Guru yang Disandera di Mapenduma Trauma Berat hingga Tak Bisa Bicara

Konten Media Partner
23 Oktober 2018 20:05 WIB
Guru yang Disandera di Mapenduma Trauma Berat hingga Tak Bisa Bicara
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Kapolda Papua, Irjen Pol Martuani Sormin, saat berada di RS Bhayangkara, Jayapura. (Dok: Polda Papua)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Penyanderaan dan kekerasan seksual yang menimpa guru di Distrik Mapenduma, Kabupaten Nduga, menyisakan duka. Salah satu korban pemerkosaan mengalami trauma berat.
“Korban sampai sekarang tak mau bertemu dan berbicara dengan siapapun. Korban masih menutup diri dan trauma berat,” kata Kapolda Papua, Irjen Pol Martuani Sormin, kepada wartawan usai mengunjungi salah satu korban kekerasan seksual di Mapenduma yang masih dirawat di RS Bhayangkara, Selasa (23/10).
Untuk membantu pemulihan trauma yang dialami korban, Kapolda Papua akan mengirim tim dokter ke Wamena dan mendatangi korban secara pro-aktif.
Ia juga menyebutkan bahwa kedatangannya ke RS Bhayangkara untuk menjenguk salah satu korban kekerasan seksual. “Saya bersama istri menjenguk korban untuk memberikan penguatan dan support. Kita sangat paham jika korban masih dalam kondisi trauma atas kejadian ini,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, ia meminta kepada semua pihak agar tidak menghalangi aparat kepolisian dalam melakukan tindakan hukum di Mapenduma. Apalagi aksi yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) kepada tenaga pengajar, ikut mencoreng masa depan anak Papua dalam memperoleh pendidikan.
“Perbuatan KKB ini harus dikutuk dan tak memiliki rasa kemanusiaan. Guru diperlakukan tidak senonoh dan biadab. Ibu ini sudah mengabdi 8 tahun di Mapenduma dan terjadi hal seperti ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Polda Papua merilis 15 orang guru dan tenaga medis yang disandera di Mapenduma sejak 3-17 Oktober 2018. Dalam aksinya, KKB pimpinan Egianus Kogeya memperkosa tiga orang guru.
(Lazore)