Pertamina MOR VIII Dukung Ketahanan Pangan di Kota Jayapura

Konten Media Partner
4 Juli 2020 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bantuan dari Pertamina MOR VIII Maluku Papua kepada petani di Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
zoom-in-whitePerbesar
Bantuan dari Pertamina MOR VIII Maluku Papua kepada petani di Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM– Pertamina MOR VIII Maluku Papua mendukung ketahanan pangan yang dilakukan oleh petani di Kota Jayapura.
ADVERTISEMENT
Caranya dengan memberikan sejumlah bibit tanaman dan peralatan berkebun kepada Kelompok Tani Corona yang berada di Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Unit Manager Communication, Relations & CSR MOR VIII PT Pertamina (Persero), Edi Mangun menyebutkan semangat petani di daerah Angkasa sangat tinggi untuk terus berkebun dan menjaga ketahanan pangan.
“Kami khawatir, jika pertanian menurun di tengah pendemi ini, maka tak ada lagi yang bisa dikonsumsi warga. Untuk itu, Pertamina mendukung petani tetap menanam panganan lokal, umbi-umbian dan sayur mayur,” jelasnya, Jumat petang kemarin (3/7).
Unit Manager Communication, Relations & CSR MOR VIII PT Pertamina (Persero), Edi Mangun saat berbincang dengan petani di Kota Jayapura. (BumiPapua.com/Katharina)
Kata Edi, lahan di Angkasa yang tergolong kering, harus dibantu dengan pupuk dan teknik pengolahan ekstra, karena sebagian lahannya bebatuan.
ADVERTISEMENT
“Tapi yang perlu diberikan dukungan lainnya adalah semangat para petani yang tetap berkobar di tengah pandemi. Ini yang harus didorong bersama. Semoga bantuan ini dapat memberikan ransangan lainnya kepada pemerintah dalam bentuk bantuan lainnya kepada para petani,” jelasnya.
Ketua Kelompok Tani Corona, Erens Jikwa menyebutkan ada 300-an petani dan didalamnya juga tergabung anak muda yang ikut berkebun.
Ernes menyebutkan bantuan yang diberikan dari Pertamina akan digunakan untuk menopang kegiatan yang selama ini telah dilakukan.
Sedangkan untuk kebutuhan pupuk yang digunakan berkebun, petani setempat biasa menggunakan pupuk kandang.
“Kami mengolah lahan ini seluas 20 hektar yang biasa ditanami ubi, keladi, jagung, singkong dan tanaman lainnya,” jelasnya.
Waktu panen yang didapat berjarak 3 bulan sekali. Jika panen tiba, maka hasilnya bisa digunakan untuk kebutuhan sendiri dan juga dijual ke pasar.
ADVERTISEMENT
“Paling sedikit mama jual hasil kebun di pasar, untungnya Rp 20 ribu. Jika lagi untung banyak, bisa mengantongi Rp 50 ribu per hari. Uang-uang yang didapat dikumpulkan untuk sekolah atau untuk memenuhi kebutuhan pokok lainnya,” jelasnya.