Viral 61 Orang dari Kaonda Yapen di Tengah Hutan, Ini Kata Kapolres

Konten Media Partner
8 Desember 2022 20:44 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP Herzoni Saragih.
zoom-in-whitePerbesar
Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP Herzoni Saragih.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jayapura, BUMIPAPUA.COM- Video dan foto viral tersebar melalui whatsapp grup yang memperlihatkan sekelompok warga Kaonda Distrik Windesi di Kabupaten Yapen mengungsi di tengah hutan. Pengungsian diduga akibat aksi penyisiran aparat gabungan TNI Polri pada 1 Desember 2022. Dalam postingan itu terdata 61 orang yang terdiri dari anak dan orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP Herzoni Saragih menjelaskan informasi pengungsian itu juga diterimanya. Ia merasa aneh, sebab di bawah laporan tersebut tertera tulisan dengan #IndonesiaPenjajah, #StopOperasiMiliter dan #FreeWestPapua.
"Kalau dilihat dari laporan itu bisa disimpulkan kelompok ini adalah orang-orang yang memiliki ideologi berbeda, warga yang berafiliasi. Namun mereka adalah warga negara Indonesia yang harus diberikan pemahaman tentang bernegara yang baik," kata Kapolres Kepulauan Yapen AKBP Herzoni Saragih, Kamis (8/12/2022).
Dirinya membantah adanya penyisiran aparat gabungan di Kampung Kaonda Distrik Windesi. Menurutnya keberadaan aparat gabungan beberapa waktu lalu di kampung tersebut untuk melakukan patroli rutin, guna menjaga kamtibmas dan memberikan rasa aman serta nyaman kepada masyarakat.
"Kami hadir untuk memberikan rasa aman. Itu bukan penyisiran atau operasi militer. Bahkan kehadiran kami di sana disambut masyarakat dengan hangat," katanya, Kamis (8/12/2022).
ADVERTISEMENT
Dia akan mengecek kebenaran video yang beredar tersebut, sebab kejadian serupa pernah terjadi di Sasawa beberapa tahun lalu.
"Ini konsepnya seperti di Sasawa, di mana kehadiran TNI-Polri dipelintir oleh oknum-oknum yang berbeda ideologi. Kemudian memanfaatkan masyarakat untuk pergi mengungsi dan membuat isu adanya operasi militer atau penyisiran aparat gabungan," jelasnya.
Dia menjelaskan informasi sesat juga terjadi beberapa hari lalu yang disebarkan melalui media sosial Facebook yang menyebutkan aparat gabungan melakukan kekerasan warga di kampung itu. Nyatanya, informasi tersebut hoaks.
"Kegiatan-kegiatan seperti ini sengaja disebar sebagai bentuk provokatif yang bisa mengganggu keamanan," katanya.