Cerita Mince Bisim, Pantang Menyerah Belajar di Tengah Pandemi

Konten Media Partner
24 September 2020 12:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mince Bisim, siswa SMP 3 Jayapura yang tetap belajar di tengah pandemi. (BumiPapua.com/Qadri Pratiwi)
zoom-in-whitePerbesar
Mince Bisim, siswa SMP 3 Jayapura yang tetap belajar di tengah pandemi. (BumiPapua.com/Qadri Pratiwi)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Mince Bisim, 12 tahun, siswa SMP 3 Jayapura tak menyerah harus ke sekolah di tengah pandemi. Padahal sebagian besar temannya mengikuti aturan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah, guna menghindari penyebaran virus corona.
ADVERTISEMENT
Mince tak sendiri, bersama 300 siswa lainnya, mulai dari kelas 7 hingga 9, tetap harus ke sekolah untuk belajar tatap muka dengan bapak atau ibu guru, meskipun tak setiap hari para siswa datang ke sekolah.
“Ada waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. Tatap muka dimulai pukul 08.00 WIT hingga pukul 11.00 WIT. Para siswa sudah dijadwalkan hari dan jam untuk datang ke sekolah. Jadi, walaupun sa (saya) ke sekolah, sa belum tentu bertemu dengan teman-teman lainnya. Ibu guru su (sudah) atur jadwal kitorang (kami),” kata Mince menjelaskan kepada Bumipapua.com, Rabu (23/9).
Mince yang merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara, saat ini hanya tinggal bersama sang mama, Fransina Aminam di daerah Kloofkam, Kelurahan Gurabesi, Kota Jayapura. Sementara ayahnya, almarhum Jermia Bisim sudah meninggal sejak Mince kecil.
ADVERTISEMENT
Mama Mince setiap hari menjual roti kuning yang ditaburi meses coklat di sekitar kompleks rumahnya. Dari penghasilan menjual roti ini, ia tak pernah terpikirkan akan membeli gawai untuk fasilitas PJJ.
“Ada uang sisa dari hasil menjual roti saja, kami sudah beruntung bisa membeli beras atau sayur, untuk makan setiap hari. Saya tak tega melihat mama bekerja hanya untuk membeli hape,” kata Mince berkisah.
Untuk tetap bisa belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh bapak atau ibu guru di sekolah, Mince pun pergi ke sekolah dan melakukan pembelajaran di luar daring (luring).
“Pandemi ini bikin sa susah kah, harus bolak balik sekolah. Apalagi sa sekolah ini jauh. Jika ke sekolah, sa harus minta mama uang untuk ongkos taksi (angkot) Rp 3.000 dalam satu kali jalan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Mince mengakui walau waktu belajar di sekolah singkat, ia masih beruntung dapat menerima pelajaran dengan baik. “Kadang sa datang hanya kumpul tugas saja. Kadang kalau tra (tidak) mengerti, ibu guru duduk jelaskan ke sa,” kata Mince yang selalu kesulitan dengan mata pelajaran matematika.
Untuk menghemat ongkos dari sekolah ke rumahnya, Mince terpaksa menginap di rumah tantenya yang tinggal dekat sekolahnya. Sehingga, jika dalam satu minggu ia harus ke sekolah, maka ia akan menginap di rumah tantenya.
“Ini semua sa lakukan untuk menghemat ongkos taksi, agar mama bisa menyisihkan uang penjualan kue untuk kebutuhan lainnya di rumah,” kata Mince yang memiliki cita-cita menjadi Polisi Wanita (Polwan).
Pemberlakukan Luring
Belajar tatap muka di sekolah SMP 3 Jayapura diberlakukan bagi 300 siswa yang tak miliki gawai dan fasilitas lainnya untuk pembelajaran jarak jauh di tengah pandemi. (BumiPapua.com/Qadri Pratiwi)
Wali Kelas Mince di sekolah SMP 3 Jayapura, Wahyu menuturkan ratusan anak yang tak memiliki fasilitas gawai, imternet, laptop, komputer dan peralatan pembelajaran PJJ lainnya, bisa datang ke sekolah. Pembelajaran luring di SMP 3 Jayapura baru dimulai pada Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
Wahyu menyebutkan Mince dan sejumlah anak lainnya rajin ke sekolah, walaupun hanya belajar beberapa jam saja.
“Jam saat datang ke sekolah sudah diatur sebaik mungkin, guna menghindari kerumunan siswa. Protokol kesehatan juga tetap dilakukan dengan menjaga jarak dalam memberikan dan menerima pelajaran, serta menggunakan masker,” kata Wahyu.
Kepala Sekolah SMP 3 Jayapura, Mudji Taba Yusuf menuturkan sejak pandemi corona, sekolah tetap menggelar tatap muka belajar di sekolah bagi 300 siswa yang tidak memiliki fasilitas telepon genggam android serta jaringam data internet.
Pihaknya memahami cara ini dinilai mengkhawatirkan untuk penyebaran corona. Terlebih Kota Jayapura menjadi daerah tertinggi penyebaran virus corona di Provinsi Papua.
Sebut saja data per Rabu (23/9), secara kumulatif pasien positif COVID-19 di Kota Jayapura mencapai 2.792 orang, dengan pasien yang dirawat 759 orang dan sembuh 1.986 orang, dengan jumlah kematian 47 orang.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, aturan protokol kesehatan di sekolah tetap dilakukan. Mudji menyebutkan area sekolah adalah area wajib masker dan tetap disediakan fasilitas pencuci tangan. Proses belajar mengajar pun dilakukan di luar ruangan, guna menghindari virus tersebut.
"Ini tatap muka khusus bagi anak-anak yang tak memiliki fasilitas sekolah daring. Kami membagi kelas setiap hari dengan jadwal 10 anak, mulai dari kelas 7, 8 dan 9," jelasnya.
Sementara untuk waktu belajarnya dilakukan dengan dua sesi yakni mulai jam o8.00 WIT hingga pukul 09.00 WIT. Kemudian sesi jam kedua adalah pukul 09.00 WIT hingga pukul 11.00 WIT.
Mudji menyebutkan tatap muka di sekolah sudah dilakukan sejak minggu ke-2 bulan Agustus. Siswa yang datang diatur jadwalnya oleh guru kurikulum, sehingga protokol kesehatan tetap ditaati.
ADVERTISEMENT
“Walaupun tak bertemu teman lainnya di sekolah, Mince selalu bersemangat untuk tiba tepat waktu dan belajar dengan bapak atau ibu guru. Ia anak yang disiplin,” ujarnya.
Hingga kini, Mince tak pernah terpikirkan akan memiliki telepon genggam untuk proses belajar dari rumah. Walau sang mama pernah menawarkan Mince untuk membeli sebuah gawai, ia paham betul penghasilan yang diperoleh dari sang mama dalam menjual roti kuning meses itu. Jika dagangan roti sang mama sedang laris, bisa mengantongi uang Rp 200 ribu. Tapi paling sedikit mama bisa mendapatkan untung Rp 100 ribu setiap hari.
“Jadi, kalau mau beli hape, macam tra (tidak) tega sekali. Untu beli pulsa saja, saya masih mikir-mikir, kasihan mama. Walau mama selalu bilang ke saya, trapapa (tidak apa-apa) beli hape, demi sekolah dari rumah, agar terhindar dari corona,” cerita Mince, sambil menahan air matanya.
ADVERTISEMENT