Beras Petani Merauke Tak Dibeli Bulog, Pemda Janji Beri Solusi
ADVERTISEMENT
Ribuan petani yang datang ke kantor bupati melakukan protes karena sejak Juni 2020, Bulog Merauke tak lagi membeli beras petani lokal.
ADVERTISEMENT
"Data kami pada musim rendengan dan gadu 2020, usai penyerapan tersisa 40 ribu ton. Artinya memang kita surplus beras lokal. Tapi tidak sampai 10 ribu ton. Tetapi jika beras ini ada, kami tetap berupaya untuk membelinya," kata Sularso, Senin (28/9).
Sularso menjelaskan satu musim produksi beras petani Merauke mencapai 140 ribu ton. Sularso juga merincikan, jika produksi beras petani Merauke terserap hingga 70 ribu ton per musim untuk konsumsi ASN di 4 kabupaten yakni Merauke Mappi, Asmat dan Boven Digoel. Sementara sisanya diserap oleh swasta dan kabupaten lain di Papua.
ADVERTISEMENT
Kepala Sub Divre Bulog Merauke, Djabiruddin menyebutkan Bulog Merauke belum bisa membeli beras petani lantaran belum ada rekomendasi dari Direktur Utama Perum Bulog.
"Saya sudah menyurat ke Dirut untuk adakan pembelian beras petani lokal. Namun hingga kini belum ada jawaban," tegas Djabaruddin.
Surplus Beras Merauke
Sularso mengakui, terjadinya Surplus beras di kalangan petani karena program pemerintah mencetak sawah seluas-luasnya. Dia juga mengaku pertanian di Merauke telah mengalami kemajuan, baik dari luas lahan, produksi, infrastruktur jalan dan pengairan, serta peralatan.
"Jumlah luas lahan persawahan di Merauke saat ini mencapai 52 ribu hektar, sedangkan yang dimanfaatkan untuk menanam padi seluas 51 ribu hektar," ujarnya.
Sularso mengakui hasil produksi beras Merauke tidak diimbangi dengan pemasaran. Untuk itu, pemerintah tetap berupaya mencari solusi untuk dapat menyerap beras petani.
ADVERTISEMENT
Dalam aksi unjuk rasa , petani Merauke memberikan beras kepada wakil bupati, pejabat daerah serta pegawai negeri sipil.