Dari Kecelakaan Lahirkan Usaha Rumah Albumin Ikan Gabus

Konten Media Partner
23 September 2020 19:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rusdiati, pembuat minyak ikan gabus di Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
zoom-in-whitePerbesar
Rusdiati, pembuat minyak ikan gabus di Merauke. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
ADVERTISEMENT
Merauke, BUMIPAPUA.COM- Inspirasi itu datang dari sebuah tragedi kecelakaan yang menimpa adiknya pada Desember 2016 lalu. Saat itu, sang adik bernama Rustam Tanawali Samkakai mengalami kecelakaan sepeda motor, sehingga salah satu kakinya harus diamputasi.
ADVERTISEMENT
Di saat masa tragis ini, sang kakak Rusdiati Tanawali Samkakai harus mencari jalan dan solusi, agar bagaimana perawatan kesembuhan kaki adiknya lebih cepat. Sehingga tak perlu waktu lama dirawat medis dengan biaya yang sangat mahal.
Berbekal pengalaman ikut pelatihan pengelolaan ikan gabus dijadikan zat albumin atau minyak ikan gabus, Rusdiati pun berinovasi meracik cairan dengan bahan dasar ikan gabus. Sebab dia yakin, zat albumin pada minyak ikan gabus yang dibuat dapat menyembuhkan luka kaki adiknya lebih cepat.
"Syukur, dengan minyak ikan gabus yang rutin diminumkan ke adik saya, tak sampai sebulan lukanya sudah kering dan sembuh," kisah Rusdiati saat ditemui di kediamannya di Kompleks Gudang Arang, Kelurahan Kamahedoga, Kabupaten Merauke, Papua.
ADVERTISEMENT
Berawal dari musibah inilah, Rusdiati pun terus membuat minyak ikan gabus secara tradisional. Tepat di tahun 2017, Rusdiati membuat usaha minyak ikan gabus. Dia mengajak ibu-ibu tetangganya membentuk satu kelompok usaha kecil rumah tangga.
Kelompok Usaha Harapan Papua Baru
Awalnya, kelompok usaha rumah albumin yang diberi nama Harapan Papua Baru ini dibentuk memproduksi minyak ikan gabus hanya untuk dikonsumsi keluarga terdekat. Namun informasi dari mulut ke mulut tersiar kabar minyak ikan gabus dapat menjadi obat alternatif berbagai penyakit.
Sehingga kelompok usaha ini harus memproduksi minyak ikan gabus secara tradisional sesuai permintaan pemesan. "Awalnya itu kami produksi hanya untuk dikonsumsi keluarga kelompok usaha, tapi berkembang memenuhi kebutuhan orang memesan. Ikan pun yang kami dapat, itu dibeli di pasar tradisional," jelas Rusdiati.
ADVERTISEMENT
Dengan peralatan seadanya. Dapur rumahnya menjadi tempat produksi albumin ikan gabus. Untuk memenuhi permintaan pemesan, anggota kelompok usaha ini pun patungan untuk membeli bahan dasar pembuatan albumin di pasar tradisional.
Sebenarnya, Rusdiati sudah mempunyai pengalaman di bidang usaha kecil. Jauh sebelum membentuk kelompok usaha rumah albumin Harapan Papua Baru, Rusdiati sudah pernah bergabung dengan salah satu kelompok usaha yang juga memanfaatkan ikan gabus.
Di kelompok usaha sebelumnya, Rusdiati sering mengikuti pelatihan pengelolaan ikan gabus. Bahkan kelompok usahanya waktu itu dibina oleh salah satu instansi pemerintah daerah. "Waktu itu kami membuat pentolan dan ikan asin yang bahannya juga dari ikan gabus," katanya.
Proses Produksi Minyak Ikan Gabus
Proses pembuatan minyak ikan gabus produksi Rumah Albumin. (Dok Pertamina MOR 8)
Proses produksi zat albumin pada minyak ikan gabus cukup sederhana, hanya menggunakan bahan baku ikan gabus seperti jenis Ikan Gastor dan air bersih. Rusdiati mengaku, proses pembuatannya hanya dengan cara mengukusnya.
ADVERTISEMENT
"Ada dua dandang (wadah untuk masak) yang dipakai, dandang besar dan dandang kecil. Dimana, ikan gabus dibersihkan dulu. Lalu dandang besar diisi air bersih. Setelah itu, dimasukan dandang kecil yang berisikan ikan gabus. Proses masak ini butuh waktu 8 jam. Jadi dihitung-hitung proses keseluruhannya sekitar 10 jam," jelasnya.
Dari proses memasak dengan pengukusan inilah, kata Rusdiati, dandang ukuran kecil yang berisikan ikan gabus tadi akan menjadi minyak atau sari. "Nah, minyak inilah yang dipakai. Dalam proses ini tanpa ada campuran bahan lain," terangnya.
Biasanya, produksi minyak ikan gabus berdasarkan permintaan pelanggan yang sudah mengetahui khasiatnya. Dalam sekali produksi minyak ikan gabus, memperoleh keuntungan hingga Rp 3 juta.
ADVERTISEMENT
“Dalam sebulan, biasanya kami produksi 2 kali. Sekali produksi bisa mencapai 3 liter minyak ikan gabus. Minyak ikan ini akan dikemas ke dalam botol ukuran 150 mililiter dan dijual harga Rp 100 ribu per botol," jelasnya.
Rusdiati mengaku, minyak ikan gabus olahan mereka mampu bertahan hingga sebulan. Dari hasil penjualan minyak ikan gabus ini, kata Rusdiati, dibagi rata sesama anggota kelompok dan sisanya disimpan untuk dana kas kelompok usaha.
"Memang saat ini kami sedikit terkendala pada sistem pemasaran. Sebab belum ada rekomendasi pemerintah. Walaupun demikian, kami yakin apa yang kami lakukan untuk kepentingan kesehatan masyarakat," ujarnya.
Impian Terwujud Lewat Bantuan Pertamina
Rumah Albumin, usaha kelompok Harapan Papua. (BumiPapua.com/Abdel Syah)
Rusdiati dan teman-temannya yang tergabung dalam kelompok usaha Harapan Papua Baru harus menunggu beberapa tahun untuk memiliki rumah produksi albumin.
ADVERTISEMENT
Namun berkat usulan proposal ke Pertamina di Merauke sejak 2 tahun lalu, impian itu pun terwujud. Sebuah bangunan semi permanen, lengkap dengan peralatan produksi diberikan oleh Pertamina.
Kelompok usaha ini pun dibantu melalui program pemberdayaan rumah albumin, yang merupakan bagian Program Corporate Social Responsibility (CSR) Fuel Terminal Merauke di Bidang Pemberdayaan Ekonomi.
Selain itu, untuk mendapat kepastian produk layak dikonsumsi, Pertamina juga membantu mengurus rekomendasi label halal dan uji laboratorium Balai POM. Hanya saja, masih terkendala diuji POM. Karena produk yang diinginkan harus dalam bentuk kapsul, bukan cairan.
"Ini adalah cita-cita kami, sudah punya rumah produksi dan itu terwujud melalui Pertamina. Dengan perhatian yang begitu besar dari Pertamina, target tahun depan saya akan lebih banyak melibatkan ibu-ibu dalam kelompok usaha ini," terang Rusdiati.
ADVERTISEMENT
Rusdiati pun mengaku, Pertamina akan terus menjadi bagian dari kelompok usaha mereka dalam menjalankan roda ekonomi masyarakat pesisir Sungai Maro, Merauke. “Bantuan ini adalah harapan kami dan impian kami sejak lama," katanya terharu.
Tetap Eksis di Masa Pandemi COVID-19
Minyak ikan gabus produksi Rumah Albumin. (Dok Pertamina MOR 8)
Hingga kini, kelompok usaha rumah albumin Harapan Papua Baru tetap eksis walaupun di tengah masa pandemi COVID-19 yang melanda seperti saat ini. Produksi minyak ikan gabus tetap berjalan seperti biasanya, sesuai permintaan.
Sebab, kata Rusdiati, Pertamina telah memberikan fasilitas yang cukup memadai. Walaupun produksi minyak ikan gabus masih tergolong sedikit, namun setidaknya dapat membantu meningkatkan ekonomi keluarga untuk memenuhi dan menutupi kebutuhan mereka sehari-hari.
"Suami kami disini kebanyakan profesinya hanya nelayan tradisional. Sehingga penghasilan per harinya tak menentu, apalagi di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Ya, setidaknya dengan kehadiran rumah albumin yang dibangun Pertamina, kami dapat meringankan beban suami," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Rusdiati tak sendiri, dalam menjalankan kelompok usaha rumah albumin, Harapan Papua Baru, dirinya dibantu 8 anggota lainnya. Mereka masing-masing, Sarah Fenina Gebze, Adriani, Haryati, Ica Lakeka Gebze, Veronika Kandemu, Maryati Gebze, Fitriyah Kaize, dan Elfira Gebze.
Para perempuan tangguh ini mempunyai peran masing-masing dalam proses produksi minyak ikan gabus. Ada yang membeli ikan ke pasar, membersihkan ikan dan memasak ikan hingga menjadi minyak ikan. “Jadi, kami mempunyai peran masing-masing dalam produksi," kata Rusdiati mengakhiri perbincangan.
Bukti Nyata Pemberdayaan Ekonomi Pertamina
Unit Manager Communication, Relations and CSR Marketing Operation Region VIII di Jayapura, Edi Mangun menjelaskan, program pemberdayaan Rumah Albumin merupakan bagian Program Corporate Social Responsibility (CSR) Fuel Terminal Merauke di bidang Pemberdayaan Ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Pertamina bersama masyarakat bahu-membahu menjaga keberlangsungan potensi ekonomi lokal dengan memberdayakan kelompok usaha Harapan Baru yang berfokus pada pembuatan minyak albumin ikan gabus jenis ikan gastor," jelas Edi.
Menurutnya, perhatian pada pengembangan produk usaha yang dihasilkan merupakan sebuah upaya pemanfaatan hasil sumber perikanan air tawar yang terdapat di Kabupaten Merauke. Apalagi, daerah ini memiliki luas rawa mencapai 1.425.000 hektare dari total luas kabupaten 45.071 Km², dengan varietas jenis ikan air tawar yang bervariasi, salah satunya ikan gabus jenis ikan gastor.
“Semangat para pelaku kelompok usaha ini untuk membesarkan dan memberikan dampak ekonomi bagi sekitarnya memudahkan inisiasi program antara Pertamina dan kelompok usaha," jelasnya.
Edi menambahkan, tahun 2020 merupakan tahun kedua Pertamina hadir dalam kegiatan usaha tersebut. Bersama masyarakat, Pertamina berupaya memecahkan problematika usaha yang kerap muncul pada fase awal kelompok usaha berdiri dan segera melakukan akselerasi.
ADVERTISEMENT
"Produk minyak albumin produksi Kelompok Harapan Papua Baru terbilang cukup laris di pasaran, bahkan kelompok ini diberikan mandat secara langsung pemerintah daerah Kabupaten Merauke memproduksi minyak ikan dalam jumlah besar sebagai persiapan untuk buah tangan bagi kontingen daerah dalam ajang PON Papua 2021," jelasnya.
Pertamina mewujudkan program kolaborasi tersebut dengan pengadaan fisik yang mencakup pengadaan rumah dan alat-alat produksi.
Termasuk pengembangan kapasitas pengelolaan sumber daya manusianya. Sebagai sebuah wujud peduli dalam pemberian dukungan pendampingan yang berkelanjutan, Pertamina berkomitmen mengantarkan kelompok usaha ini agar lebih maju dan mandiri.
"Pendampingan berorientasi jangka panjang terus dilakukan terlebih dalam kondisi pandemi yang belum berhenti," ujarnya.
Edi menambahkan tahun ini, Pertamina bersama kelompok usaha bertekad mengejar 3 indikator capaian keberhasilan, yakni penguatan kelembagaan kelompok serta pemasaran produk, pengurusan izin ke tingkat BPOM dan MUI Kabupaten Merauke, dan dukungan pengembangan kolam penampungan ikan dan kolam penampungan air limbah produksi.
ADVERTISEMENT