Pesan Perdamaian Kesepuhan Banten Kidul di Bumi Cenderawasih

Konten Media Partner
21 Oktober 2022 16:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duta Masyarakat Adat Kesepuhan Banten Kidul. (Foto Media Center KMAN VI)
zoom-in-whitePerbesar
Duta Masyarakat Adat Kesepuhan Banten Kidul. (Foto Media Center KMAN VI)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Noci (50) dan Algar (35) memiliki cara tersendiri untuk melakukan perjalanan spiritual hingga ke Bumi Cenderawasih. Keduanya merupakan Duta Masyarakat Adat Kesepuhan Banten Kidul.
ADVERTISEMENT
Keduanya memilih menempuh perjalanan ke Papua dengan naik kapal laut bertahan selama 7 hari di lautan. Kapal putih, sebutan kapal penumpang bagi masyarakat Papua yang ditumpangi keduanya tiba di Pelabuhan Jayapura pada Kamis (20/10/2022).
Noci dan Algar datang dari Kasepuhan Banten Kidul yang mengirimkan 12 orang utusan. Sedangkan 10 utusan lainnya memilih menempuh perjalanan ke Papua dengan menggunakan pesawat udara. Noci dan Algar merupakan dua dari sekian banyak duta yang akan menghadiri Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI pada 24-30 Oktober 2022.
“Kami menempuh perjalanan spiritual ini untuk mengenali masalah hidup, jati diri yang sejati dan cara untuk berdamai dengan dunia. Kami membawa pesan perdamaian itu dalam kongres masyarakat adat,” ucap Noci saat menginjakkan kaki di Pelabuhan Jayapura.
ADVERTISEMENT

Pesan Perdamaian dari Abah

Noci dan Algar bagian dari Komunitas Masyarakat Adat Sunda yang tinggal di sekitar Gunung Halimun. Dari sekitar Gunung Kidul di Jawa Barat, mereka datang ke Tanah Tabi, Papua dengan membawa pesan atau mantra dari Abah (tetua adat) setempat.
Adapun tiga pesan yang dibawa duta Kasepuhan Banten Kidul untuk kongres ini, yaitu UU Masyarakat Adat, Persaudaraan dan Perdamaian. Ketiga pesan atau wasiat itu dibawa Noci dan Algar melewati daerah berbahaya.
Noci dan Algar bertolak dari Kampung Adat Cisungsang, Banten pada 10 Oktober 2022. Perjalanan diawali dengan menaiki kereta api menuju timur menyusuri Pantai Utara Jawa. Di Surabaya, keduanya melanjutkan perjalanan menggunakan Kapal Sinabung menuju Makassar.
Noci bercerita pengalaman melintasi Laut Masalembo yang dikenal angker, karena pernah menenggelamkan Kapal Tampomas. Kala itu, kapal yang ditumpanginya dihadang hujan dan petir.
ADVERTISEMENT
“Di Masalembo ombaknya sangat besar. Walau begitu, perjalanan spiritual ini yang sangat menyenangkan ini, akhirnya kami bisa tiba di Jayapura,” ucap Noci sembari tersenyum bangga.
Selain membawa Duta Kasepuhan Banten Kidul, Kapal Sinabung ternyata membawa ratusan peserta KMAN VI lainnya. Mereka berawal dari masyarakat adat Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Byak Papua.
Namun dari ratusan peserta, Noci dan Algar adalah duta yang turun pertama ke Pelabuhan Jayapura. Sambutan hangat telah disiap Koordinator Penjemputan Panitia KMAN VI, John Wicklif Tegai.
Tak hanya mengalungi noken yang terbuat dari kulit kayu di leher, Panitia KMAN VI juga juga memasangkan mahkota berbulu kasuari di kepala Noci dan Algar, sebagai tanda penghormatan dari Tanah Tabi.
ADVERTISEMENT
“Mereka adalah utusan masyarakat adat yang akan menghadiri Kongres Masyarakat Adat Nusantara VI di Wilayah Adat Tabi, Jayapura, Papua. Inilah perhelatan besar lima tahunan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara,” kata Wicklif Tegai.
Perjalanan spiritual Noci dan Algar tentu akan menjadi cerita yang akan dikenang anak cucu Kasepuhan Banten Kidul. Saat ini Noci, Algar bersama ratusan peserta KMAN telah menuju Sentani di Kabupaten Jayapura untuk registrasi peserta.