Dosen Uncen: Nduga Memiliki Persoalan Masa Lalu yang Belum Selesai

Konten Media Partner
4 Desember 2018 11:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dosen Uncen: Nduga Memiliki Persoalan Masa Lalu yang Belum Selesai
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Saat pengerjaan Jalan Trans Papua di Yalimo, ruas jalan penghubung Jayapura-Wamena. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Pemerintahan Universitas Cenderawasih (Uncen), Marinus Yaung, mengutuk keras kasus kekerasan yang menewaskan 31 pekerja infrastruktur di Kabupaten Nduga. Ia juga menyesalkan tak adanya antisipasi pihak keamanan, baik TNI maupun Polri dalam kasus ini.
“Sebab daerah Kabupaten Nduga selama ini sudah diketahui daerah tak aman. Bahkan kabupaten ini dan sekitarnya jelas daerah yang sering terjadi kasus penembakan. Ada risiko taruhan nyawa di sana ketika pembangunan infrastruktur yang dilakukan di sana,” ungkap Marinus, Selasa (4/12).
Menurut Marinus, daerah Nduga dan sekitarnya merupakan daerah yang memiliki persoalan masa lalu yang belum selesai, baik masyarakat dan juga adanya Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) yang masih punya dendam dengan negara dan aparat keamanan Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Sehingga, pihak aparat keamanan baik TNI dan Polri tak boleh lengah, tak boleh khilaf, dan tak boleh tak waspada dalam mengawasi setiap pekerja yang melakukan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Nduga,” jelasnya.
Marinus juga mengatakan, pihaknya meminta ketegasan kepada Panglima Kodam XVII Cenderawasih dan Kapolda Papua, kalau memang ada persoalan pengamanan dalam membiayai pengamanan para pekerja di lapangan dari perusahan yang tak mencukupi.
“Tolong di back-up operasi pengamanannya, khususnya di Kabupaten Nduga dan Kabupaten Puncak Jaya,” katanya.
Menurut Marinus, dirinya mengaku mendapat kabar banyak prajurit mengeluh tentang biaya pengamanan, sementara di satu sisi taruhan prajurit adalah nyawa, tapi biaya pengamanan sangat minim.
“Memang prajurit setia kepada NKRI, sumpah prajurit mereka menjunjung tinggi, tapi itu taruhan mereka nyawa untuk itu perlu didukung dengan jaminan keuangan yang cukup,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Marinus juga mengatakan, adanya keterbatasan anggaran dari pihak swasta, seharusnya menjadi perhatian dari Kodam dan Polda untuk memberikan bantuan pangamanan kepada prajurit yang bertugas dalam mengawasi pembangunan infrastruktur.
“Sekali lagi Bapak Kapolda dan Bapak Panglima, tolong perhatikan kesejahteraan prajurit Anda yang ada di wilayah konflik, seperi Nduga dan Puncak Jaya,” ungkapnya.
Diakui Marinus, persoalan keterisolasian, kemiskinan, dan pembangunan yang ada di Papua solusinya adalah infrastruktur. “Untuk itu, jangan ada lagi korban sia-sia. Ini merupakan pekerjaan mulia yang harus kita dukung dalam pembangunan infrastruktur, bukan sebaliknya menghambat,” katanya.
Marinus juga beropini, peristiwa pembantaian Nduga kali ini merupakan cara membiarkan konflik di daerah Nduga. Sebab kata dia, dalam teori konflik situasi aman sesuatu yang tak diharapkan pihak keamanan. ”Sekali lagi saya tekankan dalam teori konflik kedamaian dan situasi kondusif, sebenarnya situasi yang tak diharapkan pihak keamanan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Marinus, seharusnya pada bulan Desember di Papua adalah bulan penuh kasih dan damai, bulan tanpa kekerasan. “Kita harus jalankan bersama-sama, tak boleh lagi ada nyawa manusia melayang sia-sia di atas tanah Papua hanya karena dendam dan emosi, serta motivasi lainnya yang tak sesuai nilai kemanusiaan,” ungkapnya. (Fitus)