
Yusuf berkisah, tahun 90-an, untuk menjangkau warga Suku Korowai di pedalaman Asmat, harus dilakukan dengan berjalan kaki selama satu bulan. Itu pun dilakukan dengan menempuh perjalanan dari Kabupaten Boven Digoel (dulunya Kecamatan Tahan Merah).
Waktu tempuh yang dibutuhkan cukup jauh dengan berjalan kaki. Hal itu bukan tanpa alasan, sebab saat itu belum ada longboat. Kalaupun ada, biasanya hanya dimiliki pejabat pemerintahan, terlebih harga bahan bakar minyak (BBM) yang sangat mahal untuk kebutuhan transportasi sungai.
Yusuf masih ingat, harga BBM pada tahun 90-an berkisar Rp 3000-an lebih per liternya. "Bagi kami harga saat itu cukup mahal. Sehingga, saya lebih melakukan berjalan kaki ke Korowai, walaupun ditempuh dengan waktu hampir satu bulan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
BBM Murah di Pelosok Asmat
Aktivitas keseharian warga di pesisir Asmat yang sebagian besar menggunakan longboat atau perahu mesin. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
Sejak Korowai dimekarkan menjadi distrik (kecamatan) di wilayah administrasi Kabupaten Asmat, Yusuf tak lagi berjalan kaki melintasi pelosok Asmat.
Ia lebih banyak menggunakan transportasi sungai untuk melayani masyarakatnya. Terlebih saat ini telah hadir Pangkalan BBM bersubsidi di daerah itu. Yusuf dan masyarakat lainnya mengaku dengan hadirnya BBM subsidi di pedalaman Korowai, menjadi bukti kehadiran negara.
"Walaupun pangkalan BBM itu ada di Distrik Suator, Kabupaten Asmat. Jarak antara Distrik Korowai Buluanop dengan Distrik Suator lumayan jauh. Lamanya perjalanan menggunakan longboat lebih dari 3 jam. Tetapi sejauh apapun itu, kami sudah bisa merasakan BBM subsidi," ujarnya. 
Paul menambahkan masyarakat Suku Korowai saat ini sudah lebih leluasa beraktivitas dengan menggunakan longboat. Hal ini dikarenakan sentuhan BBM satu harga di daerah sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pangkalam BBM Subsidi di Distrik Suator juga melayani warga lainnya di 3 distrik yakni, Distrik Kolovbraza, Distrik Jutu, Distrik Korowai Buluanop.
Kepala Distrik Korowai Buluanop Paul Guranmop bersama warga suku korowai di Kampung Kapayap 3. (Dok Paul Guranmop)
"Kadang kala agen penyalur itu kehabisan BBM subsidi karena jangkauan penyalurannya terlalu luas. Setahu saya, pangkalan itu hanya memiliki kuota 50 ton. BBM subsidi biasa habis terjual selama 3 hari. Jika pun ada persediaan, bisa didapat dari tangan kedua, dengan harga berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 30 ribu per liter," ungkap Paul.
Paul berharap, warga di Distrik Korowai Buluanop dapat menikmati BBM subsidi dengan jangkauan yang lebih mudah. Terlebih sebaran warga di distrik itu mencapai 6 kampung.
Apalagi warga di 6 kampung yakni Mabul, Kapayap 3, Ujung batu, Banum, Nagatun dan Amakot, sebagian besar melakukan aktivitas harian dengan menggunakan longboat yang membutuhkan BBM.
ADVERTISEMENT
"Bisa dibayangkan, jika isi BBM di Suator, biasa menghabiskan BBM 10 liter. Lalu, belum lagi untuk kembali ke kampungnya. Kami berharap pangkalan BBM subsidi juga dibangun di Korowai," ujarnya.