Jumlah Pemilih dan Caleg Perempuan di Kota Jayapura Tertinggi di Papua

Konten Media Partner
27 Februari 2019 9:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jejeran baliho caleg perempuan di Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Sonya Obinaru)
zoom-in-whitePerbesar
Jejeran baliho caleg perempuan di Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Sonya Obinaru)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Bawaslu Kota Jayapura mendata jumlah perempuan sebagai pemilih di Kota Jayapura untuk Pemilu 2019 tertinggi di Provinsi Papua. Jumlahnya mencapai 47% atau 140.807 pemilih dari total 300.752 pemilih.
ADVERTISEMENT
Bawaslu juga menyebutkan caleg perempuan di Kota Jayapura jumlahnya pun tertinggi seluruh Papua. Sebut saja jumlah caleg perempuan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk Kota Jayapura berjumlah 52%, disusul Partai Gerindar 44%, kemudian Partai Keadilan Sosial (PKS), Golkar dan Partai Demokrat 40%, kemudian PDI Perjuangan 38%, serta PKPI 37%. Sedangkan partai lainnya hanya menempatkan caleg perempuan sebanyak 33%.
Ketua Bawaslu Kota Jayapura, Frans Rumsarwir menuturkan keikutsertaan perempuan dalam pusaran pemilu sangat dibutuhkan. Peran partisipasi perempuan dalam penyelenggaraan dan keterlibatan dalam penyelenggaraan untuk perempuan tetap mendapatkan porsi seperti laki-laki.
“Kenyataannya keterlibatan perempuan dalam posisi penyelenggara masih terbatas. Harapan kedepan perempuan bisa mendapat bagian dalam penyelenggara dan dalam posisi kontestasi,” jelas Frans, Rabu (27/2).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Koalisi Kampus yang beranggotakan 6 kampus di Kota Jayapura melakukan diskusi bersama dengan aktivis perempuan dan tokoh perempuan, untuk mencari masukan terkait minimnya keikutsertaan perempuan dalam pemilu.
Kepala Bidang Keadilan dan perdamaian Keutuhan Ciptaan (KPKC) Sinode GKI di Tanah Papua, Pendeta Dora Balubun yang hadir dalam kegiatan itu menyatakan walaupun perempuan sebagai pemilih tertinggi di Kota Jayapura, tetapi perempuan tidak dilibatkan dalam sosialisasi pemilu.
“Kesempatan perempuan untuk terlibat sebagai penyelenggara pemilu maupun pengetahuan pemilu tidak ada, makanya mereka lebih banyak memilih bekerja dirumah atau melakukan aktivitas lainnya, daripada ikut memilih,” paparnya.
Dora menilai perempuan yang terlibat sebagai PNS dan lebaga LSM lebih melihat kepada isu yang dikerjakan dan tidak memberikan perhatian untuk mendorong keterlibatan perempuan.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana menyatukan perempuan calon legislatif ini untuk melihat isu perempuan. Hampir tidak ada yang memfasilitasi untuk mendiskusikan hal ini. Walaupun perempuan memiliki suara terbanyak tapi tidak bisa menentukan banyak hal,” jelasnya.
Menurutnya, kesempatan yang saat ini bisa dilakukan yaitu dengan kampanye di media untuk mendorong perempuan bisa mengetahui haknya dan memberikan pendapat, serta menentukan dengan cerdas siapa yang dipilih.
“Ada banyak organisasi perempuan tapi yang mana yang bisa mendorong untuk memperjuangkan hak-hak perempuan,” ucapnya.
Sebelumnya, Koalisi Kampus yang beranggotakan 6 kampus di Kota Jayapura melakukan diskusi bersama dengan aktivis perempuan dan tokoh perempuan, untuk mencari masukan terkait minimnya keikutsertaan perempuan dalam pemilu. (Liza)