Penantian Panjang Kedatangan Jenazah Suster Gabriela

Konten Media Partner
18 September 2021 19:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah duka Suster Gabriella. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah duka Suster Gabriella. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Jenazah Suster Gabriela Meilani (22), seorang tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di Puskesmas Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua belum dapat dikirim ke Jayapura, dimana keluarganya berada.
ADVERTISEMENT
Saat ini jenazah Suster Gabriela masih disemayamkan di Koramil Kiwirok, setelah kemarin, Jumat (17/9) berhasil diangkat dari jurang dengan kedalaman 300 meter dan kecuraman 90 derajat.
Jenazah Suster Gabriela baru ditemukan pada Rabu (15/9) di jurang yang terletak di belakang puskesmas tempatnya bertugas atau 3 hari setelah KKB pimpinan Lamek Taplo menyerang nakes dan membakar puskesmas.
"Tidak ada penerbangan besok. Jika ada perkembangan, saya infokan," kata Kapenrem 172/PWY Mayor Inf. Dewa Made Dharmawan, melalui pesan whatsapp, Sabtu (18/9).

Menanti Jenazah Suster Gabriela

Suster Gabriella Meilani, tenaga kesehatan yang menjadi korban kekerasan KKB Lamek Taplo. (Dok Facebook Gabriela Meilani)
Rumah keluarga Suster Gabriela yang terletak di Jalan Belut Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura penuh dengan karangan bunga ucapan duka cita.
Sampai saat ini sudah hari ke-6 pasca penyerangan Puskesmas Kiwirok, Suster Gabriella menjadi korban kekejian KKB.
ADVERTISEMENT
Dalam penantian kedatangan jenazah, keluarga Suster Gabriela menyiapkan sebuah tempat tidur dialasi kain berwarna merah muda. Tempat tidur itu nantinya akan menjadi tempat terakhir disemayamkannya jenazah Suster Gabriela sebelum dimakamkan.
Namun sayang, sampai hari ini tempat tidur itu masih kosong, hanya terlihat di atas tempat tidur foto Suster Gabriela yang sedang tersenyum ceria.
Suster Gabriela adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Ia menyelesaikan pendidikan kesehatannya di Politeknik Kesehatan (Poltekes) Jayapura tahun 2020. Kemudian ia langsung mengabdikan diri sebagai pelayan kesehatan di Distrik Kiwirok Kabupaten Pegunungan Bintang.

Duka Mendalam

Ibu dan kakak dari Suster Gabriella. (BumiPapua.com/Katharina)
Martina Rinding, ibu kandung Suster Gabriela berharap jenazah putrinya dapat segera dievakuasi ke Jayapura. Tak ada hal lain yang diinginkannya. Ia hanya ingin melihat langsung jenazah putrinya.
ADVERTISEMENT
“Kami sangat berharap, tolong kami. Kami sudah terlalu lelah, terlalu sakit sekali. Mohon perhatian untuk anak kami, agar bisa sesegera mungkin dievakuasi, ada perhatian khusus dari instansi terkait, sehingga kami bisa makamkan dia secara baik,” ucap Martina Rinding dengan suara lirih dan meneteskan air mata.
Martina mengaku tak mendapatkan firasat apapun sebelum kejadian yang menimpa putrinya.
"Anak saya selalu mengabarkan keadaannya, komunikasi kami lancar sekali. Tak ada firasat apapun sebelum kejadian ini," katanya lagi.

Aktivis HAM Bungkam

Irawan Setio Putra, kakak kandung Suster Gabriela minta perhatian para pengiat maupun aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) terkait penyerangan nakes di Puskesmas Kiwirok.
Menurutnya, selama ini para aktivis HAM selalu berteriak soal HAM yang terjadi di Papua. Tapi saat kejadian penyerangan nakes oleh KKB di Kiwirok, semua penggiat HAM bungkam.
ADVERTISEMENT
"Kekejaman KKB menimpa adik saya dan para nakes di Kiwirok, tak ada satupun aktivis HAM yang bersuara. Adik saya meninggal dunia karena kekejaman KKB. Kami sangat terpukul," Irawan menambahkan.
Ia dan keluarga berharap rasa simpati dari semua pihak, terutama aktivis HAM dapat menyebarkan kekejaman KKB. “Setiap hari aktivis HAM hanya berteriak HAM. Tapi saat kejadian ini menimpa nakes yang harus dilindungi, kemana mereka (aktivis HAM)?” katanya.