Jenazah Korban Banjir Sentani akan Dimakamkan Secara Massal Besok

Konten Media Partner
19 Maret 2019 18:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wagub Papua Klemen Tinal (batik kuning) didampingi Bupati Jayapura, Mathius Awaitaouw. (Foto Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Wagub Papua Klemen Tinal (batik kuning) didampingi Bupati Jayapura, Mathius Awaitaouw. (Foto Istimewa)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Usulan untuk mengubur jenazah korban banjir bandang Sentani secara massal akhirnya disetujui. Wakil Gubernur Papua, Klemen Tinal, mengatakan usul itu diterima setelah dilakukan koordinasi yang melibatkan keluarga korban dan tokoh agama setempat.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan jenazah para korban akan dikuburkan di tanah adat salah seorang ondolofo atau kepala adat/suku di Sentani pada Rabu (20/3).
“Kondisi jasad sudah tak memungkinkan ditahan lagi. Terkait ini (pemakaman massal jenazah korban), warga sudah setuju, termasuk tokoh agama juga sudah siap," kata Klemen saat ditemui di Posko Tanggap Darurat Gunung Merah, Sentani, Selasa (19/3).
Sedangkan untuk menampung para pengungsi, Klemen menjelaskan, meminta Pemerintah Kabupaten Jayapura untuk mempertimbangkan bangunan di Balai Pertanian Yahim. Termasuk untuk menyediakan tempat bagi anak-anak bersekolah.
“Tapi nanti dicek dulu, jika layak silakan dipakai. Jangan sampai bangunan itu juga tergenang. Yang penting sebelum proses belajar mengajar mulai mereka sudah masuk," ungkap Klemen.
Suasana evakuasi usai banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua. Foto: Dok. Istimewa
Dia berterima kasih kepada TNI, Polri, Basarnas, dan tim relawan lainnya yang telah membantu masyarakat terdampak bencana. Sementara itu, Kepala Polres Jayapura, AKBP Victor Macbon, mengatakan saat ini jumlah korban meninggal sudah mencapai 92 orang, sedangkan 76 orang masih dalam pencarian.
ADVERTISEMENT
“Paling banyak korban meninggal ditemukan di kawasan permukiman," kata Victor.
Menurut Victor, beberapa posko pengungsian sudah banyak dan tersebar di wilayah Sentani saat ini, dengan enam posko besar agar koordinasi berjalan baik.
"Koordinasi harus terus dilakukan setiap posko karena ada masyarakat yang diminta untuk mengungsi tapi tak mau, tetapi ketika malam mereka berteriak untuk dievakuasi," ujar Victor. (Pratiwi)