Relawan Kemanusiaan adalah Penyelamat Ekonomi Lokal

Butet RSM
Ibu dari tiga anak, tinggal di Bantul.
Konten dari Pengguna
10 Mei 2021 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Butet RSM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sembari mencuci piring dan masak di dapur, ibu saya sering bercerita tentang kesehariannya di toko sembakonya. Beliau sudah berusia 65 tahun, namun belum mau "pensiun". Ibu saya masih rutin ke toko untuk berjumpa dengan para pembeli dan sales setiap hari.
ADVERTISEMENT
Perilaku ibu saya, serupa dengan para pedagang seangkatan ibu saya lainnya yang menolak "pensiun" meski sudah lansia. Dengan terus berjualan, ibu saya selalu punya bahan cerita tentang kehidupan yang menarik juga unik. Yang jelas, cerita-cerita tentang orang lain ini seperti kisah-kisah motivasi namun terasa lebih dekat dan tentunya sangat nyata karena saya mendengar langsung dari tuturan Ibu, khususnya kali ini, tentang para relawan.
Belakangan, ibu sering bercerita tentang para mahasiswi dari kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Institut Seni Indonesia (ISI) yang selama pandemi rajin berbelanja di toko kami. Mereka selalu membeli minyak goreng. Entah yang sedang mereka kerjakan adalah bagian dari kegiatan donasi atau untuk usaha kecil-kecilan sebagai upaya kreatif untuk mengisi lowongnya waktu perkuliahan mereka, namun yang pasti, kerutinan mereka berbelanja menjadi salah satu penolong perputaran uang di toko kami selama masa pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Toko milik ibu saya pernah menjadi bahan unggahan status Facebook salah satu cendekia muda di Bantul. Sejak unggahan itu dibuat, toko yang nyawanya sedang sekarat akibat pandemi ini jadi mulai dikenal oleh para konsumen baru. Biasanya, pembeli kami hanya penduduk sekitar Kabupaten Bantul, terutama mereka yang akan mengadakan pesta syukur, para pemilik warung makan menengah ke bawah, dan para pemilik warung bakmi godog Jawa. Namun, pandemi berimbas pada nyaris tak adanya pesta dan hantaran, pulangnya para mahasiswa serta berkurangnya para wisatawan yang kesemuanya itu berdampak langsung pada menurunnya omzet penjualan toko ibu saya.
Harapan akan naiknya omzet pada penjualan barang kebutuhan pokok, biasanya muncul di bulan ramadhan. Masyarakat begitu giat melakukan kegiatan sosial sebagai bagian dari ibadah di bulan ramadhan.
ADVERTISEMENT
Dan hal tersebut menjadi berkah yang selalu dinantikan oleh para pemilik toko barang kebutuhan pokok seperti Ibu saya. Sayangnya, tahun 2020 lalu, omzet di bulan ramadhan justru hancur. Bagaimana tidak hancur, waktu itu, semua kegiatan yang biasanya diadakan secara luring harus diubah menjadi kegiatan daring sebagai upaya bersama untuk memutus rantai virus COVID-19.
Untung saja, segala perubahan itu tidak sampai membuat toko milik ibu saya tumbang. Sebenarnya, ada peran besar dari para pembeli baru yang sejak pandemi justru rajin menyambangi toko-toko barang kebutuhan pokok. Mereka adalah para relawan kegiatan sosial. Saya yakin, tak hanya toko barang kebutuhan pokok milik ibu saya saja yang turut merasakan adanya fenomena wajah baru sebagai pelanggan mereka. Kita dapat melihat ke sekitar, di saat kesusahan global melanda, justru lahir para relawan kemanusiaan yang terus menerus menawarkan diri sebagai penyambung rantai antara donatur dengan pihak yang mengalami kesusahan.
ADVERTISEMENT
Di Jogja, ada sosok bernama Inem Jogja yang muncul secara ikonik dan bergerak sangat aktif dengan menggunakan kostum sebagai atribut khasnya dan mengunggah kegiatan sosialnya ke sosial media hingga dikenal luas. Salah satu sorotan dari media yang saya ingat adalah saat Inem Jogja diundang menjadi bintang tamu talkshow di salah satu stasiun televisi nasional. Inem Jogja dan tim adalah salah satu contoh kelompok relawan kegiatan sosial yang sudah sangat dikenal setidaknya di Yogyakarta.
Selain Inem Jogja, saya mengenal juga Namari yang dimotori oleh Ibu Sri dan Ibu Umi. Namari awalnya hanya bergerak dengan bentuk kegiatan membagikan makanan secara legal untuk para penunggu pasien di RS Sardjito, Yogyakarta. Kini, Namari sudah berkembang dengan adanya Namari Berkah dan Namari Ramadan. Ada keserupaan konsep dari Inem Jogja, Namari dan komunitas-komunitas relawan sosial lainnya dalam menjalankan kegiatan sosialnya. Para relawan ini sama-sama diberi kepercayaan oleh para donatur untuk menyalurkan dana donasi kepada orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Menjamurnya para relawan kemanusiaan ini jelas membawa dampak yang baik untuk para masyarakat yang membutuhkan. Tak hanya itu, para relawan ini pun berperan besar bagi kami para pemilik usaha barang kebutuhan pokok. Di saat harapan kami bertumpu pada masyarakat yang daya belinya turun drastis entah karena kesulitan finansial atau karena berpindah memilih belanja dari toko konvensional ke toko retail daring yang memiliki layanan pesan antar mulai pupus, para relawan kemanusiaan ini hadir dan berbelanja langsung ke toko-toko penjual barang kebutuhan pokok konvensional serta ke pasar-pasar tradisional.
Di kala para pedagang pasar tradisional menanti-nanti realisasi digitalisasi pasar rakyat dari pemerintah yang akhirnya berjalan sangat lambat, para relawan ini bergerak dengan langkah yang konkret bagi para pedagang konvensional. Bagi mereka yang terbiasa berjualan dengan cara "ada uang, ada barang", langkah para relawan kemanusiaan ini sungguh sangat membantu secara nyata. Keberadaan para relawan yang biasanya berasal dari komunitas-komunitas kecil ini jelas membawa dampak yang baik.
ADVERTISEMENT
Pada bulan ramadhan tahun 2021 ini, relawan-relawan kegiatan sosial bertumbuh semakin banyak dari berbagai komunitas. Geliat pertumbuhan ini nampaknya meningkat seiring dengan dimulainya era baru sejak dimulainya vaksinasi nasional. Harapan akan adanya kenaikan omzet yang signifikan dalam bulan ramadhan pun kembali tumbuh dalam hati para pedagang pasar dan pemilik toko barang kebutuhan pokok. Omzet yang kini perlahan merangkak naik dapat menjadi penanda bahwa entitas rantai pemasok barang kebutuhan pokok sebelum kelas retail pun masih bisa bertahan.
Rupanya para relawan kemanusiaan ini sudah menjadi penolong tak hanya bagi orang yang membutuhkan, tetapi juga untuk para pelaku usaha barang kebutuhan pokok dan pedagang di pasar tradisional. Tak berlebihan rasanya ucapan Ibu saya yang sempat menyebutkan bahwa para relawan kemanusiaan itu bagaikan pahlawan bagi toko-toko barang kebutuhan pokok dan pedagang di pasar-pasar tradisional. Bagaimana dengan kota Anda, apakah sama dengan kota saya yang memiliki banyak relawan kemanusiaan?
Foto kegiatan Namari. Foto milik Umi Fathonah.