Pertamina Jadikan UMKM Batik Papua Tembus Pasar Daring

Konten Media Partner
28 April 2021 20:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Produksi batik asal Papua. (Dok Pertamina)
zoom-in-whitePerbesar
Produksi batik asal Papua. (Dok Pertamina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Aplikasi Go Digital Pertamina menjadikan peningkatan penghasilan penjualan batik asal Papua tembus Rp 100 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
UMKM binaan Pertamina Regional Maluku Papua, Kristina Ifaryani yang memiliki usaha Citra Batik Papua mengaku bisnis yang digelutinya sejak 1993 memgalami peningkatan, terlebih saat Citra Batik mulai memasarkan dagangannya lewat aplikasi Go Digital Pertamina.
"Awal menjual batik dimulai dari produk saudara dengan keuntungan 5 persen. Setelah modal terkumpul, akhirnya tahun 1997 mulai membuka usaha sendiri,” jelas perempuan yang kerap disapa Yani mengisahkan awal membuka usahanya.
Citra Batik Papua yang dikelola Yani telah memiliki 2 toko di kota dan Kabupaten Jayapura. Ia memusatkan proses desain dan pemasaran Citra Batik Papua di Jayapura. Sedangkan untuk produksi batik dilakukan di Pekalongan, Jawa Tengah daerah asalnya.

Perbedaan Batik Papua

Kristina Ifaryani, pemilik Citra Batik Papua saat mengikuti pameran belum lama ini. (Dok Pertamina)
Lalu, apa yang membedakan batik Papua dengan batik dari daerah lain? Yani menjelaskan, perbedaan utama terletak dari motifnya. Beda dengan batik dari daerah lain, batik Papua banyak didominasi motif-Burung Cendrawasih dan rumah Honai, rumah adat Papua. Tidak ketinggalan juga motif dengan gambar alat musik khas Papua, Tifa dan binatang seperti kadal dan buaya.
ADVERTISEMENT
Meski bukan asli orang Papua, Yani melihat peluangnya sangat besar karena penjual batik di Papua masih sedikit. Selama mengibarkan batik Papua, Yani banyak membidik konsumen kelas menengah atas dan pasar mancanegara.
“Di pasar luar negeri, batik Papua banyak yang mencari,” katanya. Kebanyakan konsumen mencari batik ini untuk menambah koleksi kain tradisional khas Indonesia.
Yani fokus memproduksi batik tulis dan batik cap. Selain dalam bentuk lembaran kain, ia juga memproduksi batik menjadi pakaian jadi, seperti kemeja, dress, rok, dan kain pantai.
Kapasitas produksi per bulan biasanya 500 pieces pakaian jadi dan lebih dari 10 kain batik tulis ukuran dua meter. Harganya dibanderol mulai Rp 250 ribu hingga Rp 2 juta per helai. Dalam sebulan, Yanti bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta.
ADVERTISEMENT
Dalam menjalankan bisnisnya, Yani memberdayakan warga sekitar tempat produksi untuk ikut membantu.
Di Pekalongan sendiri, ia banyak memberdayakan ibu rumah tangga untuk membatik. Dan di Jayapura juga terdapat beberapa pegawai warga lokal ikut membantu operasional toko.
Salah satu hasil pembinaan Pertamina yang efektif digunakan untuk memasarkan produk-produknya adalah pembinaan Go Digital. Di mana, ia memanfaatkan sejumlah platform digital baik media sosial maupun marketplace untuk memasarkan produk. Masyarakat bisa melihat beberapa katalog produknya melalui media sosial @citra_batik_papua.
Sejak menjadi mitra binaan Pertamina pada tahun 2012, Yani merasakan perubahan yang signifikan terhadap usahanya. “Kami dapat tambahan wawasan berbagi sesama mitra binaan. Sehingga menambah relasi pengrajin-pengrajin batik se-Indonesia. Selain itu juga mendapat kesempatan pameran di dalam negeri dan luar negeri hingga Australia,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto mengapresiasi langkah yang dilakukan Kristina Ifaryani. Menurutnya, peran dalam pelestarian kebudayaan Indonesia harus ditiru oleh semua orang. ”Apalagi batik, sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, kita wajib untuk menjaga dan melestarikannya,” ujarnya.
Pertamina akan terus mendukung pelestarian budaya batik selain secara langsung, juga memfasilitasi para perajin baik agar lebih berkembang dan unggul. ”Ini sebagai implementasi Goal 8 Sustainable Development Goals (SDGs). Diharapkan dapat membantu masyarakat mendapat pekerjaan yang layak dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tutup Agus.