Putus Cinta? Lakukan Hal Ini Agar Dirimu Kuat Untuk Bangkit Kembali

Lia Lathifa
Ibu dengan 3 anak, bekerja di rumah sebagai influencer, blogger, content writer. Pernah mendalami ilmu gizi di salah satu akademi kesehatan. Penyuka rujak, bersepeda, dan naik kereta.
Konten dari Pengguna
1 Mei 2019 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lia Lathifa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Siapa pun pasti pernah mengalami rasanya putus cinta. Tapi haruskah meratapi kesedihan berkepanjangan? Bisakah kita melupakan cinta? Bagaimana mengatasinya? Menangislah, maka kamu akan kuat untuk bangkit kembali.

Putus Cinta? Lakukan Hal Ini Agar Dirimu Kuat Untuk Bangkit Kembali
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
"Saya pamit, tidak bisa meneruskan hubungan ini. Saya tidak menyukai dirimu lagi, karena tubuhmu sakit. Saya tidak bisa menerima dan menikah dengan perempuan penyakitan", begitu katanya.
ADVERTISEMENT
Saya hanya diam terpaku, mulut terkunci tak bisa menjawab.. Pasrah, jika memang itu pilihannya silahkan saja, saya tak bisa memaksa. Pikiran ini sudah terbungkus rasa sedih dan kecewa. Tak lagi peduli ketika lelaki bertubuh tegap itu pergi berlalu, meninggalkan diriku sendirian.
Sejak itulah aku menyenangi hujan. Bukan saja karena akan membuat syahdu dan sejuk, akan tetapi hujan bisa menjadi tempat menyembunyikan kesedihan. Dibawah rintikan hujan, aku bisa menangis sepuasnya, menghilangkan rasa kecewa dan sesak di dada. Apalagi kata bapak, dengan menangis akan membuat diri ini menjadi kuat.
Aku juga teringat pada sebuah nasihat yang pernah kubaca: "Engkau tidak akan sekuat laki-laki, tapi percayalah, engkau lebih tabah dari mereka. Dan ketabahan itulah yang akan menjadikan perempuan mampu mengalahkan kekuatan laki-laki".
Ya, akhirnya aku mencoba tabah, menerima nasib ditinggalkan lelaki yang katanya siap menikah denganku tanpa pacaran, namun kenyataannya dia berubah pikiran begitu mengetahui jika aku pernah memiliki riwayat tumor di payudara.
ADVERTISEMENT
Dan benar saja, dengan sering menangis di bawah rintikan air hujan, akhirnya aku menemukan kekuatan dari dalam jiwa. Patah hati dan putus cinta tidak membuat pikiranku buntu, namun sebaliknya, aku malah menyibukkan diri untuk belajar dan belajar, memperbaiki diri dan emosi.
Sampai akhirnya jodoh terbaik mendatangiku, seperti tiba-tiba. Tuhan telah menentukan waktunya yang tepat untukku. Di saat aku tak lagi memikirkan cinta, ternyata dia hadir dari arah yang tidak pernah terduga.
Lelaki berwajah teduh itu berani meminta kepada bapak dan melamarku saat itu juga. Seorang lelaki yang berani menerima diriku apa adanya itu adalah temanku sendiri, lelaki yang dua tahun berlalu tak saling sapa.
Hingga saat ini, dia selalu mendukung apa pun yang ingin kulakukan. Selama itu baik, dia tak pernah melarang langkahku meraih asa. Bahkan dia rela menggantikan posisiku menjaga anak-anak untuk sementara waktu, selama aku pergi belajar menuntut ilmu.
ADVERTISEMENT
Seperti kemarin, ketika badan ini mulai tak enak karena demam, aku tetap pergi belajar menuntut ilmu. Aku harus kuat. Sayang jika dilewatkan. Mungkin sudah menjadi kebiasaan, karena dulu pernah terluka kini menjadi daya.
Adalah Shasya Pashatama seorang perempuan yang ramah penuh tawa, hadir sebagai narasumber. Aku menantikan kisah pengalamannya membuat tulisan yang baik, agar menjadi pesan yang informatif, inovatif, dan menarik melalui sebuah foto di Instagram.
Shasya Pashatamamenjelaskan membuat caption yang menarik (dok.Pribadi)
Shasya juga sedikit bercerita seputar kegiatannya. Bagaimana dia menjalankan perannya sekaligus, sebagai ibu, travelers, dan pebisnis kuliner di Bandung. Meskipun tetap merasa lelah, namun dia mampu menjalaninya dengan asyik dan menyenangkan. Sungguh menjadi perempuan inspiratif yang patut dicontoh sebagai perempuan yang produktif.
Gaya hidupnya itu cukup menginspirasiku. Sebagai content writer dan blogger, aku selalu merasa dituntut agar bisa menyajikan sebuah tulisan yang menarik pembaca. Di tengah kerepotan mengurus anak dan keluarga, kadang-kadang ide itu mampet. Dan menurutku Shasya bisa memberikan jawabannya untuk aku dan peserta perempuan lainnya yang hadir di kantor sebuah media online saat itu.
ADVERTISEMENT
Dari kegiatan menulis, aku bisa meredakan kesedihan, mengungkapkan pikiran dan hati, dan tak disangka justru malah mendatangkan pundi-pundi yang bisa membantu menutupi kekurangan bulanan kami.
Melalui menulis, aku mulai melupakan hujan, aku telah menemukan jati diri, mampu bangkit dan membuktikan bahwa aku bukanlah perempuan penyakitan yang lemah.
Ya, beginilah sepenggal kisahku, kawan. Ingin kubagikan kepada kalian yang sedang merasa lemah dan putus cinta. Kita tidak sendirian, asalkan berani dan kuat untuk bangkit maka pintu kebahagiaan itu terbuka lebar di depan mata.
Kita bisa menjadi Kartini masa depan, menjadi perempuan tangguh yang bisa mengubah dunia tanpa harus meninggalkan keluarga. Ayo kawan, kekuatan itu ada di tanganmu sendiri. Menangis lalu bangkitlah, ceritakanlah dirimu pada dunia dan raihlah segala asamu tanpa putus asa. Jadilah #KartiniTemanKumparan. (BSL)
ADVERTISEMENT