Pekerja Istaka Karya Tak Pegang Surat Perjanjian Kerja

Konten Media Partner
7 Desember 2018 11:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja Istaka Karya Tak Pegang Surat Perjanjian Kerja
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Foto: Para pekerja di Nduga yang selamat dari serangan KKB dan saat ini dievakuasi ke Timika. (Dok: Polda Papua)
ADVERTISEMENT
Wamena, BUMIPAPUA.COM – PT Istaka Karya dituding tak pernah memberikan surat perjanjian kerja (SPK) kepada pekerjanya yang melakukan proyek pembangunan jembatan di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua.
Nathal, mantan pekerja yang mengundurkan diri dari Istaka Karya pada April 2018 dikarenakan selalu was-was bekerja di lokasi itu, apalagi tidak pernah memiliki SPK untuk menjamin pekerjaannya.
Apalagi menurut Nathal, bekerja pada perusahaan Istaka Karya tidak ada pegangan SPK bagi dirinya. “Kami selalu minta terus SPK itu, tapi perusahaan selalu menunda, sampai kami naik ke atas (lokasi proyek) pun SPK tak ada,” jelas Nathal, Jumat (7/12).
Nathal menceritakan, saat awal melakukan pengerjaan proyek, pekerja Istaka Karya pernah dikawal oleh aparat keamanan, minimal enam 6 orang yang melakukan pengawalan dan setiap minggu bergantian.
ADVERTISEMENT
“Kami juga tinggal satu camp dengan aparat. Tapi kami masih sering diganggu, misalnya adanya pelemparan atau pengejaran saat melakukan pengerjaan jembatan,” ucap Nathal.
Karena selalu diganggu, maka pimpinan Istaka Karya berinisiatif, jika terus dikawal aparat, maka pekerja akan terus diganggu. Sebab KKB itu mengejar aparat, bukan warga bukan sipil. “Akhirnya perusahaan menggunakan masyarakat asli di sana sebagai pengawalan,” jelasnya.
Walaupun merasa sedikit aman dengan pengawalan dari masyarakat setempat, tetapi masyarakat juga tak dapat menjamin adanya gangguan dari KKB.
Pada 2017 saat terjadi penembakan 2 operator dan seorang anggota TNI yang tertembak, pekerja diminta untuk naik kembai melakukan aktifitas seperti biasanya. “Karena kami ini hanya anak buah, maka kami ikut perintah saja, tapi ditengah perjalanan, Pos TNI di Mbua meminta kami untuk kembali ke Wamena karena akan dilakukan penyisiran," kata Nathal yang mengaku kerap bertemu dengan KKB dalam melakukan pekerjaannya. "KKB ini jelas-jelas menenteng senjata," kenang Nathal. (Stefanus)
ADVERTISEMENT