Dokter di Puskesmas Kiwirok Papua Bantah Tudingan Bawa Senjata Api Saat Bertugas

Konten Media Partner
20 September 2021 11:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dokter Restu Pamanggi dalam perawatan di RS TNI Marthen Indey Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
dokter Restu Pamanggi dalam perawatan di RS TNI Marthen Indey Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Restu Pamanggi, seorang dokter yang bertugas di Puskesmas Kiwirok, Pegunungan Bintang Papua membantah tudingan banyak pihak yang menyebutkan dirinya bertugas sambil membawa senjata api.
ADVERTISEMENT
Dokter Restu menjadi salah satu tenaga kesehatan yang mengalami kekerasan fisik saat penyerangan nakes di Distrik Kiwirok, Pegunungan Bintang Papua.
Dokter Restu dikeroyok, dipukul dengan besi dan senjata tajam dan dibuang ke jurang yang terletak di belakang puskemas. Akibat penyerangan ini tangan kanan dokter Restu patah.
"Saya ini dokter biasa, melayani semua masyarakat. Warga di sana (Kiwirok) kenal saya semua. Saya masyarakat sipil biasa, tak pegang senjata api. Kalau saya pegang senjata, tak mungkin saya seperti ini," kata dokter Restu kepada wartawan, Senin (20/9).
Saat kejadian penyerangan Puskesmas Kiwirok terjadi, dokter Restu dan beberapa nakes melarikan diri ke barak dokter. Tapi pelaku penyerangan tetap mengejar tenaga kesehatan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saat penyerangan, saya tak pegang senjata apapun. Saya sembunyi di rumah dan rumah saya diserang. Saya keluar dari rumah, saya pun diserang sampai tangan saya patah," katanya.
Dokter Restu dan 8 orang tenaga kesehatan lainnya berhasil dievakuasi dari Kiwirok pada Kamis pekan lalu. Sampai saat ini 4 orang tenaga kesehatan masih dirawat di RS Marthen Indey dan 5 orang nakes lainnya yang mengalami luka ringan berada di rumah keluarga atau kerabat terdekat.