Memahami Digital Parenting Di Masa Pandemi

Shafira Adlina
Seorang Ibu dengan dua anak yang juga berprofesi blogger di www.ceritamamah.com dan Asesor bersertifikasi BNSP sebagai pendamping UMKM dan pelaksana Ekspor.
Konten dari Pengguna
11 April 2022 7:11 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shafira Adlina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Digital Parenting (Olahan pribadi canva.com)
zoom-in-whitePerbesar
Digital Parenting (Olahan pribadi canva.com)
ADVERTISEMENT
Pandemi yang diakibatkan virus Covid-19 sejak tahun 2020, mengakibatkan sekolah harus ditutup dan membuat para siswa harus belajar secara daring. Dengan begini, untuk anak-anak akan semakin mudah dalam mengakses internet dan memang berdampingan langsung dengan teknologi informasi untuk kebutuhan belajar. Hal ini tentu saja merubah cara belajar baru di era pandemi, orang tua juga harus mengenal apa itu digital parenting.
ADVERTISEMENT
Digital parenting adalah pola asuh orang tua kepada anak yang melibatkan anak sepenuhnya di dunia digital dengan berbagai resiko dan keuntungan yang ditimbulkan. Dengan pola asuh digital ini, orang tua bisa mengajarkan anak untuk bertanggung jawab kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Tujuan Melakukan Digital Parenting

Saat belajar online tentu membutuhkan internet yang stabil sebagai pendukung utama. Seperti kami di rumah menggunakan layanan IndiHome. Belajar dengan pola asuh digital parenting tentu saja memiliki beberapa tujuan. Tujuannya sendiri berkaitan antara orang tua dan anak sebagai berikut.
● Orang tua bisa menjadi contoh tentang penggunaan teknologi terutama untuk dampak positifnya. Sehingga anak bisa meniru dan menjadikan orang tua sebagai role model-nya dalam berinternet secara bijak.
ADVERTISEMENT
● Orang tua dapat mengawasi langsung anak dalam penggunaan gadget. Hingga orang tua juga bisa mengontrol penggunaan gadget tersebut lebih tepat.

Tantangan Yang Dihadapi Orang Tua Saat Menerapkan Digital Parenting

Setelah mengetahui apa tujuan dari melakukan digital parenting, orang tua tentu harus menghadapi berbagai tantangan yang ada. Tantangan tersebut muncul saat akan menerapkan pola asuh digital ke anak.

#1. Kurang Melek Teknologi

Seperti diketahui tantangan utama dalam melakukan digital parenting adalah orang tua yang kurang melek teknologi, meski fungsi internet menyatukan Indonesia. Terutama untuk para orang tua yang sudah masuk usia lansia. Apalagi untuk teknologi terkini yang semakin berkembang, para orangtua kurang memiliki pengetahuan pada bidang ini.
Akibatnya pola asuh digital kurang bisa diaplikasikan untuk anak. Bahkan anak-anak lebih mudah menyerap penggunaan teknologi secara penuh dibanding orang tuanya. Ini tentu akan membuat terjadi kesenjangan saat penggunaan teknologi digital antara orang tua dan anak. Di mana bahkan anak yang akan mengajarkan teknologi terkini untuk anak. Jadi penerapan digital parenting kurang bisa diaplikasikan terutama untuk masyarakat pinggiran kota hingga pedesaan.
ADVERTISEMENT

#2. Mudahnya Akses Internet

Jika ingin menerapkan parenting di era digital tentu saja mau tidak mau orang tua harus memiliki sikap. Salah satunya dengan mendampingi anak berinternet. Cara ini dapat membantu mengontrol anak, agar tidak berlebihan dalam penggunaan internet. Kepedulian adalah kunci utama dari orang tua saat anak mengakses internet.
Apalagi penggunaan internet untuk smartphone yang sangat mudah diakses oleh siapa saja. Bahkan balita kini juga sudah bisa menggunakan internet, jadi kepedulian adalah yang harus disadari dan dimiliki oleh orang tua.

#3. Koneksi Internet Tanpa Aturan

Maka dari itu orang tua memiliki peraturan yang tegas terhadap penggunaan internet bagi anaknya, terlebih 100% anak berada di rumah. Pengawasan saja tidak cukup harus disertai dengan aturan-aturan yang berlaku. Misalnya Anda harus memiliki peraturan bahwa harus didahulukan belajar terlebih dahulu. Kemudian setelah itu anak diperbolehkan bermain game.
ADVERTISEMENT
Permainan game juga harus diawasi kapan saja dan berapa jam waktu online. Aturan seperti ini harus diberlakukan oleh orang tua setiap hari, mungkin pasti ada kelonggaran di hari-hari libur untuk anak. Selain itu, orang tua juga harus memiliki sikap, terhadap situs apa saja yang boleh diakses oleh anak. Terutama anak-anak di usia sekolah dasar, dimana usia seperti ini biasanya keingintahuan anak semakin tinggi terhadap apa saja yang ada di dunia maya.

#4. Kemudahan Pembuatan Konten Di Internet

Saat ini siapa saja bisa membuat konten di internet tanpa terbatas waktu bahkan bisa memanfaatkan hanya produk gadget saja untuk konten-konten tersebut. Orang tua harus menyikapi hal ini dengan sangat bijak, sampai konten yang dibuat anak malah menjurus ke arah yang negatif. Jika orang tua melek teknologi, maka bisa mengarahkan anak untuk berpikir lebih kreatif dalam membuat postingan yang ada di dunia maya.
ADVERTISEMENT
Ajari anak untuk tetap menerapkan sopan santun saat membuat postingan dan juga berkomentar di sosial media. Jangan sampai anak menjadi salah satu orang yang melakukan bullying di internet. Atau simpelnya jangan sampai membuat orang lain tersinggung atas ketikan anak saat berkomentar. Dengan begini, internet menyatukan Indonesia dengan cara-cara yang positif dan tetap terkontrol.

Cara Membatasi Penggunaan Internet Pada Anak

Dalam digital parenting, orang tua harus benar-benar tahu cara membatasi penggunaan internet dikalangan anak di umur sekolah dasar hingga remaja. Apa saja yang bisa dilakukan orang tua untuk membatasi dan mengontrol penggunaan internet?

#1. Mengalihkan Perhatian Anak

Selain membuat aturan-aturan untuk mengontrol penggunaan internet pada anak, orang tua juga harus melakukan yang namanya pengalihan perhatian anak dari gadget ke hal lain. Salah satunya yaitu ayah atau ibu bisa mengarahkan anak ke hobinya yang tidak berhubungan dengan internet pastinya.
ADVERTISEMENT
Misalnya dengan mengajak anak melakukan banyak kegiatan di luar rumah atau melibatkan anak ke hobi orang tua yang lebih seru dan bermanfaat. Seperti dengan berolahraga sepeda, bercocok tanam, ajarkan aku untuk lebih rajin membaca buku dan masih banyak lagi.

#2. Fasilitas Mainan Alternatif

Jika orang tua tidak punya banyak waktu untuk mengajak anak melakukan kegiatan di luar rumah, maka solusinya adalah dengan memberikan fasilitas mainan alternatif untuk anak. Anda bisa memilih mainan edukatif yang bermanfaat dan sesuai dengan usia perkembangan anak.
Anda juga harus memilih mainan yang membuat anak fokus pada mainan tersebut. Tidak hanya penting memilih mainan dari sisi edukatif, tetapi juga membuat anak bisa kreatif dengan mengeksplorasi permainan tersebut. Ini untuk mencegah kebosanan yang muncul akibat permainan yang terlalu monoton.
ADVERTISEMENT

#3. Memberikan Contoh Kepada Anak

Orang tua adalah contoh terbaik untuk anak, oleh karena itu untuk membatasi penggunaan gadget maka anda sebagai orangtua harus jadi role model dalam penggunaan internet.
Meski di bisnis Anda harus selalu bersinggungan dengan internet dan gadget, namun saat di rumah sebaiknya batasi penggunaan tersebut. Sama halnya yang terjadi di rumah kami. Pekerjaan saya dan suami tidak bisa lepas dari internet. Namun, semampu kami memberikan contoh kepada anak. Seperti bergiliran menemani anak si sulung dan bungsu.
Minimal kita bisa memberikan aturan waktu 1 jam atau lebih tanpa penggunaan gadget untuk seluruh keluarga. Hal ini tentu akan membuat anak merasa lebih senang dalam melakukan pembatasan penggunaan internet dan juga merasa diperlakukan lebih adil.
ADVERTISEMENT

#4. Lebih Konsisten

Yang terakhir, orang tua harus konsisten dalam melakukan pembatasan penggunaan gadget. Dengan konsistensi ini membuat anak benar-benar bisa mengetahui bahwa penggunaan internet tetap dibutuhkan di kehidupan sehari-hari tetapi dengan cara yang tidak berlebihan.
Komunikasi anak dan orangtua tentang penyampaian pembatasan penggunaan internet harus benar-benar tepat. Ini agar tidak membuat anak membantah aturan yang ada di kemudian hari. Anda harus berkomitmen dengan aturan tersebut dan juga tetap tegas, agar tidak dianggap sebagai orang tua yang plin plan.
Dengan begini, maka orang tua bisa lebih menerapkan digital parenting untuk anak. Jika diterapkan dengan baik, tentu sangat bisa meminimalisir resiko bahayanya internet terhadap pengasuhan anak di era digital terutama di masa pandemi. Dengan begitu, internet menyatukan Indonesia dengan hal-hal yang positif didalamnya.
ADVERTISEMENT