Menjaga Asa Pendidikan di Perbatasan Papua dan Papua Nugini

Konten Media Partner
25 November 2021 16:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelajar di SD Mosso Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
Pelajar di SD Mosso Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Berkibarlah benderaku,
Lambang suci gagah perwira,
ADVERTISEMENT
Di seluruh pantai Indonesia
Kau tetap pujaan bangsa
Siapa berani menurunkan engkau
Serentak rakyatmu membela
Sang merah putih yang perwira
Berkibarlah Slama-lamanya
Lagu Berkibarlah Benderaku membahana di tengah lapangan upacara SD Mosso yang terletak di Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.
SD Mosso menjadi satu-satunya sekolah di Kampung Mosso yang berada di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini.
Kampung Mosso terletak sekitar 40 kilometer dari jantung Kota Jayapura. Jarak tempuh ke kampung ini bisa melalui jalur darat dengan akses jalan beraspal yang cukup baik dan ditempuh dengan perjalanan sekitar 1 hingga 2 jam dengan kendaraan roda empat.
SD Mosso mendidik 56 siswa. Sebanyak 29 orang siswanya belum jelas warga negara Indonesia atau warga negara Papua Nugini. Hanya ada 26 siswa memiliki dokumen kependudukan yang jelas, yakni WNI.
ADVERTISEMENT
Walau tak jelas dengan status kewarganegaraannya, para siswa sangat fasih menyanyikan sejumlah lagu kebangsaan Indonesia dan ini yang membuat sejumlah guru di sekolah dasar tersebut bangga.
Pelajar di SD Mosso Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
Kepala Sekolah SD Mosso, Stevanus Mandowen menjelaskan ada 29 siswa yang masih pulang pergi, antara ke Papua Nugini dan ke Papua.
“Rata-rata orang tua siswa ini adalah kawin campur dan belum memiliki dokumen kependudukan yang jelas,” kata Stevanus ditemui BumiPapua, pertengahan November 2021.

Berbagi Pendidikan

Stevanus berkisah, SD Mosso dibangun pada 2008 di atas tanah adat milik masyarakat. Sekolah dibangun atas dasar keinginan warga untuk mempermudah anak-anak perbatasan Indonesia dan Papua Nugini mendapatkan pendidikan.
“Awal sekolah, para siswa belajar dengan buku seadanya, bahkan bisa dibilang tak memiliki buku pegangan dan tak ada guru tetap. Sekolah hanya memiliki 3 ruang kelas,” kata Stevanus.
ADVERTISEMENT
Tahun berjalan, SD Mosso berkembang sangat baik, menjadi salah satu sekolah yang masuk dalam UU pendidikan nomor 20/2003.
“Pemerintah Kota Jayapura akhirnya membangun sekolah itu dengan bangunan yang lebih layak. Sekarang sekolah sudah diakui di Kementerian Pendidikan dan sudah memiliki nomor pokok nasional. SD Mosso bukan SD Negeri atau SD Inpres. Ini hanya SD yang dibangun dengan niat baik pemerintah Kota Jayapura,” kata Stevanus.
Walau begitu, Stevanus bangga, sekolah yang berada di tengah pemukiman penduduk ini telah 8 kali menamatkan siswanya.
“Sudah ada 8 angkatan yang tamat dari sekolah ini dan ada satu anak yang menempuh perguruan tinggi di Pulau Jawa. Saya ikut terharu dengan keberhasilan anak-anak dari SD Mosso,” suara Stevanus terdengar lirih dengan mata berkaca-kaca.
ADVERTISEMENT
Stevanus berharap pemerintah tetap memperhatikan kondisi sekolah di perbatasan Papua.
“Para guru di sini hanya ingin para siswa bisa menempuh pendidikan yang layak, walaupun siswa tersebut berasal dari tetangga sebelah (Papua Nugini),” katanya.
Pelajar di SD Mosso Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
Kepala Kampung Mosso, Agus Wepafoa berterima kasih kepada pemerintah dan pihak manapun yang telah memperhatikan sekolah ini.
Agus menyebutkan bagaimanapun anak-anak harus mendapatkan pendidikan yang layak. Walaupun sekolah ini mendidik anak-anak dari orang tua yang kawin campur, bahkan tak memiliki dokumen kependudukan yang jelas, tapi anak-anak harus mendapatkan akses pendidikan yang layak.
“Sekolah ini dibangun atas dasar kekeluargaan dan kebersamaan. Kami ingin anak-anak bisa sekolah di SD ini. Tanpa harus melihat warga negaranya. Biarkan anak-anak mendapatkan pendidikan yang baik dan kita harus mendukungnya,” jelas Agus.
ADVERTISEMENT
Agus bahkan ikut bangga suara lantang anak-anak SD Mosso tetap bersemangat menyanyikan lagu karangan Ibu Sud, tanpa membedakan mana siswa asal Indonesia atau siswa dengan darah campuran Papua Nugini.
Tak goyang jiwaku menahan rintangan
Tak gentar rakyatmu berkorban
Sang merah putih yang perwira
Berkibarkah Slama-lamanya