Anak muda peduli dan ngurusin sampah? Kenapa enggak?

Konten dari Pengguna
23 Desember 2020 0:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Canisius Andrew Irvine Julienne tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak muda peduli dan ngurusin sampah? Kenapa enggak?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia sekarang ini sedang menghadapi sebuah permasalahan yang sama-sama bikin pusing kepala bersama-sama. Gak di kota, gak di desa, semuanya bakal ngomongin tentang sampah yang bersumber dari aktivitas manusia sendiri.
ADVERTISEMENT
Jelas, dengan pertumbuhan penduduk dunia yang terus bertambah, otomatis manusia-manusia seperti kita ini pun pasti akan menghasilkan sampah. Entah mau sampah kemasan pasca konsumsi bahkan sampai sampah makanan yang katanya jadi dominan di beberapa daerah.
Well, urusan sampah ini pun jadinya mau gak mau perlu jadi perhatian kita bersama. Secara, dulu kayaknya kita jarang banget lihat ada tumpukan sampah di beberapa titik yang sekarang malah menggunung. Gak jarang juga sebuah lahan kosong jadi tempat sampah dadakan yang bikin polusi udara juga polusi pemandangan.
Apakah sampah hanya sebatas sampah saja? Tentu saja tidak dong. Tahu gak? Ada peluang menyulap sampah menjadi pundi-pundi uang? Siapa yang gak mau?
Nah, pikiran saya terbuka lebih luas, setelah tahu kalau brand sebesar Coca-Cola melalui Coca-Cola Indonesia Foundation punya inisiatif yang sama besarnya untuk menemukan
ADVERTISEMENT
Melalui sebuah program bernama Plastic Reborn, Coca-Cola Indonesia berupaya melakukan pengelolaan sampah untuk mengurangi dampak limbah kemasan pasca konsumsi terhadap lingkungan.
Program Coca-Cola Indonesia Foundation yang saya ikuti beberapa waktu lalu adalah Plastic Reborn 2.0, setelah berhasil dengan Plastic Reborn 1.0, program ini bertujuan untuk melakukan kolaborasi dengan berbagai anak-anak muda penggiat sampah yang berasal dari timur Indonesia.
Menurut Bapak Triyono Prijosoesilo, Wakil Ketua Pelaksana Coca-Cola Foundation Indonesia yang juga menjabat sebagai Public Affairs & Communications Director Coca-Cola Indonesia. Indonesia adalah kontributor sampah laut kedua terbesar di dunia.
Untuk itu, di tahun 2030 nanti, Coca-Cola Indonesia ingin bisa mengumpulkan dan daur ulang 100 persen sampah plastic kemasan pasca konsumsi yang diproduksi melalui visi global World Without Waste, terkait pengelolaan sampah pasca konsumsi. Juga memastikan pemakaian bahan daur ulang dalam bahan baku botol sebanyak 50% bahan baku daur ulang untuk tahun 2030.
Dalam mewujudkan misi “World Without Waste”, Coca-Cola menerapkan 3 pilar utama di Indonesia yaitu Design-Collect-Partner.
ADVERTISEMENT
Pada pillar Design, Coca-Cola telah melakukan definisi ulang terkait kemasan menggunakan bahan baku daur ulang sekaligus mengurangi 10 ribu ton pemakaian bahan baku plastic virgin dalam delapan tahun terakhir.
Dari segi Collect. Mendorong upaya sampah kemasan pasca konsumsi. Sementara pada pilar Partner, Coca-Cola bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dan juga anak-anak muda di Indonesia yang sekarang ini punya potensi dan kepedulian sosial yang tinggi, juga membantu memfasilitasi serta bekerja sama dengan startup yang sudah diseleksi.
Ada satu kutipan dari narasumber lainnya: Bapak Yusuf Arifin, Chief of Storyteller kumparan yang begitu mengena di hati saya.
“Manusia pada dasarnya adalah penghasil limbah. Dari mulai hidup sampai nanti matinya pun, manusia akan menjadi limbah. Di sinilah kita harus tahu bagaimana kita bisa mengelolanya.”
ADVERTISEMENT
Ngomongin masalah sampah atau limbah yang bisa jadi pundi-pundi uang, saya ke-trigger dengan 3 start up yang dipilih oleh Coca-Cola Foundation Indonesia dalam kolaborasi di program Plastic Reborn 2.0 ini.
Jujur mungkin saya kurang update, saya baru tahu ada MallSampah, Clean Up, dan Gringgo. Ketiganya sama-sama berfokus pada urusan teknologi yang mengarah bagaimana untuk menjaga lingkungan, salah satunya dalam pengelolaan persampahan di Indonesia.
Melihat mereka memaparkan programnya masing-masing saya sangat kagum dengan semangat mereka untuk menjadikan Indonesia bisa lebih baik lagi. Lantas, saya mengajukan pertanyaan kepada mereka semua:
“Ada kesulitan apakah dalam menjalankan bi
Menurut Adi Saifullah – MallSampah, komoditas ini bukan cuma tentang sampahnya saja tapi tentang , tentang berkelanjutan, bagaimana orang memproduksi dan mengkonsumsi yang akan mempengaruhi tindakan produsen dan konsumen. Value dari sampah bukan hanya menjadi fokus utama saja, tapi bagaimana untuk generated revenue dari sebuah sampah.
ADVERTISEMENT
Betul adanya, selama ini kita hanya melihat sampah ya hanya sebuah onggokan limbah tiada arti bahkan cenderung menjadi masalah yang cukup besar di lingkungan kita. Tapi dengan adanya Gerakan dan Program seperti Plastic Reborn 2.0 ini, saya yakin pelan-pelan Indonesia akan mulai bisa menyelesaikan permasalahan sampah. Amin!