Kisah Tabita, Rela Jualan Sayur demi Kuliah dan Sekolahkan Adiknya

Konten Media Partner
10 Agustus 2019 19:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tabita Kaiwai (20 tahun), mahasiswa yang setia membantu orang tua berjualan sayur. (BumiPapua.com/Agies Pranoto)
zoom-in-whitePerbesar
Tabita Kaiwai (20 tahun), mahasiswa yang setia membantu orang tua berjualan sayur. (BumiPapua.com/Agies Pranoto)
ADVERTISEMENT
Serui, BUMIPAPUA.COM - Terus semangat dan tak pernah putus asa. Itulah keyakinan Tabita Kaiwai (20 tahun), nona asal Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, yang setiap hari berjualan sayur di pasar tradisional setempat.
ADVERTISEMENT
Tabita selalu berjualan dengan mamanya. Setiap harinya mulai pukul 06.00 WIT, ia menata rapi berbagai sayur mayur, bumbu, dan rempah-rempah di atas meja lapaknya. Ia mulai berjualan pukul 07.00 WIT hingga siang hari.
"Saya tidak malu, walau hanya berjualan sayur. Saya rutin melakukan hal ini sejak kelas 2 SD, saat bapak dipanggil Tuhan. Mau bagaimana lagi? Semua ini saya lakukan demi sekolah adik-adik dan biaya kuliah saya," ujar mahasiswa semester 2 perguruan tinggi di Serui itu.
Dirinya menceritakan, ia harus mengubur cita-citanya berkuliah di daerah lain. Sebab sejak sang ayah wafat, ia tak ingin meninggalkan mama dan adiknya seorang diri.
Tabita mengatakan, meskipun kuliah cukup penting baginya, namun membantu sang mama pun adalah sebuah tanggung jawab. Ia tak ingin hanya duduk manis dan meminta hasil jualan sang mama.
ADVERTISEMENT
"Dulu, cita-cita saya kuliah di Jawa, seperti teman lainnya. Tapi, siapa yang akan bantu mama? Kuliah di Serui saja, saya sudah bersyukur," ujarnya.
Penghasilan berjualan sayurnya pun tak pernah menentu. Kadang ia mampu meraup untung Rp 300 ribu rupiah per hari.
"Saya ini bukan anak PNS. Kalau mau sukses, mau maju, ya harus kerja keras. Jangan sampai membebani mama. Saya juga mau mama bangga, anak penjual sayur jadi sarjana," pungkas Tabita. (Agies Pranoto)