Tokoh Agama hingga Akademisi Papua Kutuk Pembantaian 31 Orang di Nduga

Konten Media Partner
4 Desember 2018 10:24 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penembakan. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penembakan. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Jayapura, BUMIPAPUA.COM – Salah satu tokoh agama di Papua, Pastor Jhon Djonga, mengungkapkan kekesalannya atas peristiwa dugaan pembantaian puluhan pekerja infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Nduga oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB), Sabtu (1/12) dan Minggu (2/12).
ADVERTISEMENT
“Ini satu tindakan yang sungguh-sungguh biadab sampai melakukan tindakan sekeji itu. Sebab jika dilihat di foto, para korban seperti dicincang. Ini betul-betul sesuatu tindakan di luar perikemanusiaan,” ungkap Pater Jhon--sapaannya--saat dihubungi lewat sambungan telepon.
Menurutnya, melihat budaya masyarakat dalam membunuh babi masih lebih sopan dibandingkan pembantaian yang terjadi di Nduga. “Kalau bunuh babi masih sangat sopan dibanding dengan pembunuhan yang mereka (KKB) lakukan,” jelas pastor peraih penghargaan Yap Thaim Hien Award 2009 ini.
Pater Jhon mengaku tidak punya akses ke Nduga dan juga ke kelompok yang melakukan pembantaian itu untuk mengetahui secara pasti kejadian dan kronologisnya. "Dari kemarin, saya mencoba untuk minta ke salah satu kenalan di Kenyem, tetapi belum ada informasi balik,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ungkapan kekesalan dan kecaman juga datang dari Direktur Perhimpunan Advokasi Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) Papua, Mathius Murib, yang tidak bisa menerima kejadian pembantaian terjadi di Papua.
“Saya mengutuk pelaku kekejaman itu. Itu perbuatan dan tindakan yang bertentangan dengan prinsip dan nilai yang organisasi kami perjuangakan, kekerasan dan kekejaman apapun alasannya tidak dibenarkan terjadi di tanah Papua,” ungkapnya.
Mathius juga minta aparat penegak hukum untuk secara profesional menindak dan menghukum pelaku sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. “Tak main kejar dan tembak, tetapi ikut prosedur hukum yang berlaku,” ungkap Mathius Murib.
Pengajar Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Pemerintahan Universitas Cenderawasih, Marinus Yaung, juga mengutuk keras kasus dugaan pembantaian terhadap 31 pekerja infrastruktur di Nduga.
ADVERTISEMENT
Marinus juga menyesalkan tak adanya antisipasi dari pihak keamanan, baik TNI maupun Polri, mengingat Nduga adalah daerah tidak aman. “Kabupaten Nduga dan sekitarnya itu daerah yang tak aman. Ada risiko taruhan nyawa di sana ketika pembangunan infrastruktur yang masih dilakukan di sana,” ungkapnya. (Fitus)