Perahu Bermotif Kearifan Lokal dari Suku Sobey Sarmi Papua

Konten Media Partner
2 Januari 2021 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perahu tradisional Suku Sobey di Kabupaten Sarmi, Papua. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
zoom-in-whitePerbesar
Perahu tradisional Suku Sobey di Kabupaten Sarmi, Papua. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Perahu tradisional Suku Sobey di Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua, dikenal dengan perahu yang penuh dengan berbagai motif kearifan lokal.
ADVERTISEMENT
Perahu tradisional Suku Sobey Sarmi memiliki cadik ganda yang berfungsi sebagai penyeimbang. Perahu ini selalu terlihat dihiasi dengan ukiran yang indah dan diberi warna alami.
Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menyebutkan biasanya ukiran di perahu tradisional Suku Sobey berupa motif terumbu karang, fauna laut, burung dan binatang mitologi yang berkaitan dengan kisah nenek moyang mereka.
"Motif-motif ini selain untuk memperindah perahu juga berfungsi untuk menandai kepemilikan perahu," jelasnya, Sabtu (2/1).
Ada motif yang menarik di perahu tradisional Suku Sobey yaitu motif lobster. Motif lobster diukirkan pada badan perahu, berfungsi sebagai pengingat atau rambu-rambu agar nelayan berhati-hati selama melaut.
Ada filosofi dalam kehidupan masyarakat suku Sobey, yakni nelayan harus belajar dari lobster, di saat kondisi aman, lobster bergerak maju, di saat kondisi berbahaya maka lobster bergerak mundur secepatnya.
ADVERTISEMENT
"Begitu pula bagi nelayan Suku Sobey, saat melaut, ketika tiba-tiba muncul badai atau cuaca buruk, maka nelayan akan segera kembali ke darat menunggu cuaca membaik," jelas Hari.

Miniatur Perahu Suku Sobey

Miniatur perahu tradisional Suku Sobey di Kabupaten Sarmi, Papua. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Saat ini, perahu tradisional Suku Sobey sudah dibuat dalam bentuk miniatur. Miniatur perahu biasanya menjadi oleh-oleh bagi traveler yang berkunjung ke Sarmi.
Untuk setiap miniatur perahu, dihargai Rp 300 ribu hingga Rp 1 juta, hal ini tergantung jenis kayu yang digunakan dan tingkat kerumitan dalam membuatnya.
Kabupaten Sarmi terletak di pesisir utara Papua, berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Sarmi memiliki ombak yang bagus untuk berselancar, maka itu Sarmi dikenal sebagai Kota Ombak.
Bagi traveler yang berkunjung ke Sarmi, dengan mudah akan menjumpai kuliner khas udang tiger.
Perahu tradisional Suku Sobey di Kabupaten Sarmi, Papua. (Dok Hari Suroto/Balai Arkeologi Papua)
Banyak sungai yang bermuara di perairan Sarmi, sehingga menjadi habitat alami udang tiger atau udang harimau (penaeus monodon).
ADVERTISEMENT
Udang ini dikenal sebagai si loreng dari Laut Pasifik atau disebut juga sebagai black tiger shrimp, berukuran panjang 20 hingga 35 cm dan berat sekitar 140 hingga 260 gram.
Udang tiger dari Sarmi berasa gurih dan manis. Udang tiger menjadi oleh-oleh wajib bagi traveler yang berkunjung ke Sarmi
Bulan April hingga Mei dalam setiap tahunnya merupakan musim tangkap udang harimau di perairan Sarmi. Jika sedang musim udang di Sarmi, harga udang harimau dihargai per kilogramnya Rp100 ribu.
Nelayan Suku Sobey di Sarmi menangkap udang tiger menggunakan jaring. Secara tradisional Suku Sobey memiliki kearifan lokal dalam hal melaut. Kearifan lokal ini diwariskan secara turun temurun.
Dengan membaca tanda-tanda alam, nelayan Suku Sobey mengetahui kapan waktu yang tepat untuk melaut, mengetahui arah mata angin, serta lokasi perairan yang menjadi habitat udang harimau.
ADVERTISEMENT