Mengenal Tenun Terfo Sarmi, Tenun Asli Serat Alam

Konten Media Partner
2 Oktober 2020 20:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tenun Terfo Sarmi, tenun dari serat alam. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
zoom-in-whitePerbesar
Tenun Terfo Sarmi, tenun dari serat alam. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)

Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Tenun tradisional Terfo dari Sarmi, merupakan tenun asli dari serat alam dari hasil pintalan daun pohon Nibun, sejenis palem yang banyak tumbuh alami di hutan Sarmi.

ADVERTISEMENT
Tenun Terfo merupakan budaya Suku Sobey yang tinggal di Kampung Sawar, Distrik Sarmi, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Dalam proses pembuatan kain terfo, dari penyiapan bahan hingga penenunan hanya dilakukan oleh perempuan Sobey.
ADVERTISEMENT
Motif pada kain Terfo adalah persilangan garis yang menarik. Pada masa lalu, kain Terfo berfungsi sebagai baju adat, serta untuk keperluan adat lainnya.
Since Yaas, pengrajin kain Terfo menuturkan tenun Terfo adalah warisan nenek moyang. Ia mahir menenun, belajar dari sang mama.
"Saya masih menyimpan Terfo yang pernah mama buat sebagai kenang-kenangan. Walaupun kondisinya sudah tua, tapi tetap akan saya simpan," jelasnya, Jumat (2/10).
Proses Tenun Terfo
Alat tenun Terfo Sarmi. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Dalam membuat satu tenun Terfo membutuhkan waktu satu bulan. Proses yang lama, mulai dari mengambil bahan di hutan, perebusan daun nibun, pewarnaan, pemintalan menjadi benang, proses penenunan,
Terfo dibuat dari anyaman daun Nibun, dimana yang digunakan adalah bagian daun pucuk muda pohon Nibun. Penenunan menggunakan alat tenun gedogan yang sangat sederhana.
ADVERTISEMENT
Pewarnaan kain Terfo menggunakan warna alam, yakni daun palem dikeringkan selama 3 hari, kemudian direbus selama 1 jam sehingga serat-serat terlepas. "Serat-serat itu disimpan dalam sebuah wadah. Setelah dingin dan kering, serat dipisah-pisah dan dibersihkan," jelasnya.
Serat yang sudah dibersihkan pada air laut, kemudian dibilas dengan air bersih. Serat-serat tersebut dikeringkan di bawah matahari selama beberapa jam dan dipilin menjadi benang. Benang selanjutnya dicelup ke dalam bahan pewarna merah, hitam, kuning, atau biru.
Ragam hias yang ditenun pada kain terdiri dari garis-garis arah lungsi atau persilangan garis lungsi dengan garis pakan.
"Proses yang lama, membuat harga tenun Terfo mahal. Satu lembar tenun Terfo biasa dihargai Rp 1 juta.
Walau sering diikutkan dalam pameran UMKM oleh pemerintah setempat, namun saat pendemi sekarang ini, tawaran pameran tak pernah ada lagi.
ADVERTISEMENT
"Kadang saya sedih jika ada yang menawar dengan harga rendah. Sebab tenun Terfo sangat butuh waktu lama dalam membuatnya," katanya.
Warisan Tak Benda
Mama SInce Yaas, penenun Terfo Sarmi. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Peneliti Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan tenun Terfo harus dijaga kelestariannya. Salah satu caranya dengan mengusulkan tenun Terfo dalam daftar yang memerlukan perlindungan mendesak UNESCO. "Tenun terfo dapat dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda," ujarnya.
Konvensi UNESCO 2003 mengenai warisan budaya tak benda menyebutkan, warisan budaya tak benda mengandung arti berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok dan dalam beberapa hal tertentu, perorangan sebagai bagian warisan budaya.
Warisan budaya tak benda ini bagi masyarakat, kelompok dan perorangan memberikan rasa identitas dan keberlanjutan, membantu mereka memahami dunianya dan memberikan makna pada kehidupan dan cara mereka hidup bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Sumber dari keragaman budaya dan bukti nyata dari potensi kreatif umat manusia, warisan tak benda secara terus-menerus diciptakan oleh penerusnya, karena warisan ini dipraktikan dan disampaikan dari individu ke individu lain dan dari generasi ke generasi.
"Pengrajin tenun Terfo ini adalah maestro seni, perlu diberikan ruang bagi mereka untuk mengajarkannya ke pendidikan formal, misalnya seniman masuk sekolah atau seniman mengajar di kampus terutama jurusan seni kria," jelasnya.