Rusuh Dogiyai, Warga Pendatang Mengungsi ke Nabire

Konten Media Partner
17 Juli 2021 11:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sisa pembakaran rumah di Dogiyai. (Dok Humas Polda Papua)
zoom-in-whitePerbesar
Sisa pembakaran rumah di Dogiyai. (Dok Humas Polda Papua)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Kabupaten Dogiyai, Papua masih mencekam, usai rusuh yang terjadi Kamis malam (15/7) hingga Jumat pagi (16/7) di Moenamani, ibu kota Kabupaten Dogiyai.
ADVERTISEMENT
Hingga kini, aparat TNI Polri masih berjaga di Moenamani. Sebagian warga pendatang memilih mencari lokasi yang lebih aman ke Nabire, dengan jarak tempuh 8-10 jam perjalanan dengan transportasi darat.
Amir, salah satu warga Dogiyai yang saat ini ikut mengungsi ke Nabire menjelaskan sebagian besar warga pendatang di Moenamani sebagian besar sudah berada di Nabire, untuk mencari tempat yang lebih aman.
"Kami menumpang di sejumlah rumah keluarga dan kenalan dekat, mencari tempat yang lebih aman untuk sementara waktu. Rata-rata warga pendatang di Moenamani adalah pedagang, sopir dan ada beberapa yang PNS," jelas Amir yang memiliki toko kelontong di Moenamani.
Kebakaran di sejumlah titik di Dogiyai. (Dok Humas Polda Papua)
Amir menyebutkan salah satu warga pendatang kena panah di pinggangnya. Beruntung, panah berhasil dicabut di RSUD Nabire dan saat ini dalam perawatan. "Kondisi teman saya ini membaik dan sadar. Semoga kondisi di Moenamani cepat tertangani," jelas Amir, Sabtu (17/7).
ADVERTISEMENT

Kronologi Rusuh Dogiyai

Polda Papua merilis kronologi rusuh di Dogiya berawal dari sekelompok orang pesta miras di runway Bandara Moenamani, pada Kamis (15/7) sore hari.
Lalu, 5 personel Satgas Paskhas yang dipimpin Serka Wartono menegur kelompok warga itu dan minta keluar dari runway bandara, melalui jalan setapak.
Sesaat kemudian, saat personel keluar dari runway bandara, tiba-tiba didatangi 20-an orang membawa panah, parang dan batu dan melakukan pengeroyokan kepada 5 Satgas Paskhas. Dalam kejadian ini, 2 personel Paskhas mengalami luka dan dibawa ke rumah sakit setempat.
Jenazah Hendrik Simatupang yang tewas terbakar di dalam kiosnya. (Dok Humas Polda Papua)
Kedua personel Paskhas yang mengalami luka Didik Prayudi, terkena pukulan menggunakan batu di bagian kepala atas leher, serta Atok Tri Utomo mengalami luka kena parang.
ADVERTISEMENT
Lalu, pada pukul 19.35 WIT, Kamis (15/7), di lokasi berbeda, massa mulai berkumpul di Kampung Ekimanida, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai dan membakar bengkel dan warung bakso milik Iwan.
Pukul 21.09 WIT masyarakat pendatang mulai mengungsi ke pos-pos aparat keamanan di Kabupaten Dogiyai
Pukul 22.13 WIT, massa mulai membakar bangunan dan rumah-rumah milik pendatang di Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai.
Selanjutnya pada hari Jumat (16/7), pukul 04.45 WIT, massa masih melakukan pembakaran di Kampung Ikabo, serta melakukan penjarahan terhadap isi toko dan bangunan.
Pukul 05.43 WIT, masyarakat mulai memadamkan api yang ada di Kampung Ikebo dengan menggunakan peralatan seadanya karena terlihat adanya korban dari kejadian tersebut.
Sisa pembakaran rumah di Dogiyai. (Dok Humas Polda Papua)
Pukul 06.41 WIT, sebanyak 9 personel Polsek Kamuu dipimpin Kapolsek oleh Iptu Mikael Ayomi tiba di Kampung Ikebo, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai guna melaksanakan evakuasi jenazah, atas nama Hendrik Simatupang yang tewas terbakar di dalam kiosnya.
ADVERTISEMENT
"Sedangkan satu orang warga kena panah bernama Ester Paruka, kena luka panah pada bagian bawah ketiak sebelah kiri," jelasnya, Sabtu (17/7).
Polda Papua mendata saat ini, kerugian materil sebanyak 13 rumah warga, serta 19 kios beserta isinya. Polres Nabire membantu penyelidikan kejadian di Dogiyai," kata Kamal.
Kabupaten Dogiyai berada di wilayah adat Meepago. Dari Nabire, Kabupaten Dogiyai dapat ditempuh dengan kendaraan motor ataupun mobil, sebab sudah terhubung dengan Jalan Trans Papua Nabire-Paniai. Hanya saja, komunikasi di Kabupaten Dogiyai masih sulit dilakukan, karena minim sinyal telepon.